• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.

)

Oleh:

Hanna Maryama

NIM: 1110070000003

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Mulai dan lakukan segala sesuatu dengan membaca basmalah

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)

“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya

menetapi kesabaran” (QS. Al Ashr: 1-3)

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik

baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila

mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan

kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar,

(6)

vi

Persembahan:

(7)

vii b) Maret 2015

c) Hanna Maryama

d) Pengaruh Character Strengths dan Gender terhadap Stres Akademik Mahasiswa UIN Jakarta yang Kuliah sambil Bekerja

e) xvi + 102 halaman + lampiran

f) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari Character Strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki stres akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang kuliah namun tidak bekerja. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa Character Strengths dapat menjadi benteng dalam menghadapi kehidupan yang negatif dan menjaga atau bahkan meningkatkan kesejahteraan meskipun sulit. Character strengths dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan, mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Sampel yang digunakan sebanyak 252 orang mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Sampel diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Dalam penelitian ini, penulis memodifikasi instrumen pengumpulan data yaitu Student-Life Stress Inventory (SSI) untuk skala stres akademik dan VIA Inventory of Strengths untuk skala character strengths.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari Character Strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable (DV), diperoleh bahwa variabel bravery, persistence, dan gender memberikan pengaruh signifikan terhadap stres akademik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan pada penelitian berikutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres akademik seperti goal setting, motivation, positive thinking, psychological well being, dan hubungan yang baik dengan keluarga, teman atau dosen.

(8)

viii gender on academic stress in UIN Jakarta working college student.

Several studies have shown that working college student have higher academic stress compared to college students, but does not work. Other studies indicate that character strengths have a buffering effect in the face of negative life and maintain or even improve well-being despite it’s difficult. Character strengths can be a protective factor that can withstand, prevent, or reduce the negative effects of stress.

This study used a quantitative approach with multiple regression analysis. The samples are 252 students UIN Jakarta working college student. Samples were taken by using a non-probability sampling techniques. In this study, the authors modify the data collection instruments, namely Student-Life Stress Inventory (SSI) for the scale of academic stress and VIA Inventory of Strengths as character strengths scale.

The results showed that there was a significant effect of character strengths and gender on academic stress in UIN Jakarta working college student. Based on the minor hypotheses results that examine each of regression coefficient of the dependent variable (DV), variables bravery, persistence, and gender has significant impact on academic stress.

Based on these results, it is suggested the next study to examine other factors that affect academic stress such as goal setting, motivation, positive thinking, psychological well being, and good relationships with family, friends or lecturers.

(9)

ix

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Character Strengths dan Gender terhadap Stres Akademik Mahasiswa UIN Jakarta yang Kuliah sambil Bekerja”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan tauladan kaum yang beriman, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mencintainya.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekanat dan jajaran dekanat lainnya yang telah memfasilitasi pendidikan mahasiswa dalam rangka

menciptakan lulusan yang berkualitas.

2. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan kesabaran dan ketulusan telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan, bimbingan, perhatian, saran, kritik dan motivasi agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

(10)

x

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasan mengenai psikologi dan seni kehidupan.

5. Kepada kedua orangtuaku, umi dan buya, terima kasih untuk doa yang tiada putus-putusnya untuk kebaikan anak-anaknya, cinta, kasih sayang,

perhatian dan dukungan yang selalu disediakan baik moril maupun materil untuk membahagiakan anak-anaknya. Terima kasih juga kepada adik-adikku tercinta Rusyda, Ruhmi, Raihan, dan Wafda yang selalu

mendoakanku dan menyemangatiku agar dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Sobat-sobat Emmeletusku Dita, Tia, Ira, Rias, Okta dan Dina, Bias, Rafa,

Lintang, Silmi, Fada dan Iyus yang membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna selama kuliah, terutama kepada sobat-sobat yang selalu siap membantu dan mendukungku selama proses penyusunan skripsi. I dit it my

way, You raise me up and We are the Champion. Terima kasih juga

kepada teman-teman lain dari angkatan 2010 khususnya kelas A yang

(11)

xi

8. Keluarga besar Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid

Fathullah yang selalu mendoakan, membantu dalam penyebaran angket dan mendorong peneliti untuk selalu bersabar, tersenyum, optimis, dan

berprasangka baik kepada Allah SWT.

9. Kepada teman-teman yang telah membantu peneliti dalam menyebar angket dan kepada teman-teman responden yang telah bersedia untuk

mengisi angket dalam penelitian ini.

10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala dukungan, bantuan, dan partisipasi yang telah

diberikan untuk membantu Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga kebaikan mereka senantiasa dibalas Allah SWT.

dengan balasan yang lebih baik. Selain itu mengingat kekurangan dan keterbatasan Peneliti, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan Peneliti sebagai bahan penyempurnaan. Serta semoga pembaca

dapat memanfaatkan karya sederhana ini. Amin.

Jakarta, 26 Maret 2015

(12)

xii

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan penelitian ... 11

2.1.2.2 Reaksi terhadap stressor akademik... 16

2.1.3 Pengukuran stres akademik ... 19

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik... ... 21

2.2 Character Strengths ... 24

2.2.1 Pengertian character strengths ... 24

2.2.2 Klasifikasi character strengths ... 25

2.2.3 Pengukuran character strengths ... 35

2.3 Kerangka Berpikir ... 36

(13)

xiii

3.3.1 Skala stres akademik ... 46

3.3.2 Skala character strengths ... 48

3.4 Pengujian Validitas Konstruk ... 50

3.4.1 Uji validitas konstruk stres akademik ... 50

3.4.1.1 Uji validitas konstruk stressor akademik ... 50

3.4.1.2 Uji validitas konstruk reaksi terhadap stressor akademik ... 51

3.4.2 Uji validitas konstruk character strengths ... 55

3.4.2.1 Uji validitas konstruk creativity ... 55

3.4.2.2 Uji validitas konstruk curiosity ... 56

3.4.2.3 Uji validitas konstruk open mindedness ... 57

3.4.2.4 Uji validitas konstruk bravery ... 58

3.4.2.5 Uji validitas konstruk persistence ... 59

3.4.2.6 Uji validitas konstruk vitality ... 60

3.4.2.7 Uji validitas konstruk love ... 61

3.4.2.8 Uji validitas konstruk self regulation ... 62

3.4.2.9 Uji validitas konstruk hope ... 63

3.4.2.10 Uji validitas konstruk humor ... 64

3.4.2.11 Uji validitas konstruk spirituality ... 66

3.5 Metode Analisis Data ... 67

4.1.3 Responden berdasarkan fakultas ... 72

4.1.4 Responden berdasarkan pekerjaan ... 73

4.1.5 Responden berdasarkan pendapatan per bulan ... 74

4.1.6 Responden berdasarkan jam kerja per minggu... 74

4.1.7 Responden berdasarkan alasan/motivasi kuliah sambil bekerja ... 75

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 76

4.2.1 Kategorisasi skor variabel penelitian ... 77

4.2.2 Kategorisasi skor stres akademik ... 77

4.2.3 Kategorisasi skor character strengths ... 78

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 80

4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian ... 80

(14)

xiv

5.3.2 Saran praktis ... 100

(15)

xv

Tabel 3.2 Blue Print Skala Character Strengths ... 49

Tabel 3.3 Muatan Faktor Stressor Akademik ... 51

Tabel 3.4 Muatan Faktor Reaksi terhadap Stressor Akademik ... 52

Tabel 3.5 Muatan Faktor Stres Akademik ... 54

Tabel 3.6 Muatan Faktor Dimensi Creativity ... 55

Tabel 3.7 Muatan Faktor Dimensi Curiosity ... 56

Tabel 3.8 Muatan Faktor Dimensi Open Mindedness ... 58

Tabel 3.9 Muatan Faktor Dimensi Bravery ... 59

Tabel 3.10 Muatan Faktor Dimensi Persistence ... 60

Tabel 3.11 Muatan Faktor Dimensi Vitality ... 61

Tabel 3.12 Muatan Faktor Dimensi Love ... 62

Tabel 3.13 Muatan Faktor Dimensi Self Regulation ... 63

Tabel 3.14 Muatan Faktor Dimensi Hope ... 64

Tabel 3.15 Muatan Faktor Dimensi Humor ... 65

Tabel 3.16 Muatan Faktor Dimensi Spirituality ... 66

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Gender ... 71

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 72

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas... 73

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 73

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan ... 74

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja per Minggu ... 74

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan/Motivasi Kuliah sambil Bekerja ... 75

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 76

Tabel 4.9 Norma Skor ... 77

Tabel 4.10 Hasil Kategorisasi Skor Stres Akademik ... 78

Tabel 4.11 Hasil Kategorisasi Skor Character Strengths ... 78

Tabel 4.12 Model Summary ... 80

Tabel 4.13 ANOVA ... 81

Tabel 4.14 Koefisien Regresi ... 82

Tabel 4.15 Proporsi Varians Independent Variable ... 86

(16)
(17)

xvii

Lampiran 2 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Stressor Akademik

Lampiran 3 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Reaksi terhadap Stressor Akademik

Lampiran 4 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Stress Akademik

Lampiran 5 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Creativity

Lampiran 6 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Curiosity

Lampiran 7 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Open Mindedness

Lampiran 8 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Bravery

Lampiran 9 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Persistence

Lampiran 10 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Vitality

Lampiran 11 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Love

Lampiran 12 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Self Regulation

Lampiran 13 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Hope

Lampiran 14 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Humor

(18)

1 1.1 Latar Belakang

Mahasiswa merupakan calon pemimpin di masa depan. Mereka

diharapkan memiliki keberhasilan akademis sebagai tujuan utama mereka. Pendidikan tinggi yang berkualitas dengan hasil yang memuaskan sangat

diharapkan oleh seluruh mahasiswa. Namun, tuntutan-tuntutan akademik dapat menyebabkan mahasiswa mengalami stres akademik (Chung, 2008). Menurut Gadzella (1991 dalam Gadzella & Masten, 2005), stres akademik adalah suatu

keadaan di mana terdapat tuntutan akademik yang melebihi sumber daya yang tersedia disertai dengan reaksi-reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku yang

diarahkan untuk menghadapi peristiwa stres tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) juga menemukan efek stres terhadap mahasiswa diantaranya 88% mahasiswa

mengalami memiliki masalah pencernaan, 75% mengalami kecemsan di rumah atau di kampus, 32% makan, minum atau merokok berlebihan untuk mengurangi

kecemasan, 77% merasakan ketegangan atau nyeri di leher atau bahu, sakit kepala, atau sesak nafas, 85% tidak dapat berhenti berpikir mengenai

(19)

Stres yang dipersepsikan negatif atau yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan masalah pada kinerja akademik maupun pada kesehatan para

mahasiswa. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh American College Health Association pada tahun 2006, salah satu masalah kesehatan terbesar yang

memiliki dampak pada kinerja akademik mahasiswa adalah masalah stres akademik. Sekitar 32 persen dari mahasiswa menyatakan bahwa stres akademik mengakibatkan kuliah yang tidak selesai (drop out) atau nilai yang lebih rendah

(Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed, Riaz dan Ramzan (2013)

menunjukkan bahwa gejala-gejala stres utama pada mahasiswa adalah kecemasan, masalah pencernaan, rasa nyeri pada leher atau bahu, dan migrain. Selain itu, mahasiswa juga sulit berkonsentrasi dan menenangkan diri karena selalu

mengkhawatirkan masalahnya.

Pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, tingkatan stres dapat lebih

tinggi karena mereka harus mengatur waktu dan tenaga agar dapat menjalani kewajiban dalam bidang akademik dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya (Gadzella & Masten, 2005; Wilks, 2008). Penelitian Furr dan Elling (dalam

Daulay & Rola, 2012) menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang

tidak bekerja dan jarang terlibat pada aktivitas kampus dan aktivitas sosial.

Data National Center for Education Statistics (Papalia dalam Daulay & Rola, 2012) juga menunjukkan bahwa para mahasiswa yang bekerja 15 jam lebih

(20)

cenderung menunjukkan prestasi yang kurang baik dalam bidang akademik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Selain itu, tekanan kerja

untuk mencapai peningkatan kualitas dapat menimbulkan reaksi stres (Elsbach & Hargadon dalam Avey, Luthans, Hannah, Sweetman & Peterson, 2012).

Dalam wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja, ditemukan bahwa efek negatif dari kuliah sambil bekerja diantaranya yaitu penurunan nilai, tugas dan jadwal kuliah yang terbengkalai, dan

jarang bergaul dengan teman dan stamina yang mudah lelah. Adapun gejala-gejala stres akademik yang mereka rasakan diantaranya yaitu merasa bingung dengan

dua pilihan atau lebih, merasa terganggu dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam waktu yang cepat, merasa tertekan dengan deadline kuliah, sering merasa cemas ketika akan menghadapi ujian semester, sering mengkhawatirkan

berbagai hal, dan selalu berusaha untuk mencari solusi yang tepat terhadap masalah pribadi. Untuk menangani dampak negatif tersebut, mereka berusaha

untuk merumuskan tujuan, mengatur jadwal dengan baik, dan menjaga kesehatan agar tetap fit. Di samping itu, mereka menyatakan bahwa mereka memilki karakter positif yang menjadi sumber kekuatan dalam diri mereka diantaranya

semangat, mandiri, rajin, pantang menyerah, easy going, ramah, mudah memaafkan, banyak ide, senang menghadapi tantangan, ingin melakukan yang

terbaik, percaya diri, selalu ingin belajar, regulasi diri yang baik, tenang, sabar, tanggung jawab, jujur dan lain-lain.

Stres akademik dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal

(21)

penelitian yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) di Universitas Bostwana yang menunjukkan bahwa sumber stres bagi para mahasiswa berkaitan dengan

manajemen waktu, tuntutan akademik, dan lingkungan akademik, diantaranya beban akademik yang berlebihan, sumber daya yang terbatas, motivasi yang

rendah, performa buruk yang berkelanjutan, gedung kampus yang sangat ramai, dan ketidakpastian mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi stres akademik yaitu character strengths

(Park, 2004); temperamen positif, self esteem, kepercayaan diri, self efficacy,

kompetensi sosial, keterampilan memecahkan masalah, internal locus of control,

gender, dan lain-lain (Chung, 2008).

Penelitian ini menggunakan character strengths sebagai Independent Variable (IV) di mana character strengths merupakan suatu topik yang

mengalami perkembangan teoretis yang kuat dalam bidang psikologi positif (Peterson & Seligman dalam Avey et.al., 2012). Di samping itu, character

strengths merupakan sekumpulan karakter positif yang berada di dalam pikiran,

perasaan, dan perilaku sehingga character strengths dapat menggambarkan kepribadian seseorang dengan lebih komperehensif.

Park (2004) menyatakan bahwa kekuatan karakter (character strengths) merupakan salah satu faktor protektif yang dapat mengurangi efek negatif dari

stres, trauma dan gangguan psikologis. Character strengths merupakan sebuah sistem klasifikasi mengenai berbagai karakter baik pada diri manusia yang telah dirumuskan oleh Peterson dan Seligman (2004). Character strengths didefinisikan

(22)

seseorang, yang memungkinkan individu untuk berkembang dan memiliki

kehidupan yang baik”. Dalam sistem ini, setiap orang dapat memiliki enam

kebajikan yang utama di mana masing-masing kebajikan terdiri dari beberapa kekuatan karakter yang mendasarinya.

Beberapa penelitian mengenai hubungan character strengths dengan kepuasan hidup menyimpulkan bahwa character strengths dapat menjadi benteng dalam menghadapi kehidupan yang negatif dan menjaga atau bahkan

meningkatkan kesejahteraan meskipun sulit (Park, 2009). Park (2004) dalam jurnal Character Strengths and Positive Youth Development menyatakan bahwa

beberapa character strengths tertentu dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan, mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres. Lounsburry, Fisher, Levy dan Welsh (2009) menyatakan bahwa kekuatan karakter dapat

mengurangi stres bagi mahasiswa melalui penilaian kognitif yang akan mengarahkan pada mekanisme coping yang lebih positif terutama pada mahasiswa

yang memiliki harapan yang tinggi.

Hasil penelitian Chung (2008) dalam disertasinya yang berjudul

Resiliency and Character Strengths Among College Students” menunjukkan

bahwa appreciation of beauty and excellence, gratitude, dan humility/modesty memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi terhadap stres akademik.

(23)

Sedangkan penelitian Avey et.al. (2012) dalam jurnal Impact of Employees’ Character Strengths of Wisdom on Stress and Creative Performance

menunjukkan bahwa kekuatan karakter wisdom berkorelasi positif dengan kinerja yang kreatif dan berkorelasi negatif dengan stress pada karyawan. Berdasarkan

penelitian ini, character strengths dapat menyediakan sumber daya psikologis yang memungkinkan seseorang untuk melihat makna dari peristiwa yang mereka alami sehingga meningkatkan pemahaman terhadap lingkungan kemudian dapat

mengurangi stres (Fredrickson, 2001; Peterson & Seligman, 2004).

French dan rekan-rekannya menyatakan bahwa sumber daya (resources)

dapat bermanfaat jika sumber daya tersebut tepat digunakan (fit) dengan tuntutan lingkungan. Sumber daya memiliki efek yang berbeda dalam berbagai situasi. Dengan kata lain, sumber daya yang sangat bernilai dalam sebuah situasi mungkin

saja tidak dapat digunakan dalam situasi lain (French, Caplan, & Van Harrison; French, Rodgers & Cobb dalam Hobfoll, 2002).

Berdasarkan penjelasan French dan rekan-rekannya tersebut, penelitian ini tidak menggunakan semua dimensi character strengths sebagai Independent Variable (IV). Penelitian ini hanya menggunakan beberapa character strengths

yang memiliki pengaruh terhadap stres akademik berdasarkan beberapa jurnal penelitian sebelumnya dan buku Character Strengths and Virtue: a Handbook and

Classification. Adapun character strengths yang digunakan dalam penelitian ini

(24)

Selain character strengths, aspek personal yang dapat mempengaruhi stres akademik adalah gender. Penelitian mengenai pengaruh gender terhadap stres

akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja belum ditemui oleh peneliti. Di samping itu, beberapa penelitian yang menguji perbedaan gender terhadap stres

akademik menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga hal ini perlu diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Misra dan Castillo (2004) terhadap mahasiswa Amerika dan internasional menunjukkan bahwa persepsi reaksi

terhadap stres pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria. Pria mengalami stres yang lebih tinggi berkaitan dengan konflik. Sedangkan wanita menunjukkan

reaksi perilaku dan fisik yang lebih kuat karena wanita cenderung untuk mengekpresikan emosi mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmed, Riaz dan Ramzan (2013) yang dilakukan di Okara, Pakistan bahwa mahasiswa wanita

merasa lebih stres dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamaideh (2010) dan Busari (2012)

mengenai perbedaan gender dalam mempersepsikan stressor dan reaksi terhadap stres menunjukkan hasil yang bertentangan. Pada penelitian Hamaideh (2010) yang dilakukan terhadap mahasiswa Yordania, terdapat perbedaan signifikan

antara mahasiswa wanita dengan mahasiswa pria di mana mahasiswa wanita memiliki stres yang lebih tinggi pada frustrasi, konflik, tekanan dan perubahan.

(25)

Di sisi lain, Busari (2012) yang melakukan penelitian terhadap mahasiswa tingkat pertama di Nigeria tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan

antara mahasiswa pria dan mahasiswa wanita secara keseluruhan. Namun, berdasarkan perbedaan skor mean, mahasiswa laki-laki memiliki skor stres yang

lebih tinggi berkaitan dengan frustrasi, konflik, tekanan, dan perubahan sedangkan mahasiswa wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada masalah keuangan dan ekspektasi diri. Sedangkan berdasarkan reaksi terhadap stres, mahasiswa pria

memiliki skor reaksi fisik dan kognitif yang lebih tinggi di mana wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada reaksi emosi dan perilaku.

Hasil ini pun menunjukkan hasil yang bertentangan dengan penelitian Thawabieh dan Qaisy (2012) yang menunjukkan bahwa masalah keuangan lebih mempengaruhi mahasiswa pria dibandingkan mahasiswa wanita. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Kai-Wen (2009) menunjukkan bahwa mahasiswa pria merasakan stres yang lebih besar dari faktor keluarga dibandingkan dengan

mahasiswa wanita.

Dengan melihat beberapa aspek dari character strengths dan gender penulis ingin membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh character strengths

dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang kuliah sambil bekerja”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan masalah

Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu

(26)

yang kuliah sambil bekerja. Adapun pengertian tentang konsep variabel yang digunakan, yaitu:

1. Character strengths yang dimaksudkan di sini yaitu komponen psikologis, baik proses maupun mekanisme, yang dapat menggambarkan virtue yakni

kebajikan utama pada manusia (Peterson & Seligman, 2004). Variabel-variabel dari character strengths yang digunakan dalam penelitian ini yaitu creativity, curiosity, open-mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self

regulation, hope, humor dan spirituality.

2. Stres akademik yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah suatu keadaan

di mana terdapat tuntutan akademik yang melebihi sumber daya yang tersedia disertai dengan reaksi-reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku yang diarahkan untuk menghadapi peristiwa stres tersebut (Gadzella, 1991). Stres

akademik memiliki dua dimensi yaitu stressor akademik (terdiri dari frustrasi, konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri) dan reaksi terhadap stressor

akademik (terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku, kognitif).

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini

adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara character strengths dan gender

terhadap stres akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara creativity pada character

strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang

(27)

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara curiosity pada character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang

kuliah sambil bekerja?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara open mindedness pada character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah yang kuliah sambil bekerja?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara bravery pada character

strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang

kuliah sambil bekerja?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara persistence pada character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang

kuliah sambil bekerja?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara vitality pada character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah

sambil bekerja?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara love pada character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah

sambil bekerja?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self regulation pada character

strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang

(28)

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara hope pada character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah

sambil bekerja?

11. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara humor pada character strengths

terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah sambil bekerja?

12. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara spirituality pada character

strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang

kuliah sambil bekerja?

13. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara gender terhadap stres akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh character strengths

(terdiri atas dimensi creativity, curiosity, open-mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor dan spirituality) dan gender terhadap stres akademik yang dihadapi oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang kuliah sambil bekerja.

1.3.2 Manfaat teoritis

(29)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi kesehatan.

1.3.3 Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh dari character strengths dan gender terhadap stres akademik sehingga mahasiswa khususnya yang kuliah sambil bekerja dapat mencegah atau meminimalisir dampak negatif dari stres akademik.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini peneliti menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian

“Pengaruh character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa

UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja”, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuah serta manfaat dan sistematika penulisan.

Bab 2 Landasan Teori

Bab ini menguraikan sejumlah teori yang digunakan dalam penelitian, diantaranya pengertian stres akademik, dimensi dari stres akademik terdiri dari faktor-faktor

penyebab stres akademik (stressor akademik) dan reaksi terhadap stres akademik, pengukuran stres akademik, pengertian character strengths, dimensi dari

character strengths, faktor-faktor yang mempengaruhi character strengths,

(30)

Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini berisi uraian mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,

definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, pengujian validitas konstruk, metode analisis data serta prosedur penelitian yang dilakukan.

Bab 4 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai pengolahan semua data yang terkumpul dari penelitian ini, meliputi gambaran subjek penelitian, pengolahan statistik dan hasil

analisis data.

Bab 5 Kesimpulan, Diskusi, Dan Saran

Bagian kesimpulan berisi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Bagian diskusi membahas mengenai hasil penelitian diantaranya

mengapa suatu hipotesis ditolak atau diterima, serta keterbatasan-keterbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran metodologis untuk keperluan penelitian

selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian.

Daftar Pustaka

Merupakan daftar dari sumber-sumber referensi yang dijadikan acuan dalam penelitian ini.

Lampiran

(31)

14

2.1 Stres Akademik

Para peneliti mempelajari stres sebagai variabel yang terdiri atas stimulus dan respon. Holmes dan Rahe (dalam Gadzella & Masten, 2005) mendefinisikan stres sebagai sebuah stimulus. Mereka mengeksplorasi hubungan antara peristiwa

yang dapat menyebabkan stres dengan penyakit fisik. Menurut teori mereka, perubahan yang terjadi di dalam hubungan pribadi, pekerjaan, keuangan dapat

menyebabkan stres walaupun mereka adalah peristiwa yang menyenangkan. Selye (dalam Gadzella & Masten, 2005) mendefinisikan stres sebagai sebuah respon (reaksi fisiologis) yang ditimbulkan oleh peristiwa eksternal

(stimulus). Menurutnya, terdapat hubungan antara stres dengan penyakit fisik yang dialami oleh seseorang.

Adapun Lazarus dan Folkman (dalam Gadzella & Masten, 2005) memandang stres sebagai transaksi antara stimulus dengan respon yang mengancam individu. Stres bergantung pada bagaimana individu menilai situasi

dan beradaptasi untuk menghadapi situasi tersebut.

Baum (dalam Taylor, 2003) menjelaskan bahwa stres adalah pengalaman

(32)

mendefinisikan stres sebagai transaksi yang holistik antara individu, penyebab stres (stressor), dan lingkungan yang menghasilkan respon terhadap stres.

2.1.1 Pengertian stres akademik

Stress akademik berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan

akademik. Stres akademik menurut Grupta dan Khan (dalam Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012) adalah tekanan mental yang berkaitan dengan frutasi dengan kegagalan akademik, ketakutan akan kegagalan tersebut bahkan kesadaran

terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut.

Stres akademik merupakan kombinasi dari persepsi mahasiswa terhadap

pengetahuan yang harus diperoleh secara ekstensif dengan ketidakcukupan waktu untuk mengembangkannya (Carveth, Geese, & Moss dalam Misra, Crist, & Burdant, 2003). Sedangkan Wilks (2008) menjelaskan bahwa stres akademik

merupakan hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumber daya individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut.

Gadzella (dalam Gadzella & Masten, 2005) memandang stres akademik sebagai persepsi seseorang terhadap stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif terhadap

stressor tersebut.

Dari berbagai definisi mengenai stres di atas, peneliti menggunakan

definisi dari Gadzella (1991) sebagai pengertian dari stres akademik.

2.1.2 Dimensi stres akademik

Gadzella (1991) mengukur stres akademik dalam dua komponen yakni stressor

(33)

2.1.2.1 Stressor akademik. Menurut Gadzella dan Masten (2005), stressor akademik merupakan peristiwa atau situasi (stimulus) yang menuntut

penyesuaian diri di luar hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stressor akademik terdiri dari 5 kategori sebagai berikut:

1. Frustrations (frustrasi), yang berkaitan dengan keterlambatan dalam mencapai tujuan, kesulitan sehari-hari, kekurangan sumber daya, kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

direncanakan, tidak diterima secara sosial, kekecewaan dalam menjalani hubungan, dan melewatkan kesempatan.

2. Conflicts (konflik), berkaitan dengan pemilihan dua atau lebih alternatif yang diinginkan, dua atau lebih alternatif yang tidak diinginkan, dan antara alternatif yang diinginkan dan tidak diinginkan.

3. Pressures (tekanan), berkaitan dengan kompetisi, deadline, beban kerja yang berlebihan.

4. Changes (perubahan), berkaitan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, banyaknya perubahan dalam waktu yang bersamaan, serta kehidupan dan tujuan yang terganggu.

5. Self-imposed (pemaksaan diri), berkaitan dengan keinginan seseorang untuk berkompetisi, disukai oleh semua orang,

mengkhawatirkan segala hal, prokrastinasi, mempunyai solusi terhadap masalah, dan kecemasan dalam menghadapi ujian.

(34)

terhadap stressor akademik. Reaksi terhadap stres terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif. Reaksi terhadap stressor akademik

menurut Gadzella (1991) dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

1. Physiological (reaksi fisik) diantaranya keluarnya keringat secara

berlebihan, berbicara dengan gagap, bergemetar, pergerakan yang cepat, kelelahan, sakit perut, sesak napas, nyeri punggung, masalah kulit, sakit kepala, radang sendi, pengurangan atau pertambahan berat

badan secara drastis.

2. Emotional (reaksi emosi) diantaranya rasa takut, marah, bersalah,

dan sedih.

3. Behavioral (reaksi perilaku) diantaranya menangis, menyakiti orang lain, menyakiti diri sendiri, merokok secara berlebihan, mudah marah,

mencoba bunuh diri, menggunakan defense mechanism, dan memisahkan diri dari orang lain.

4. Cognitive Appraisal (penilaian kognitif) diantaranya bagaimana seseorang menilai situasi yang dapat menyebabkan stres dan bagaimana seseorang dapat menggunakan strategi yang tepat untuk

mengatasi situasi yang menekan.

Taylor (2003) membahas respon terhadap stres, terutama respon fisiologis

dengan lebih rinci. Secara fisik, hal-hal yang dianggap berbahaya atau mengancam diri seseorang dapat mengaktifkan sistem syaraf simpatis yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah, detak jantung, produksi keringat,

(35)

sistem HPA (Hypothalamic-Pituitary-Adrenocortical) di mana tubuh mengeluarkan hormon-hormon stres. Dalam jangka panjang, hormon-hormon

stres seperti epineprin dan norepineprin dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh, meningkatkan detak jantung, dan ketidakseimbangan biokimia tubuh

sehingga dapat menimbukan penyakit, baik penyakit fisik maupun kejiwaan. Hans Selye menjelaskan aktifasi sistem HPA ini sebagai sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome), yakni reaksi fisik nonspesifik dalam menanggapi

stres yang terdiri dari tiga tahap, yakni alarm, resistance dan exhaustion.

Alarm merupakan tahap pertama GAS di mana tubuh mengeluarkan

energi untuk menghadapi tuntutan dari penyebab stres. Pada tahap ini terjadi respon fight-or-flight yaitu pilihan untuk menghadapi penyebab stress atau menghindarinya. Resistance merupakan tahap kedua dari GAS di mana tubuh

mencoba untuk menjaga keseimbangan dalam menghadapi penyebab stress yang kronis. Exhaustion merupakan tahap ketiga dari GAS di mana bagian atau sistem

tubuh mengalami kerusakan akibat tuntutan dari stres yang sangat kronis (Blonna, 2005).

Adapun respon kognitif meliputi proses penilaian terhadap stres yang

dianggap berbahaya atau mengancam diri, kekacauan pikiran, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, atau munculnya pikiran-pikiran yang tidak sehat. Respon

kognitif juga meliputi aktivitas coping. Reaksi emosi terhadap stres diantaranya perasaan takut, cemas, malu, marah, depresi, penyangkalan, bahkan sabar dan tabah. Respon perilaku dapat berupa tindakan melawan penyebab stres atau

(36)

Banyak studi yang meneliti gejala dari stres akademik yang merupakan respon terhadap stressor akademik (Malach-Pines & Keinan; Ongori & Angola;

dalam Angolla, 2009). Gejala stres akademik tersebut, diantaranya kekurangan energi, ketergantungan dengan obat-obatan untuk mengobati penyakit, tekanan

darah yang tinggi, merasa depresi, selera makan yang meningkat/menurun, kesulitan untuk berkonsentrasi, kurang istirahat, serta merasa tegang dan cemas.

2.1.3 Pengukuran stres akademik

Stres akademik dapat diukur dengan Gadzella’s Student-Life Stress Inventory (1991) yang terdiri dari 51 item dalam format respon berupa skala Likert yang

berkisar antara 1 (tidak pernah) hingga 5 (hampir sepanjang waktu). Skala ini disusun untuk mengukur lima kategori dari stressor akademik (diukur dengan subskala frustrasi, konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri) dan empat

kategori yang menjelaskan reaksi terhadap stressor yang diukur dengan subskala fisiologis, emosi, perilaku, dan kognitif (Gadzella & Masten, 2005; Misra, Crist,

& Burant, 2003). Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Gadzella dan Masten (2005) terhadap 336 mahasiswa, konsistensi internal terhadap SSI secara keseluruhan yaitu 0.92. Pada masing-masing kategori, konsistensi internal

berkisar antara 0.61 (Self-Imposed) hingga 0.86 (Changes). Sedangkan, berdasarkan analisis CFA yang dilakukan oleh Gadzella dan Baloglu pada 2001

terhadap 381 mahasiswa, konsistensi internal dari SSI yaitu 0.92 dengan 0.92 untuk laki-laki dan 0.92 untuk perempuan. Adapun konsistensi internal untuk masing-masing kategori berkisar antara 0.63 (Self-Imposed) hingga 0.86 (Changes

(37)

Instrumen pengukuran stres akademis lainnya yaitu Academic Stress Scale (ASS) yang disusun oleh Kohn dan Frazer (1986). ASS terdiri dari 35 item. ASS

mengukur kekhawatiran akademik dengan tiga subskala yakni fisik, psikologis dan psikososial. Contoh dari stressor fisik meliputi suhu, pencahayaan, dan

keributan dalam kelas. Stressor psikologis yaitu keadaan emosi yang dihasilkan oleh pekerjaan rumah yang berlebihan, tugas yang terlupakan, dan belajar untuk menghadapi ujian. Sedangkan stressor psikososial hampir sama dengan stressor

psikologis yang meliputi interaksi interpersonal, memeriksa tugas teman, dan persiapan untuk beraktivitas di dalam kelas. Respon item menggunakan format

Likert yang menggunakan 10 poin mulai dari 0 (not stressful) hingga 9 (extremely stressful). Respon item dijumlahkan kemudian dihitung ratanya. Nilai

rata-rata yang tertinggi mengindikasikan stres akademik yang lebih besar. Penelitian

sebelumnya (Burnett & Fanshawe, 1996; Kohn & Frazer, 1986) menemukan reliabilitas internal yang tinggi sebesar 0.92 bagi pengukuran secara keseluruhan

dan antara 0.73 – 0.84 untuk masing-masing subskala dan faktor yang menyarankan adanya validitas prediktif (Wilks, 2008).

Penelitian ini menggunakan Student-Life Stress Inventory yang telah

disusun oleh Gadzella (1991). Terdapat beberapa alasan dalam memilih inventori ini. Alasan pertama yaitu inventori ini sering digunakan pada mahasiswa.

Inventori ini juga dapat mencerminkan kehidupan mahasiswa di dalam dan di luar kampus sehingga sesuai untuk digunakan pada sampel mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Selain itu, inventori ini mempunyai lingkup yang lebih luas dalam

(38)

persepsi seorang mahasiswa terhadap stressor akademik tetapi juga mengukur reaksi mereka terhadap stressor tersebut. Format respon terhadap item dalam

skala ini lebih sedikit dibandingkan dengan ASS yaitu 5 berbanding 9 juga menjadi alasan dalam menggunakan inventori ini.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stres akademik sebagaimana yang dikutip dari Kai-Wen (2009), yakni:

1) Faktor fisik

Sebagian besar remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka.

Kebanyakan mereka tidak puas dengan penampilan fisik mereka (Siegel dan Lane dalam Kai-Wen, 2009).

2) Faktor keluarga

Keluarga yang penuh dengan konflik ditandai dengan kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak dan tidak saling memahami satu

sama lain. Hal ini dapat meningkatkan stress psikologis pada anak mereka (Liu dan Chen dalam Kai-Wen, 2009).

3) Faktor sekolah

Chiang (dalam Kai-Wen, 2009) sebagian stres pada remaja berasal dari lingkungan sekolah yakni tugas yang terlalu banyak, performansi

akademik yang tidak memuaskan, persiapan untuk tes, kurangnya minat terhadap mata pelajaran/mata kuliah, dan hukuman dari guru. Harapan dari orang tua, guru dan diri sendiri biasanya menjadi sumber stress akademik

(39)

4) Faktor sosial

Seiring dengan perkembangan zaman dan beragamnya masyarakat, setiap

orang memiliki peran ganda. Di rumah, seorang mahasiswa juga berperan sebagai seorang anak, kakak atau adik, suami atau istri. (Feng dalam

Kai-Wen, 2009).

Studi yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres akademik, diantaranya:

a) Performa akademik yang buruk secara terus menerus b) Perlakuan tidak baik oleh teman

c) Beban akademik yang terlalu berat

d) Sumber yang tidak memadai untuk mengerjakan tugas e) Ketidakpastian untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus

f) Kompetisi dengan teman g) Gedung kuliah yang sesak

h) Harapan yang tinggi dari orang tua i) Tidak menghadiri perkuliahan j) Konflik dengan teman dan dosen

k) Motivasi yang rendah

Selain faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stres akademik,

terdapat faktor-faktor protektif yang dapat menunjang seseorang dalam menghadapi peristiwa yang menyebabkan stres. Faktor protektif adalah sifat dari seseorang atau konteks yang dapat memungkinkan terjadinya hasil yang lebih

(40)

2008). Dengan pengertian lain, faktor protektif adalah karakteristik yang dapat mengurangi atau menyangkal kesulitan atau resiko yang dihadapi oleh seorang

individu (Benard, 2007 dalam Chung, 2008). Dengan demikian, semakin tinggi faktor protektif yang dimiliki seseorang, semakin rendah stres yang dialami.

Secara keseluruhan, faktor protektif terdiri dari dua macam yaitu karakteristik personal individu dan karakteristik lingkungan (Chung, 2008). Faktor protektif yang merupakan karakteristik personal individu, diantaranya:

a) Temperamen positif b) Self esteem

c) Kepercayaan diri d) Self efficacy e) Kompetensi sosial

f) Keterampilan memecahkan masalah g) Internal locus of control

h) Peran gender

Sedangkan faktor protektif yang berupa karakteristik lingkungan, diantaranya:

a) Hubungan yang baik dengan orang lain b) Authoritative Parenting

c) Dukungan sosial

(41)

Di samping faktor protektif yang telah disebutkan oleh Chung (2008) tersebut, Park (2004) menyatakan bahwa beberapa character strengths tertentu

dapat menjadi faktor protektif terhadap stres.

2.2 Character Strengths

2.2.1 Pengertian character strengths

Menurut Peterson dan Seligman (2004), ”character strengths are the

psychological ingredients-processes or mechanisms-that define the virtues”.

Sedangkan “virtue are the core characteristics valued by moral philosophers and

religious thinkers: wisdom, courage, humanity, justice, temperance, and

transcendence.

Berdasarkan penjelasan tersebut, character strengths adalah komponen psikologis baik berupa proses maupun mekanisme yang dapat menggambarkan

kebajikan utama pada manusia. Menurut Peterson dan Seligman (2004), character strengths dapat menjadi jalan untuk membedakan antara satu virtue dengan virtue

yang lain. Misalnya wisdom virtue terdiri dari beberapa karakter seperti creativity, curiosity, love of learning, open-mindedness, dan perspective.

Menurut Aristoteles, kebajikan moral (moral virtue) merupakan karakter

individu yang dapat dipelajari dan diperoleh dengan membiasakannya. Sedangkan menurut Aquinas, kebajikan (virtue) adalah sebuah kebiasaan yang dapat

(42)

dan perilaku (Park, 2004). Park (2004) menambahkan bahwa character strengths yaitu sekumpulan trait positif di dalam pikiran, perasaan, dan perilaku.

Adapun definisi dari character strengths pada penelitian ini adalah definisi Peterson dan Seligman (2004) yaitu komponen psikologis berupa proses maupun

mekanisme yang dapat menggambarkan kebajikan utama pada manusia. 2.2.2 Klasifikasi character strengths

Menurut Peterson dan Seligman (2004) klasifikasi character strengths adalah

sebagai berikut:

1. Wisdom and Knowledge, yaitu kekuatan kognitif yang berkaitan dengan perolehan dan penggunaan pengetahuan dalam membentuk kehidupan yang baik, terdiri atas:

a. Creativity

Seseorang yang kreatif harus menghasilkan ide atau perilaku orisinil, baru, mengejutkan atau tidak biasa. Tetapi, orisinil saja tidak dapat

mendefinisikan kreativitas secara utuh. Perilaku atau ide tersebut harus bersifat adaptif dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan orang tersebut dan kehidupan orang lain.

b. Curiosity

Keingintahuan mencakup keterbukaan terhadap pengalaman dan

fleksibilitas terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan konsepsi awal. Orang-orang yang memiliki keingintahuan yang tinggi tidak sekedar toleran terhadap ambiguitas atau tantangan, tetapi juga

(43)

c. Open mindedness

Keterbukaan pikiran adalah keinginan untuk secara aktif mencari

bukti-bukti yang mengarah pada keyakinan, rencana, tujuan dan menimbang bukti secara adil. Memikirkan sesuatu dengan seksama

dan mengamatinya dari segala sisi. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil sebuah kesimpulan dan hanya bersandar pada bukti yang kuat untuk mengambil keputusan. Dapat mengubah pikiran jika

terdapat bukti yang kuat. Menyaring informasi secara objektif dan rasional untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain (Seligman,

2002).

d. Love of learning

Love of learning berkaitan dengan bagaimana individu memperoleh

informasi dan keterampilan baru secara umum atau spesifik yang mengarah kepada perkembangan pengetahuan individu mengenai

minat mereka. Individu dengan karakter love of learning akan merasakan emosi positif ketika berada dalam proses perolehan keterampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari

sesuatu yang benar-benar baru bagi individu tersebut.

e. Perspective (wisdom)

Memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang bijaksana kepada orang lain. Memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima oleh orang lain. Perspective berbeda dengan intelegensi, dimana

(44)

dan kapasitas untuk memberikan saran kepada orang lain. Perspective memungkinkan individu untuk menjawab pertanyaan yang kompleks

dan sulit tentang kehidupan yang digunakan untuk mencapai kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.

2. Courage, yaitu kekuatan emosional yang mengandung keinginan yang

kuat untuk menyelesaikan tujuan walaupun terdapat halangan yang bersifat eksternal maupun internal.

a. Bravery

Tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan atau rasa sakit,

berani mengutarakan keinginan walaupun ada lawan, berani tampil berbeda walaupun tidak popular, termasuk di dalamnya keberanian secara fisik, tetapi tidak terbatas pada hal itu saja. Beberapa elemen

yang terkandung dalam bravery adalah tindakan harus bersifat sukarela, terdapat pertimbangan terhadap resiko dan penerimaan

konsekuensi dari setiap tindakan, didahului oleh situasi bahaya, kehilangan, situasi yang mengandung resiko, dan potensi dari kondisi celaka.

b. Persistence

Persistence merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu

tindakan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan walapun terdapat hambatan dan kesulitan. Individu yang memiliki karakter persistence senang menyelesaikan tugas walaupun sulit tanpa banyak mengeluh

(45)

c. Integrity

Orang yang memiliki integritas tinggi berbicara dan bertindak

berdasarkan kebenaran dan menampilkan diri mereka (baik keadaan internal, perhatian ataupun komitmen) dengan tulus dan tanpa

berpura-pura walaupun dalam keadaan sendiri maupun berada dalam publik. Mereka bertanggung jawab terhadap perasaan dan perilaku mereka sendiri dan mendapatkan manfaat dari bertindak demikian.

d. Vitality

Melakukan pendekatan terhadap dunia dengan gairah dan energi,

mengerjakan sesuatu tidak setengah-setengah, hidup dengan penuh tantangan, merasa hidup dan aktif. Vitality berhubungan secara langsung baik dengan faktor somatik maupun psikologis. Secara

somatik, vitality dikaitkan dengan kesehatan fisik dan fungsi tubuh optimal, seperti tidak mudah lelah dan jatuh sakit. Secara psikologis,

vitality merefleksikan kemauan, ketergugahan, dan integrasi diri baik

interpersonal maupun intrapersonal. Ketegangan psikologis, konflik, dan stressor dapat dihadapi dengan mudah bila individu memiliki

vitality.

3. Humanity yaitu kekuatan interpersonal yang meliputi keinginan untuk

dekat dan bersahabat dengan orang lain.

a. Love

Menghargai hubungan dengan orang lain, saling berbagi dan

(46)

merepresentasikan sudut pandang terhadap orang lain yang meliputi pikiran, tingkah laku dan emosi. Love merupakan sumber dari kasih

sayang, perlindungan dan perhatian. Kapasitas untuk mencintai dan dicintai sebenarnya bersifat innate, tipikal seluruh makhluk hidup yang

mampu mengarahkan pada kesehatan fisik dan psikologis semua makhluk hidup dari segala umur.

b. Kindness

Melakukan kebaikan, menolong dan menjaga orang lain. Empati dan simpati merupakan komponen yang penting dalam kekuatan ini.

Individu yang memiliki karakter kindness biasannya akan tergerak untuk membantu orang lain dan tidak pernah merasa disibukkan saat menolong orang lain walaupun tidak mengenal orang yang ditolong

dengan baik (Seligman, 2002).

c. Social intelligence (emotional intelligence, personal intelligence) Memiliki kesadaran akan motif dan perasaan orang lain maupun diri sendiri, mengetahui bagaimana bersikap pada situasi yang berbeda, mengetahui apa yang dilakukan untuk membuat orang lain tergugah.

Social intelligence mengarah kepada hubungan sosial yang diwarnai

dengan keintiman dan kepercayaan.

4. Justice, yaitu kekuatan publik yang mendasari kehidupan masyarakat yang

sehat. Justice berhubungan dengan interaksi yang optimal antar individu, kelompok atau masyarakat.

(47)

Bekerja dengan baik pada situasi kelompok, setia pada kelompok, dan berbagi dengan kelompok. Individu dengan karaker ini memiliki rasa

tanggung jawab terhadap tugas, bekerja untuk kepentingan kelompok dibanding dengan kepentingan pribadi, setia terhadap teman, dan dapat

dipercaya. Mereka adalah teman satu tim yang menyenangkan. b. Fairness

Memperlakukan setiap orang secara adil, tidak membiarkan perasaan

subjektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain dan memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang. Fairness adalah

produk dari moral judgement, yaitu proses di mana individu menilai hal-hal yang dianggap baik ataupun buruk secara moral dan apa yang dilarang secara moral.

c. Leadership

Mendorong orang dalam kelompok untuk bekerja, menjaga hubungan

baik dengan anggota kelompok, menyiapkan aktivitas kelompok dan mengevaluasinya. Leadership sebagai sebuah kualitas kepribadian merupakan motivasi dan kapasitas seseorang untuk mempengaruhi,

membantu, mengarahkan dan memotivasi orang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Individu dengan karakter leadership

memiliki peran yang dominan dalam hubungan sosial dalam mengatur aktivitas pribadi dan orang lain dalam suatu sistem yang terintegrasi.

(48)

a. Forgiveness and mercy

Memaafkan orang lain yang berbuat salah, memberikan kesempatan

bagi orang lain dan tidak mendendam. Pemberian maaf menimbulkan sejumlah perubahan bermanfaat pada seseorang yang telah diganggu

atau disakiti oleh orang lain. Ketika individu memaafkan orang lain yang telah menyakitinya, individu tersebut cenderung akan bertindak mulia terhadap orang yang menyakitinya (Seligman, 2002).

b. Humility and modesty

Tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain dan tidak mencari

perhatian. Tangney (dalam Peterson dan Seligman, 2004) mengidentifikasikan beberapa ciri-ciri dari humility, yaitu perasaan yang akurat (tidak memandang rendah) terhadap kemampuan dan

prestasi, kemampuan untuk mengetahui kesalahan dan ketidaksempurnaan individu, terbuka terhadap ide-ide baru, informasi

yang kontradiktif dan saran, menghargai kemampuan orang lain, rendah hati terhadap kemampuan diri, dan mengapresiasi segala hal sebagai sesuatu yang memberikan kontribusi bagi kehidupan.

c. Prudence

Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat, tidak mengambil resiko

yang tidak semestinya dan tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Prudence merupakan orientasi kognitif terhadap masa depan di mana individu berusaha untuk melakukan

(49)

secara efektif. Individu dengan prudence memperhatikan konsekuensi dari setiap tindakan dan keputusan mereka, mampu menahan setiap

impuls yang akan menghambat pencapaian tujuan, menjalani hidup secara fleksibel dan sederhana, serta berusaha untuk menyeimbangkan

tujuan dengan kenyataan. d. Self- regulation (self-control)

Mengatur dan mengontrol perasaan, tingkah laku, disiplin, dan emosi.

Self regulation mengarah pada bagaimana individu mampu mengontrol

pikiran, emosi, impuls, performa, dan perilaku lainnya untuk mencapai

tujuan dan hidup sesuai dengan norma dan harapan sosial. Saat berhadapan dengan peristiwa yang menyakitkan, individu mampu meregulasi emosinya dan menetralkan perasaan negatif yang

dirasakan.

6. Transcendence, yaitu kekuatan yang dapat menciptakan hubungan dengan

lingkungan yang lebih luas dan memberi makna.

a. Appreciation of beauty and excellence

Menyadari dan menghargai keindahan, kesempurnaan, dan

keterampilan di dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari alam, kesenian, matematika, sains hingga pengalaman sehari-hari. Karakter

ini merupakan kemampuan untuk merasakan kesenangan terhadap kebaikan dan keindahan yang berada di dunia, baik dunia secara fisik maupun dunia secara sosial. Individu dengan hati dan pikiran yang

(50)

kehidupan sehari-hari dengan senang hati, mampu menemukan makna dalam kehidupan mereka, dan mampu berhubungan baik dengan

orang-orang di sekitar mereka.

b. Gratitude

Menyadari dan berterimakasih atas hal-hal baik yang terjadi; menyediakan waktu untuk mengeskpresikan rasa bersyukur. Gratitude dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni personal gratitude dan

transpersonal gratitude. Personal gratitude merupakan rasa terima

kasih kepada orang lain atas keuntungan yang individu dapatkan

melalui orang tersebut. Transpersonal gratitude merupakan rasa terima kasih yang ditujukan kepada Tuhan. Fitzgerald (dalam Peterson dan Seligman, 2004) mengatakan bahwa gratitude terdiri dari tiga

komponen, yakni apresiasi terhadap seseorang atau sesuatu, niat yang baik kepada seseorang atau sesuatu dan kecenderungan untuk

bertingkah laku berdasarkan apresiasi dan niat baik.

c. Hope (optimism)

Mengharapkan yang terbaik untuk masa depan dan berusaha

mewujudkannya serta meyakini bahwa nasib bisa berubah dan masa depan yang baik bisa dicapai. Hope, optimism, future-mindedness, dan

future-orientation meliputi pikiran, emosi, dan tingkah laku yang

(51)

terhadap hasil dan tujuan sehingga dapat melakukan tindakan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan senang hati.

d. Humor

Senang tertawa, membuat orang lain tersenyum, melihat sisi terang dan

membuat gurauan. Secara keseluruhan, humor berarti pikiran yang menyenangkan, pandangan yang membahagiakan yang memungkinkan individu untuk melihat sisi positif dari sesuatu hal dan kemampuan

untuk membuat orang lain tersenyum dan tertawa.

e. Spirituality (religiousness)

Memiliki keyakinan yang besar tentang tujuan dan makna dari alam semesta, menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lebih besar, serta memiliki keyakinan mengenai makna kehidupan yang membentuk

tingkah laku dan memberikan kenyamanan. Keyakinan ini bersifat persuasif, pervasif, stabil, dan universal. Beberapa studi menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara spirituality dan religiousness. Religiousness berasal dari bahasa Latin religio yang merujuk pada

keyakinan akan keberadaan Tuhan atau sesuatu kekuatan yang lebih

besar dari manusia dan ketaatan individu dalam menjalankan ibadah. Sedangkan spirituality berasal dari kata spiritus yang berarti nafas dari

(52)

Dari 24 variabel character strengths yang telah dijelaskan di atas, terdapat 11 variabel character strengths yang digunakan sebagai Independent Variable

(IV) yaitu creativity, curiosity, open mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, dan spirituality. Character strengths

merupakan sumber daya psikologis dalam menghadapi peristiwa yang menekan. Sedangkan French dan rekan-rekannya menyatakan bahwa sumber daya (resources) dapat bermanfaat jika sumber daya tersebut tepat digunakan (fit)

dengan tuntutan lingkungan. Sumber daya memiliki efek yang berbeda dalam berbagai situasi. Dengan kata lain, sumber daya yang sangat bernilai dalam

sebuah situasi mungkin saja tidak dapat digunakan dalam situasi lain (French, Caplan, & Van Harrison; French, Rodgers & Cobb dalam Hobfoll, 2002). Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan French dan rekan-rekannya tersebut, penelitian

ini tidak menggunakan semua dimensi character strengths sebagai Independent Variable (IV). Penelitian ini hanya menggunakan beberapa character strengths

yang memiliki pengaruh terhadap stres akademik berdasarkan beberapa jurnal penelitian sebelumnya dan buku Character Strengths and Virtue: a Handbook and Classification.

2.2.3 Pengukuran character strengths

Character Strengths dapat diukur dengan menggunakan VIA Inventory of

Strengths yang dikembangkan oleh Christopher Peterson dan Martin E. Seligman

(2004). VIA Inventory of Strengths terdiri dari 240 item di mana setiap kekuatan karakter dinilai oleh 10 item. Inventori biasanya dilakukan secara online

(53)

memilih pernyataan yang sesuai dengan dirinya. Respon dinilai dengan menggunakan skala model Likert 1 sampai 5 (dengan 1 = sangat tidak sesuai dan

5 = sangat sesuai). Skor dari masing-masing karakter berkisar antara 10 sampai dengan 50 dengan skor yang lebih tinggi mengindikasikan besarnya sebuah

kekuatan karakter (Linley, 2007).

VIA Survey terdiri dari 3 versi yaitu full-length, VIA-120 dan VIA-72. VIA-120 dikembangkan secara statistik dengan memilih 5 dari 10 pertanyaan

pada masing-masing skala yang memiliki korelasi item-skala yang paling tinggi. Sedangkan VIA-72 dikembangkan dengan memiliki 3 dari 10 pertanyaan terbaik

dari versi aslinya (VIA Institute On Character, 2014a).

Konsistensi internal dari VIA Survey yaitu 0.83. Validitas inisial VIA Survey dengan melihat pada Activities Questions (48 pertanyaan yang terdiri atas

dua lembar aktivitas bagi masing-masing character strengths) yaitu 0.55. Sedangkan jika dibandingkan dengan Flourishing Scale (Diener, 2010), validitas

inisial bagi VIA Survey yaitu sebesar 0.43. Adapun Alpha bagi masing-masing skala berkisar antara 0.68 hingga 0.91 (VIA Institute On Character, 2014a).

2.3 Kerangka Berpikir

Di dalam dunia akademik, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tuntutan akademik. Tuntutan ini terkadang terasa berat. Ditambah lagi tuntutan lain dari

rumah, aktivitas organisasi, masyarakat, atau dunia pekerjaan.

(54)

Mereka harus menyeimbangkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka agar dapat berkuliah dan bekerja secara optimal.

Ketika mereka merasa bahwa mereka tidak dapat memenuhi tuntuan akademik dengan baik mahasiswa tersebut mengalami stres akademik. Frustrasi,

konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri yang mereka sering hadapi akan menimbulkan reaksi yang berupa reaksi fisiologis, reaksi psikologis, reaksi kognitif, dan reaksi perilaku.

Agar tetap bertahan dan beradaptasi dengan baik dalam menghadapi stress akademik, mahasiswa membutuhkan faktor protektif yang dapat melindungi

seseorang dari efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa dan situasi yang menekan dan dapat mengakibatkan hasil-hasil yang positif di bawah kondisi yang penuh resiko (Masten & Reed; Benard dalam Chung, 2008).

Faktor protektif yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu character strengths. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Park (2004), beberapa

character strengths tertentu dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan,

mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres.

Creativity terdiri dari dua komponen penting yaitu menghasilkan ide baru

dan adaptif. Dengan memiliki creativity, individu akan menggunakan cara-cara yang kreatif untuk beradaptasi secara efektif dengan tantangan dan stressor

(Peterson & Seligman, 2004).

Curiosity meliputi keingintahuan dan perasaan yang positif terhadap

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Blue Print Skala Stres Akademik
Tabel 3.2 Blue Print Skala Character Strength
Tabel 3.3 Muatan Faktor Stressor Akademik
+7

Referensi

Dokumen terkait

GAMBARAN BENTUK COPING STRESS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENGALAMI..

Media massa cetak yang digunakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam promosi penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2008/2009 adalah brosur dan spanduk sedangkan media

Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UMS, artinya semakin tinggi kecerdasan

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa UKSW yang aktif kuliah sambil bekerja.. full time yang menghabiskan waktu kerja sebanyak ≥ 35 jam/per-minggu

Penelitian terdahulu mengenai hubungan antara variabel dukungan sosial dan stres akademik pada mahasiswa baru fakultas psikologi UIN Malang Angkatan 2015 dilakukan oleh

22 Putri, Galuh Arivia Nastiti. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik Mahasiswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19. UNIVERSITAS

Lalu pada kategorisasi variabel stres akademik juga sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat stres akademik dengan kategori sedang pada penelitian ini

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres akademik pada mahasiswa STIKes Graha Medika, dapat diambil kesimpulan bahwa ada