• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dijabarkan dalam bab terdahulu, maka peneliti memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, perlawanan masyarakat Lambu didasari oleh tidak adanya inisiatif politik dari pemerintah dan korporasi untuk membangun komunikasi dengan masyarakat setempat, baik dalam proses awal terbitnya SK tentang izin usaha pertambangan yang diberikan kepada PT Sumber Mineral Nusantara sampai terjadinya reaksi protes masyarakat. Hal lain yang menjadi faktor perlawanan rakyat Lambu adalah kondisi deprivasi relatif yang dialami rakyat yang disebabkan oleh sikap arogansi kepala daerah yang kemudian berubah menjadi deprivasi kolektif hal ini menjadi kimia sosial sehingga mereduksi tindakan masyarakat Lambu untuk memobilisasi tuntutan melalui ekspresi kekerasan. Sedangkan, peristiwa kekerasan yang terjadi merupakan naluri kolektif yang muncul ketika perjuangan rakyat mengalami kebuntuan. Selain itu, ada pula tindakan kekerasan yang lahir dari pilihan strategis yang diambil secara sadar dalam usaha mereka memperjuangkan hak-haknya dan mempublis perjuangannya sehingga mendapat perhatian khalayak luas.

Kedua, aksi perlawanan masyarakat lambu memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan sosial - politik di Kabupaten Bima. Secara politik perlawanan rakyat lambu menyisakan trauma yang luar biasa dikalangan pemerintah Kabupaten Bima, menyisakan perasaan sakit hati diantara kedua belah

pihak yang berkonflik (Pemerintah Kabupaten Bima dan Masyarakat). Meskipun perlawanan tersebut mampu menuai hasil yang ditargetkan sebagian besar rakyat Lambu yaitu perubahan kebijakan pemerintah (pencabutan SK 188 tentang izin pertambangan) di tanah Lambu namun tetap saja menyisakan perasaan luka yang mendalam di hati masyarakat sebaliknya pemerintah pun demikian, konflik ini membawa kerugian besar terhadap pemerintah Kabupaten Bima terlebih peristiwa pembakaran Kantor Bupati Bima.

Selanjutnya, dari sisi sosial masyarakat perlawanan rakyat lambu memberi dampak terhadap lahirnya gerakan-gerakan lain ditanah Bima terutama kecamatan-kecamatan berada disekitar kecamatan Lambu yang memiliki potensi sumber daya alam antara lain Kecamatan Wera, Langgudu, Wawo dan Parado. Khusus di kecamatan Parado, peristiwa Lambu membawa efek terhadap hidup kembalinya gerakan penolakan rakyat parado terhadap pertambangan yang sejak lama mati.

Ketiga, gerakan perlawanan rakyat Lambu dimotori oleh aktifis mahasiswa yang berbasiskan kedaerahan yaitu Kerukunan Mahasiswa Lambu Bima (KMLB). Ketika gelombang gerakan ini mulai besar dibentuklah FRAT (Front Rakyat Anti Tambang) front ini dibentuk dengan tujuan untuk menyatukan semua elemen yang terlibat dalam gerakan, mempermudah konsolidasi massa serta meniadakan simbol lain diluar simbol besar ―rakyat anti tambang‖. Temuan lain adalah masing-mang aktor pemimpin gerakan memberi pengaruh terhadap corak dan wajah gerakan. Pada kasus Lambu menunjukan bagaimana pemimpin gerakan memiliki pengaruh besar terhadap wajah gerakan, masuknya Hasanudin

dan mengambil alih kepemimpinan gerakan yang sebelumnya diperankan oleh Ansari dan Adi Supriadi yang merupakan aktifis mahasiswa membawa perubahan terhadap wajah gerakan yang sebelumnya hanya sebatas gerakan protes menjadi gerakan perlawanan.

2. Saran

Oleh karena persoalan gerakan perlawanan rakyat Lambu begitu kompleks dan luas, penelitian ini belum mampu mengakomodir berbagai substansi persoalan yang lain. Oleh sebab itu, kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang :

a. Proses pembentukan jaringan gerakan ke kecamatan-kecamatan lain sehingga terkonsolidasi tujuh kecamatan.

b. Proses rekonsiliasi yang dilakukan pemerintah daerah pasca konflik.

c. Tujuan dan motivasi para aktor gerakan tampil dalam dunia politik seperti menjadi kepala desa dan menjadi calon anggota legislatif pada Pileg 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Aberle, David F. 1966. A Classification Of Sosial Movement. Chicago: Aldine Publishing Aberle Co.

Baldbridge, J. Victory. 1998. Sociology: A Critical Approach to Power, Conflict, and Change. New York, London, Sydney, Toronto: John Wiley and Son, Inc.

Budianto, Akmal. 2010.Pemimpin Politik Dan Kualitas Demokrasi. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Bottomore, Tom. 1983. Sosiologi Poltik, terj. Sahat Simmora. Jakarta: Bina Aksara.

Diah Pitaloka, Rieke. 2010. BanalitasKekerasan. Depok: Koekoesan.

Dryzek, John S. dkk. 2003. Green State and Social Movements. Environmentalisme in the United States, United Kingdom, German, and Norway. Oxford University Press.

Galtung, Johan. 2003. Studi Perdamaian: Perdamaian Dan Konflik, Pembangunan Dan Peradaban. Surabaya: Pustaka Eureka.

Genevie, Louise E. 1978. Colective Behavior and Social Movement. New York: F.E. Pecock Publisher, Inc.

Haberle, Rudolf.1951. Sosial Movement. Appleton-Century Croft. New York. Hardiman, Budi. 2011. Massa Teror dan Trauma. Yogyakarta: Lamalera. Harper, Charles.1986. Exploring Social Change. New Jersey: Prentice

Haryanto, Analisis Tahap-Tahap Gerakan Mahasiswa Indonesia 1974 dan 1978, (Laporan Penelitian Fisipol UGM Yogyakarta, 1989).

Hoffer, Eric. 1993. Gerakan Massa, terj. Masrfi Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kurniawan, Hamzah. 2013. Persistensi dan Resistensi Masyarakat Terhadap Eksistensi Pertambangan Emas di Desa Bonto Katute Kabupaten Sinjai. Skripsi. Unhas

Landsberger, Henry A. dan YU. G Alexandrov. 1984. Pergolakan Petani dan Perubahan Sosial, terj. Aswab Mahasin. Jakarta: Rajawali.

Lipschutz, Ronie D. 2006. Civil Societies And Social Movements. Clivornia: Ashgate Publising.

Martinussen, John. 1997. Society State & Market: A Guide To Competing Theories Of Development. Dhaka University Press Ltd.

Mirsel, Robert. 2004. Teori Pergerakan Sosial: Kilasan Sejarah dan Catatan Bibliografis. Yogyakarta: Resist Book.

M. Zeihin. 1966. Economic Insecurity and Political Attitudes of Cuban Workers. American Sociology

Norman I. Fainstein and Susan S.,Fainstein. 1974. Urban Political Movements. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Rule, James B. 1988. Theories of Civil Violence. Berkeley: University Of California Press

Scott, James. 1993. Perlawanan Kaum Tani, terj. Budi Kusworo, et al. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Silaen, Victor. 2006. Gerakan Sosial Baru: Perlawanan Komunitas Lokal pada Kasus Indorayon di Toba Samosir. Yogyakarta: IRE Press.

Singarimbun, Masri. 1998. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Wahyudi. 2005. Formasi Dan Struktur Gerakan Sosial Petani: Studi Kasus Reklaiming/Penjarahan Atas Tanah PTPN XII (Persero) Kalibakar Malang Selatan. Malang. UMM Press.

Wilson, John. 1973. Introduction to Social Movements. New York: Basic Books, ins. Publishers.

Soenyono. 2005. Gerakan Sosial Masyarakat Miskin Perkotaan : Studi Kasus Gerakan Sosial Masyarakat Stren Kali Surabaya Menolak Kebijakan Penggusuran (yang dilakukan pemerintah). Disertasi. Unair

Faturrochman. 1999. Deprivasi Relatif: Rasa Keadilan dan Kondisi Psikologis Buruh Pabrik. Jurnal Psikologi UGM.

Tim Reality. 2008. Kamus terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher

Dokumen

Lihat Undang-undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Minerba (Mineral dan Batubara)

UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Internet

http://www.lombokpos.co.id. Tambang, Antara Harapan dan Petaka. Diakses pada tgl 26 Maret 2013.

http://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/. Gerakan Sosial di Indonesia: (Pengertian Dan Konsep Gerakan Sosial). Diakses pada tgl. 19 Mei 2013

Dokumen terkait