• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN: ANTARA ALAT PERJUANGAN DAN NALURI KOLEKTIF

2. Kisah Pilu di Pelabuhan Sape

Sejalan dengan waktu radikalisme masyarakat Lambu dalam menentang kehadiran PT Sumber Mineral Nusantara berada pada titik puncak. Masyarakat mulai menggunakan cara-cara yang radikal dengan tujuan agar persoalan Lambu mendapat perhatian pemerintah pusat dan menjadi permasalahan nasional. Salah satu dari sekian aksi radikal masyarakat lambu adalah dengan menduduki Pelabuhan Sape yang merupakan jalur penghubung antar Bima dengan Nusa Tenggara Timur. Puncak dari aksi ini terjadi bentrokan antar masyarakat dengan aparat kepolisian yang dalam usahanya membubarkan massa secara paksa.

Peristiwa berdarah yang menyita perhatian nasional tersebut berawal dari aksi long march yang digelar oleh masyarakat pada tanggal 19 Desember 2011 dengan berjalan kaki dari lapangan Sura Rato menuju perempatan yang menghubungkan antara pelabuhan, kecamatan Sape, kecamatan Lambu, dan Kecamatan Langgudu. Tujuan dari aksi ini adalah melumpuhkan jalur transportasi yang menuju pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Lambu, dan Langgudu. Menurut Bpk. Hasanudin (Hasan) selaku Koordinator Front Rakyat Anti Tambang (FRAT) sejak awal pendudukan dilapangan mengarahkan untuk melakukan pendudukan terhadap pelabuhan Sape.

Ketika massa bergegas menuju pelabuhan Sape, aparat kepolisian berusaha menghadang namun gagal dilakukan disebabkan jumlah massa saat itu jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah aparat kepolisian. Mulai hari itu juga massa berhasil memblokir/menduduki pelabuhan Sape.

Sehari setelahnya pada tanggal 20 Desember 2011 dilakukan pertemuan dan dialog di ruangan Camat Sape antara 8 (delapan) orang perwakilan masyarakat Lambu dengan Bupati Bima dan difasilitasi Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) NTB dan rombongan, Kepala Dinas Perhubungan Kominfo Provinsi NTB, Kapolresta Bima, Dandim 1608 Bima, Camat Sape, Camat Lambu dan Kapolsek Sape.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendengarkan apa saja yang menjadi tuntutan dan harapan masyarakat Lambu. Adapun yang menjadi tuntutan massa pendemo pada saat itu : Pertama, menuntut Bupati Bima melakukan pencabutan SK 188.45/357/004/2010 tentang penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP)

eksplorasi kepada PT Sumber Mineral Nusantara. Kedua, pembebasan salah satu anggota mereka yang bernama Adi Supriadi yang ditahan pasca insiden pembakaran Kantor Camat Lambu.

Sebagai jawaban atas tututan/permintaan rakyat lambu tersebut, Bupati Bima H. Ferry Zulkarnain, ST menyikapinya dengan membuat pernyataan tertulis dan ditandatangani, yang isinya: Pertama, Bupati Bima akan melakukan penghentian sementara atas ijin eksplorasi PT. Sumber Mineral Nusantara, karena tuntutan pencabutan sebagaimana dikehendaki pihak pendemo tidak bisa dipenuhi. Kedua, terkait dengan tuntutan pembebasan saudara Adi Supriadi tidak dapat dipenuhi karena hal tersebut telah masuk ke ranah penegakkan hukum dalam hal ini telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Raba Bima (P 21).

Menanggapi pernyataan tertulis dari bapak Bupati Bima tersebut, pihak massa yang diwakili 8 orang yang dipimpin oleh bapak Hasanudin (Jenderal Hasan) menolak tawaran bupati Bima yang menghendaki adanya penghentian sementara dan tetap kukuh pada tuntutan awal yaitu pencabutan SK 188.45/357/004/2010 serta pembebasan saudara Adi Supriadi yang menjadi tersangka dalam aksi pembakaran Kantor Camat Lambu pada tanggal 10 Februari 2011.

Pasca itu, upaya negosiasi dan komunikasi terus dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh pemuda. Namun tidak membuahkan hasil. Selanjutnya pada tanggal 21 Desember 2011 dilakukan dialog antara tokoh masyarakat Lambu, Sape, Muspika bersama Kapolresta Bima namun lagi-lagi tidak membuahkan hasil.

Pada tanggal 23 Desember 2011, sebagaimana yang dijanjikan Bupati Bima mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 188.45/743/004/2011 yang berisi tentang penghentian sementara Izin Eksplorasi Emas Oleh PT Sumber Mineral Nusantara di Kecamatan Lambu, Kecamatan Sape, dan Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Penghentian sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 06.00 Wita sampai dengan 08.00 Wita, pasukan Brimob dan Dalmas melakukan pembubaran paksa terhadap 150 orang massa yang bertahan di Dermaga penyeberangan Sape sehingga mengakibatkan 54 orang pendemo ditahan antara lain ; 23 orang luka-luka, 31 orang ditahan dan 2 orang meninggal dunia yaitu Arif Rahman (19 Tahun) alamat RT. 04 RW 10, Desa Sumi Kecamatan Lambu dan saudara Saiful (17 tahun) alamat RT 10 RW 06 Desa Soro Kecamatan Lambu.

Tabel 6.1 Kronologis Kejadian

No Tanggal Peristiwa Keterangan

1. 19/12/2011 Aksi Long March Massa melakukan aksi jalan kaki dari lapangan Sura Rato menuju perempatan yang menghubungkan antara pelabuhan, kecamatan Sape, kecamatan Lambu, dan Kecamatan Langgudu 2. 20/12/2011 Pertemuan dengan Bupati Bima yg difasilitasi Wakapolda, dishubkominfo prov. NTB, Kapolresta Bima,

Massa menyampaikan tuntutannya

yaitu pencabutan SK

188.45/357/004/2010, dan meminta pembebasan untuk rekan mereka Adi Supriadi.

Di respon oleh bupati Bima dengan menawarkan SK Penghentian

Dandim 1608 Bima, Camat Lambu, Camat Sape, dan Kapolsek Sape

Sementara atas Ijin Eksplorasi PT Sumber Mineral Nusantara, dan ditolak mentah-mentah oleh Bpk. Hasan selaku perwakilan dari massa aksi. 3. 21/12/2011 Dilakuakan dialog antara tokoh masyarakat Lambu, Sape dgn Muspika bersama kapolresta Bima

Lagi-lagi tidak membuahkan hasil apapun 4. 22/12/2011 Pukul 12.30 pertemuan Kapolda NTB dgn sejumlah tokoh masyarakat Pukul 14.30, dilakukan rapat antara Kapolda NTB, Bupati dan Wakil Bupati Bima, Dandim 1068 Bima, Kejaksaan Negeri Bima, Badan Lingkungan Hidup, Sekda Bima, Asisten I, dan Distamben Kab. Bima.

Rapat ini membahas tentang langkah bupati Bima untuk mengeluarkan SK penghentian sementara Izin eksplorasi PT SMN tersebut perlu diapresiasi dan didukung oleh semua pihak.

Selanjutnya membahas tentang langkah-langkah yang akan diambil oleh aparat keamanan untuk membubarkan massa aksi.

5. 23/12/2011 Bupati Bima mengeluarkan SK penghentian

Sementara Izin Eksplorasi PT SMN

Pada pukul 23.30 Kapolda melakukan pertemuan dengan dengan Koordintor Aksi namun belum ada kesepakatan di capai. 6. 24/12/2011 Terjadi bentrokan

berdarah di pelabuhan Sape yang melibatkan aparat kepolisian dengan massa aksi.

Pada pukul 06.00 pasukan Brimob dan Dalmas melakukan pembubaran paksa terhadap massa aksi yang menyebabkan 2 orang meninggal dunia dan 23 orang luka-luka akibat terkena peluru tajam aparat.

Data diolah dari hasil wawancara dengan masyarakat dan berita acara penanganan kasus Lambu (dokumen Distamben Kabupaten Bima).

Keputusan Bupati Bima yang memilih mengeluarkan SK penghentian sementara Izin Eksplorasi PT Sumber Mineral Nusantara merupakan bentuk pengabaian atas aspirasi masyarakat dan lebih berpihak kepada pihak korporasi. Ini menandakan bagaimana negara berada dalam cengkeraman hegemoni korporasi, negara/pemerintah tidak mampu berbuat banyak ketika berhadapan dengan pihak korporasi dan ketika dihadapkan pada persoalan seperti ini rakyatlah yang menjadi korban.

Dokumen terkait