• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 14-43

2.2 Character Strengths

2.2.2 Klasifikasi character strengths

Menurut Peterson dan Seligman (2004) klasifikasi character strengths adalah sebagai berikut:

1. Wisdom and Knowledge, yaitu kekuatan kognitif yang berkaitan dengan perolehan dan penggunaan pengetahuan dalam membentuk kehidupan yang baik, terdiri atas:

a. Creativity

Seseorang yang kreatif harus menghasilkan ide atau perilaku orisinil, baru, mengejutkan atau tidak biasa. Tetapi, orisinil saja tidak dapat mendefinisikan kreativitas secara utuh. Perilaku atau ide tersebut harus bersifat adaptif dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan orang tersebut dan kehidupan orang lain.

b. Curiosity

Keingintahuan mencakup keterbukaan terhadap pengalaman dan fleksibilitas terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan konsepsi awal. Orang-orang yang memiliki keingintahuan yang tinggi tidak sekedar toleran terhadap ambiguitas atau tantangan, tetapi juga menyukai dan tertarik untuk menghadapinya (Seligman, 2002).

c. Open mindedness

Keterbukaan pikiran adalah keinginan untuk secara aktif mencari bukti-bukti yang mengarah pada keyakinan, rencana, tujuan dan menimbang bukti secara adil. Memikirkan sesuatu dengan seksama dan mengamatinya dari segala sisi. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil sebuah kesimpulan dan hanya bersandar pada bukti yang kuat untuk mengambil keputusan. Dapat mengubah pikiran jika terdapat bukti yang kuat. Menyaring informasi secara objektif dan rasional untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain (Seligman, 2002).

d. Love of learning

Love of learning berkaitan dengan bagaimana individu memperoleh informasi dan keterampilan baru secara umum atau spesifik yang mengarah kepada perkembangan pengetahuan individu mengenai minat mereka. Individu dengan karakter love of learning akan merasakan emosi positif ketika berada dalam proses perolehan keterampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari sesuatu yang benar-benar baru bagi individu tersebut.

e. Perspective (wisdom)

Memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang bijaksana kepada orang lain. Memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima oleh orang lain. Perspective berbeda dengan intelegensi, dimana perspective adalah taraf superior dari penguasaan ilmu, pertimbangan,

dan kapasitas untuk memberikan saran kepada orang lain. Perspective memungkinkan individu untuk menjawab pertanyaan yang kompleks dan sulit tentang kehidupan yang digunakan untuk mencapai kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.

2. Courage, yaitu kekuatan emosional yang mengandung keinginan yang

kuat untuk menyelesaikan tujuan walaupun terdapat halangan yang bersifat eksternal maupun internal.

a. Bravery

Tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan atau rasa sakit, berani mengutarakan keinginan walaupun ada lawan, berani tampil berbeda walaupun tidak popular, termasuk di dalamnya keberanian secara fisik, tetapi tidak terbatas pada hal itu saja. Beberapa elemen yang terkandung dalam bravery adalah tindakan harus bersifat sukarela, terdapat pertimbangan terhadap resiko dan penerimaan konsekuensi dari setiap tindakan, didahului oleh situasi bahaya, kehilangan, situasi yang mengandung resiko, dan potensi dari kondisi celaka.

b. Persistence

Persistence merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan walapun terdapat hambatan dan kesulitan. Individu yang memiliki karakter persistence senang menyelesaikan tugas walaupun sulit tanpa banyak mengeluh (Seligman, 2002).

c. Integrity

Orang yang memiliki integritas tinggi berbicara dan bertindak berdasarkan kebenaran dan menampilkan diri mereka (baik keadaan internal, perhatian ataupun komitmen) dengan tulus dan tanpa berpura-pura walaupun dalam keadaan sendiri maupun berada dalam publik. Mereka bertanggung jawab terhadap perasaan dan perilaku mereka sendiri dan mendapatkan manfaat dari bertindak demikian.

d. Vitality

Melakukan pendekatan terhadap dunia dengan gairah dan energi, mengerjakan sesuatu tidak setengah-setengah, hidup dengan penuh tantangan, merasa hidup dan aktif. Vitality berhubungan secara langsung baik dengan faktor somatik maupun psikologis. Secara somatik, vitality dikaitkan dengan kesehatan fisik dan fungsi tubuh optimal, seperti tidak mudah lelah dan jatuh sakit. Secara psikologis, vitality merefleksikan kemauan, ketergugahan, dan integrasi diri baik interpersonal maupun intrapersonal. Ketegangan psikologis, konflik, dan stressor dapat dihadapi dengan mudah bila individu memiliki vitality.

3. Humanity yaitu kekuatan interpersonal yang meliputi keinginan untuk

dekat dan bersahabat dengan orang lain. a. Love

Menghargai hubungan dengan orang lain, saling berbagi dan memperhatikan, dan mencoba untuk dekat dengan orang lain. Love

merepresentasikan sudut pandang terhadap orang lain yang meliputi pikiran, tingkah laku dan emosi. Love merupakan sumber dari kasih sayang, perlindungan dan perhatian. Kapasitas untuk mencintai dan dicintai sebenarnya bersifat innate, tipikal seluruh makhluk hidup yang mampu mengarahkan pada kesehatan fisik dan psikologis semua makhluk hidup dari segala umur.

b. Kindness

Melakukan kebaikan, menolong dan menjaga orang lain. Empati dan simpati merupakan komponen yang penting dalam kekuatan ini. Individu yang memiliki karakter kindness biasannya akan tergerak untuk membantu orang lain dan tidak pernah merasa disibukkan saat menolong orang lain walaupun tidak mengenal orang yang ditolong dengan baik (Seligman, 2002).

c. Social intelligence (emotional intelligence, personal intelligence) Memiliki kesadaran akan motif dan perasaan orang lain maupun diri sendiri, mengetahui bagaimana bersikap pada situasi yang berbeda, mengetahui apa yang dilakukan untuk membuat orang lain tergugah. Social intelligence mengarah kepada hubungan sosial yang diwarnai dengan keintiman dan kepercayaan.

4. Justice, yaitu kekuatan publik yang mendasari kehidupan masyarakat yang

sehat. Justice berhubungan dengan interaksi yang optimal antar individu, kelompok atau masyarakat.

Bekerja dengan baik pada situasi kelompok, setia pada kelompok, dan berbagi dengan kelompok. Individu dengan karaker ini memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas, bekerja untuk kepentingan kelompok dibanding dengan kepentingan pribadi, setia terhadap teman, dan dapat dipercaya. Mereka adalah teman satu tim yang menyenangkan.

b. Fairness

Memperlakukan setiap orang secara adil, tidak membiarkan perasaan subjektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain dan memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang. Fairness adalah produk dari moral judgement, yaitu proses di mana individu menilai hal-hal yang dianggap baik ataupun buruk secara moral dan apa yang dilarang secara moral.

c. Leadership

Mendorong orang dalam kelompok untuk bekerja, menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok, menyiapkan aktivitas kelompok dan mengevaluasinya. Leadership sebagai sebuah kualitas kepribadian merupakan motivasi dan kapasitas seseorang untuk mempengaruhi, membantu, mengarahkan dan memotivasi orang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Individu dengan karakter leadership memiliki peran yang dominan dalam hubungan sosial dalam mengatur aktivitas pribadi dan orang lain dalam suatu sistem yang terintegrasi. 5. Temperance, yaitu kekuatan yang melindungi dari suatu tindakan yang

a. Forgiveness and mercy

Memaafkan orang lain yang berbuat salah, memberikan kesempatan bagi orang lain dan tidak mendendam. Pemberian maaf menimbulkan sejumlah perubahan bermanfaat pada seseorang yang telah diganggu atau disakiti oleh orang lain. Ketika individu memaafkan orang lain yang telah menyakitinya, individu tersebut cenderung akan bertindak mulia terhadap orang yang menyakitinya (Seligman, 2002).

b. Humility and modesty

Tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain dan tidak mencari perhatian. Tangney (dalam Peterson dan Seligman, 2004) mengidentifikasikan beberapa ciri-ciri dari humility, yaitu perasaan yang akurat (tidak memandang rendah) terhadap kemampuan dan prestasi, kemampuan untuk mengetahui kesalahan dan ketidaksempurnaan individu, terbuka terhadap ide-ide baru, informasi yang kontradiktif dan saran, menghargai kemampuan orang lain, rendah hati terhadap kemampuan diri, dan mengapresiasi segala hal sebagai sesuatu yang memberikan kontribusi bagi kehidupan.

c. Prudence

Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat, tidak mengambil resiko yang tidak semestinya dan tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Prudence merupakan orientasi kognitif terhadap masa depan di mana individu berusaha untuk melakukan penalaran dan manajemen diri untuk mencapai tujuan jangka panjang

secara efektif. Individu dengan prudence memperhatikan konsekuensi dari setiap tindakan dan keputusan mereka, mampu menahan setiap impuls yang akan menghambat pencapaian tujuan, menjalani hidup secara fleksibel dan sederhana, serta berusaha untuk menyeimbangkan tujuan dengan kenyataan.

d. Self- regulation (self-control)

Mengatur dan mengontrol perasaan, tingkah laku, disiplin, dan emosi. Self regulation mengarah pada bagaimana individu mampu mengontrol pikiran, emosi, impuls, performa, dan perilaku lainnya untuk mencapai tujuan dan hidup sesuai dengan norma dan harapan sosial. Saat berhadapan dengan peristiwa yang menyakitkan, individu mampu meregulasi emosinya dan menetralkan perasaan negatif yang dirasakan.

6. Transcendence, yaitu kekuatan yang dapat menciptakan hubungan dengan

lingkungan yang lebih luas dan memberi makna.

a. Appreciation of beauty and excellence

Menyadari dan menghargai keindahan, kesempurnaan, dan keterampilan di dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari alam, kesenian, matematika, sains hingga pengalaman sehari-hari. Karakter ini merupakan kemampuan untuk merasakan kesenangan terhadap kebaikan dan keindahan yang berada di dunia, baik dunia secara fisik maupun dunia secara sosial. Individu dengan hati dan pikiran yang terbuka terhadap keindahan dan kesempurnaan akan menjalani

kehidupan sehari-hari dengan senang hati, mampu menemukan makna dalam kehidupan mereka, dan mampu berhubungan baik dengan orang-orang di sekitar mereka.

b. Gratitude

Menyadari dan berterimakasih atas hal-hal baik yang terjadi; menyediakan waktu untuk mengeskpresikan rasa bersyukur. Gratitude dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni personal gratitude dan transpersonal gratitude. Personal gratitude merupakan rasa terima kasih kepada orang lain atas keuntungan yang individu dapatkan melalui orang tersebut. Transpersonal gratitude merupakan rasa terima kasih yang ditujukan kepada Tuhan. Fitzgerald (dalam Peterson dan Seligman, 2004) mengatakan bahwa gratitude terdiri dari tiga komponen, yakni apresiasi terhadap seseorang atau sesuatu, niat yang baik kepada seseorang atau sesuatu dan kecenderungan untuk bertingkah laku berdasarkan apresiasi dan niat baik.

c. Hope (optimism)

Mengharapkan yang terbaik untuk masa depan dan berusaha mewujudkannya serta meyakini bahwa nasib bisa berubah dan masa depan yang baik bisa dicapai. Hope, optimism, future-mindedness, dan future-orientation meliputi pikiran, emosi, dan tingkah laku yang tertuju pada masa depan. Berpikir mengenai masa depan, mengharapkan hasil yang terbaik akan terjadi, dan merasa percaya diri

terhadap hasil dan tujuan sehingga dapat melakukan tindakan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan senang hati.

d. Humor

Senang tertawa, membuat orang lain tersenyum, melihat sisi terang dan membuat gurauan. Secara keseluruhan, humor berarti pikiran yang menyenangkan, pandangan yang membahagiakan yang memungkinkan individu untuk melihat sisi positif dari sesuatu hal dan kemampuan untuk membuat orang lain tersenyum dan tertawa.

e. Spirituality (religiousness)

Memiliki keyakinan yang besar tentang tujuan dan makna dari alam semesta, menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lebih besar, serta memiliki keyakinan mengenai makna kehidupan yang membentuk tingkah laku dan memberikan kenyamanan. Keyakinan ini bersifat persuasif, pervasif, stabil, dan universal. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara spirituality dan religiousness. Religiousness berasal dari bahasa Latin religio yang merujuk pada keyakinan akan keberadaan Tuhan atau sesuatu kekuatan yang lebih besar dari manusia dan ketaatan individu dalam menjalankan ibadah. Sedangkan spirituality berasal dari kata spiritus yang berarti nafas dari kehidupan. Spirituality merupakan hubungan yang bersifat pribadi antara manusia dengan Tuhan yang menghasilkan kekuatan dan keutamaan pada diri manusia.

Dari 24 variabel character strengths yang telah dijelaskan di atas, terdapat 11 variabel character strengths yang digunakan sebagai Independent Variable (IV) yaitu creativity, curiosity, open mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, dan spirituality. Character strengths merupakan sumber daya psikologis dalam menghadapi peristiwa yang menekan. Sedangkan French dan rekan-rekannya menyatakan bahwa sumber daya (resources) dapat bermanfaat jika sumber daya tersebut tepat digunakan (fit) dengan tuntutan lingkungan. Sumber daya memiliki efek yang berbeda dalam berbagai situasi. Dengan kata lain, sumber daya yang sangat bernilai dalam sebuah situasi mungkin saja tidak dapat digunakan dalam situasi lain (French, Caplan, & Van Harrison; French, Rodgers & Cobb dalam Hobfoll, 2002). Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan French dan rekan-rekannya tersebut, penelitian ini tidak menggunakan semua dimensi character strengths sebagai Independent Variable (IV). Penelitian ini hanya menggunakan beberapa character strengths yang memiliki pengaruh terhadap stres akademik berdasarkan beberapa jurnal penelitian sebelumnya dan buku Character Strengths and Virtue: a Handbook and Classification.

Dokumen terkait