• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Dokumen TOP SECRET

Dalam dokumen A Giant Pack of Lies INA (Halaman 88-97)

Pada workshop itu, kami, para jurnalis dari berbagai negara yang menjadi peserta konferensi, dibuat terkesima dengan beberapa bundel dokumen yang dibawa tim University of California San Fransisco (UCSF). Tim ini tergabung dalam program raksasa penyusunan “Digital Library of

Tobacco Documents” (http://legacy.library.ucsf.edu/).

Dokumen yang dibawa Ross Hammond dan timnya bertanda nomor dan barcode pada dua sisi kertas. “Ini penanda otentisitas. Setiap lembar dokumen ini disahkan oleh pengadilan Amerika dan pengacara industri rokok yang menyerahkan dokumen,” kata Duncan Campbell, jurnalis investigasi dari Amerika Serikat yang aktif menggali timbunan dokumen

industri ini, yang menjadi moderator pada workshop di Washington ketika

itu.

Kami bersemangat membolak-balik dokumen tersebut. Mengejutkan. Isi dokumen sebagian besar berisi seputar lobi-lobi tingkat tinggi industri rokok, ilmuwan dan media bayaran, strategi pemasaran, dan komunikasi internal tujuh raksasa industri rokok Philip Morris Incorporated, R.J. Reynolds Tobacco Company, British American Tobacco (BAT) Industries, Brown & Williamson, The Ligget Group, dan The Tobacco Institute and The Council for Tobacco Research, dan Lorillard Tobacco Company.

Lalu bagaimana ceritanya industri rokok mau menyerahkan dokumen internal yang seluruhnya bertaburan tanda TOP SECRET, CONFIDENTIAL, atau STRICTLY INTERNAL MEMO itu? Bukankah itu berarti mereka mengekspos kebobrokan dan praktik kotor mereka kepada publik?

Gunungan dokumen itu memang bisa menjadi bumerang yang membangkrutkan industri rokok. Ribuan gugatan, dengan nilai triliunan dolar, bisa muncul dengan dukungan dokumen otentik ini. Dan, bukan hanya soal uang, terbukanya lembar-lembar rahasia ini juga sangat potensial menjatuhkan reputasi dan citra industri rokok.

Tentu saja ketujuh raksasa industri rokok itu tidak sukarela menyerahkan dokumen internal mereka. Pengadilan Amerika Serikat yang memaksanya. Langkah ini digelar setelah berbagai gugatan konsumen kandas di meja hijau lantaran kurang bukti. Pada tahun 1980-an dan awal 1990-an, ada 800-an gugatan konsumen (biasanya tentang informasi

pemasaran yang dianggap kelewat agresif) namun hanya dua kasus yang bisa diproses sampai tahap akhir di pengadilan. Kondisi ini memicu rasa frustrasi masyarakat -- begitu digdaya industri rokok sehingga begitu mudah menepis gugatan konsumen.

Hakim H. Lee Sarokin, pada 1992, dalam proses tarik-ulur penyerahan doku-men industri ini merilis sebuah pernyataan yang legendaris:

“Sering kali kita dihadapkan pada pilihan antara kesehatan fisik konsumen dan kesehatan finansial bisnis, upaya

menutup-nutupi lebih dipilih ketimbang upaya membuka diri, penjualan dimenangkan di atas keselamatan, uang melampaui moralitas. Memangnya siapa orang-orang ini yang mengetahui dan secara rahasia memutuskan untuk menempatkan publik pada situasi yang berisiko, demi mencetak keuntungan? Siapa orang-orang ini, yang percaya bahwa kesakitan dan kematian konsumen adalah harga wajar yang harus ditanggung oleh kesejahteraan si konsumen itu sendiri?

Kemudian, keputusan dramatis datang pada Novem ber 1998. Itulah saat yang terkutuk bagi industri rokok. Jaksa Agung di 46 negara bagian di Amerika Serikat mengeluarkan sabda mengejutkan. Tujuh raksasa rokok diwajibkan membuka seluruh dokumen rahasia mereka kepada publik. Perintah ini tercantum dalam rangkaian kesepakatan yang dikenal sebagai

Tobacco master settlement act (MSA) . ”Kebenaran harus dikabarkan,” kata Jaksa Agung Minnessotta Hubert Humphrey III – yang terdengar seperti sepenggal sajak W.S. Rendra bagi telinga kita.

Dokumen internal yang dimaksud memang bukan sembarangan dokumen. Inilah memo internal, pengakuan internal tentang mudharat rokok, surat lobi kepada penguasa, juga daftar ilmuwan dan jurnalis bayaran, yang menjadi bukti nyata betapa gerak dan pertumbuhan industri rokok amat sarat dengan trik dan muslihat. Semuanya demi menggemukkan pundi-pundi penjualan, yang artinya meluaskan kecanduan merokok ke seluruh dunia.

ANTIGUA & BARBUDA

BARBADOS ST LUCIA TRINIDAD & TOBAGO ST KITTS &

NEVIS ST VINCENT & GRENADINES

DOMINICA PUERTO RICO BAHAMAS JAMAICA CUBA DOMINICAN REPUBLIC U N I T E D S T A T E S O F A M E R I C A C A N A D A ALGERIA MOROCCO SENEGAL GAMBIA CAPE VERDE SAO TOME & PRINCIPE GUINEA-BISSAU GUINEA LIBERIA CÔTE D’IVOIRE BURKINA FASO G H A N A EQUATORIAL TOGO SIERRA LEONE MALI GUATEMALA EL SALVADOR MEXICO HAITI BOLIVIA PARAGUAY B R A Z I L VENEZUELA COLOMBIA HONDURAS NICARAGUA COSTA RICA PANAMA ECUADOR PERU GUYANA SURINAME BELIZE ARGENTINA URUGUAY CHILE GRENADA

Tobacco Industry Documents

Guildford:

British American

Minnesota:

Philip Morris RJ Reynolds Brown & Williamson/BAT

Lorillard The Tobacco Institute The Council for Tobacco Research

UNITED KINGDOM IRELAND SPAIN PORTUGAL MOROCCO ICELAND

A U S T R A L I A REP. KOREA MICRONESIA, FED. STATES OF PALAU ZIMBABWE UGANDA TURKMEN UZBEKISTAN KYRGYZSTAN TAJIKISTAN ARM GEO AZER MADAGASCAR SRI LANKA BRUNEI DAR. M A L A Y S I A SAUDI ARABIA SAUDI ARABIA C H I N A M O N G O L I A VIET NAM CAMBODIA LAO PDR THAILAND I N D I A BHUTAN BANGLADESH ISL. REP. IRAN PAKISTAN AFGHANISTAN T U R K E Y IRAQ IRAQ BAHRAIN QATAR UAE OMAN KUWAIT YEMEN NEPAL K A Z A K H S T A N ALGERIA NIGER CHAD S U D A N NIGERIA C A R ETHIOPIA ANGOLA E G Y P T E G Y P T LIBYAN ARAB JAMAHIRIYA TUN IS IA SAO TOME & PRINCIPE BURKINA FASO B EN NI CAMEROON EQUATORIAL GUINEA GABON NAMIBIA BOTSWANA SOUTH AFRICA MOZAMBIQUE MALAWI ZAMBIA UNITED REP. TANZANIA B R KENYA DJIBOUTI SOMALIA TOGO S MALI L ERITREA PHILIPPINES NEW ZEALAND PAPUA NEW GUINEA I N D O N E S I A JAPAN R U S S I A N F E D E R A T I O N MAURITIUS MALDIVES COMOROS SEYCHELLES SINGAPORE MYANMAR SOLOMON ISLANDS TUVALU NAURU TONGA TOKELAU SAMOA NIUECOOK KIRIBATI FIJI VANUATU

CYPRUS SYRIAN ARAB REPUBLIC LEBANON ISRAEL WEST BANK AND GAZA JORDAN see inset Legacy website 5,000 and above 1,000 – 4,999 500 – 999 100 – 499 under 100

no data or other countries

Number of documents relating to each country found on the Legacy website of tobacco industry documents 2002 The higher the figure, the more important the country is to the industry. Guildford: British American Tobacco CROATIA SAN MARINO ITALY REP. MOLDOVA UKRAINE FYR MACEDONIA LITHUANIA LATVIA ESTONIA ALBANIA AUSTRIAHUNGARY BULGARIA ROMANIA GREECE YUGOSLAVIA POLAND SLOVENIA B-H BELARUS RUSSIAN FED. UNITED KINGDOM TUNISIA DENMARK FRANCE IN PORTUGAL GERMANY SWITZ. BELGIUM LUX. NETH. MOROCCO ALGERIA NORWAY FINLAND SWEDEN SLOVAKIA CZECH REPUBLIC MALTA ANDORRA MONACO

Maka tujuh juta dokumen yang terdiri dari 35 juta halaman, membanjiri gudang-gudang milik pengadilan Amerika. Setiap halaman diberi stempel dan nomor kode, yang disahkan pengacara dari pihak industri, untuk menunjukkan keasliannya. Seluruhnya merupakan dokumen yang diterbitkan sebelum tahun 1998. Industri rokok juga diwajibkan untuk terus menyetor dokumen yang terbit setelah 1998 sampai 2008. Namun, dokumen yang diserahkan setelah 1998 (setelah keputusan pengadilan November 1998, yang mewajibkan industri membuka dokumennya kepada publik) cenderung lebih hati-hati, kurang terbuka dan normatif.

Ketujuh raksasa rokok tidak begitu saja pasrah menyerahkan ’harta karun’ mereka. Sempat terjadi tarik-ulur yang ketat antara ketujuh raksasa rokok dan kejaksaan Amerika. Lobi-lobi politik penuh intrik

kotor ala film ”The Insider” dan ”Thank You For Smoking” digelar, hingga

akhirnya tercapai kesepakatan formula master of settlement agreement.

Industri rokok bersedia menyerahkan dokumen internal mereka disertai dana yang cukup besar -- sebagian digunakan untuk program edukasi masyarakat tentang risiko merokok.

Tentu saja industri menuntut sederet persyaratan dan imbal balik. Pemerintah tidak dibolehkan menuntut ketujuh perusahaan rokok tersebut. Gugatan kepada industri rokok hanya boleh diajukan perseorangan, LSM, dan perusahaan swasta.

Industri juga diharuskan membayar US$ 206 miliar selama 25 tahun masa kesepakatan Tobacco MSA. Dana ini digunakan untuk riset, edukasi konsumen, dan pengembangan fasilitas pengobatan konsumen rokok yang mengalami gangguan kesehatan. Sebuah lembaga, yakni American Legacy Foundation, dibentuk untuk mengelola dana tersebut. Bersamaan dengan itu, lembaga yang sebelumnya menjadi corong industri, antara lain Tobacco Institute, Council for Tobacco Research, dan Center for Indoor Air Research, dibubarkan. Persyaratan yang diajukan industri, American Legacy Foundation tidak dibenarkan melontarkan kritik terhadap industri. William Godshall, Direktur Eksekutif Smoke Free Pennsylvania, menyebut kesepakatan ini sangat berat sebelah. ”Giving 10% to gain

eternity,” demikian tulis Godshall dalam British Medical Journal, 1999.

Walaupun dikritik, tak bisa kita ingkari bahwa dokumen dalam paket formula MSA tadi merupakan harta karun. Para penggiat kampanye pengendalian rokok sedunia mesti melek terhadap fakta-fakta yang diungkap dalam labirin dokumen ini: bagaimana jurus dan siasat industri dalam menutupi fakta, bagaimana mereka merenggut pasar muda, menggelar lobi dengan penguasa, dan lain sebagainya.

Pada awalnya, gunungan dokumen penting ini sempat merepotkan para aktivis pengendalian tembakau, sehingga nyaris tak bisa dimanfaatkan. Para pejabat kesehatan, aktivis, juga akademisi, sesak napas di antara dokumen yang menggunung. “Kami dibuat kewalahan,” kata Ross Hammond, aktivis Campaign for Tobacco Free Kids, lembaga nirlaba yang berdedikasi menjauhkan anak-anak dari rokok, dalam sebuah percakapan di Washington, Amerika Serikat, tahun 2005.

Tahun 2002, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis panduan pertama bertajuk ”Tobacco Document Manual”. Isinya meliputi penjelasan apa dan bagaimana dokumen ini, cara penggunaannya, dan betapa penting arti dokumen bagi upaya program pengendalian produk tembakau di masa depan. Sejak itulah penggalian dokumen mulai terarah dan intensif. Para

peneliti, aktivis pengendalian dampak rokok, ahli hukum, dan jurnalis dari berbagai negara serius meneliti dokumen ini sampai sekarang.

Seiring dengan kemajuan dunia teknologi informasi, plus revolusi dunia piranti lunak komputer, akses menuju dokumen semakin terbuka. Inventarisasi dokumen dipermudah dengan fasilitas

scanning, teknik mengemas file dalam bentuk pdf, dan juga koneksi internet yang kian mudah. Bukan cuma WHO, berbagai pihak secara intensif turut terlibat membuat dokumen TOP SECRET ini bisa

diakses publik secara online.

Salah satu upaya penyusunan dokumen tembakau yang cukup penting adalah proyek pengarsipan dokumen British American Tobacco (BAT). Berbeda dengan dokumen lain yang tersimpan di Minnesota, Amerika Serikat, gunungan dokumen BAT secara khusus tersimpan di sebuah gudang di Guilford, Surrey, Inggris.

Pihak BAT, diperkuat barisan pengacara lihai, memainkan beragam manuver demi membatasi akses publik terhadap isi gudang dokumen. Misalnya, mereka membatasi jam buka gudang hanya 6 jam sehari (di Minnesotta, gudang dokumen buka 12 jam sehari), membatasi kunjungan hanya dalam grup, mempersulit perizinan, dan menetapkan birokrasi berbelit. Butuh waktu sedikitnya lima bulan sebelum pengacara BAT mengizinkan seorang pemohon memasuki gudang di Guilford. Akses sedikit dilonggarkan ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyampaikan komplain terhadap BAT.

Menyimak kondisi ini, sekelompok aktivis pengendali rokok yang dimotori Universitas California San Fransisco, AS, menggelar Proyek Arsip Guilford. Tujuannya, memuat seluruh dokumen BAT di Guilford dalam

situs online. ”Bukan hal yang gampang. Tidak jarang pengacara BAT

mendatangi kami, mengulur waktu pendokumentasian dengan alasan harus melakukan verifikasi keaslian dokumen,” demikian tulis pengelola

Empat tahun bekerja keras, melakukan scanning lembar demi lembar dokumen, akhirnya pada tahun 2004, Proyek Guilford resmi selesai. Tujuh juta lembar dokumen rahasia industri rokok, sebagian besar milik BAT,

bisa diakses publik secara online, meskipun ada 181 ribu berkas -berisi

puluhan ribu lembar dokumen- yang hilang sebelum sempat dimuat

dalam situs online. ”Kami tidak tahu apa saja isi berkas yang hilang. Bisa

jadi yang hilang menyangkut praktek bisnis mereka di negara Anda,” kata Duncan Campbell yang juga ikut bergiat dalam ikhtiar membuat dokumen industri rokok bisa diakses publik di seluruh dunia.

Benar, dokumen industri rokok yang kita bicarakan panjang lebar ini terutama

menyangkut operasional industri di Amerika dan

Eropa. Namun, sepak

terjang mereka di Asia, termasuk Indonesia, juga terungkap. Secara gam-blang memo-memo inter-nal mereka menuturkan rancangan besar industri rokok menaklukkan pasar dunia.

Sepulang dari Konferensi Kanker Sedunia itu, saya terus

terpesona pada dokumen

internal industri rokok. Saya mencoba menelusuri perpus-takaan online Digital Library for

Tobacco Document. Semakin saya telusuri, semakin terbuka

horizon saya akan kedigdayaan dan kebohongan yang disebar industri rokok. Saya juga semakin paham bahwa paparan dokumen internal industri ini merupakan langkah monumental. Sebuah milestone global yang turut mengubah wajah industri rokok dunia. Hampir semua negara kemudian mengatur gerak industri rokok demi kepentingan publik, antara lain mendorong terwujudnya kerangka Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).

Dalam dokumen A Giant Pack of Lies INA (Halaman 88-97)