• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 71-89

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

4.3.2 Pengujian proporsi varians

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-masing Independent Variable (IV) terhadap stres akademik. Pada tabel 4.15, kolom pertama adalah Independent Variable (IV) yang dianalis satu per satu, kolom kedua merupakan penambahan varians Dependent Variable (DV) dari tiap Independent Variable (IV) yang dimasukkan secara satu per satu, kolom ketiga merupakan nilai murni varians Dependent Variable (DV) dari tiap Independent Variable (IV) yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi Independent Variable (IV) yang bersangkutan. Kolom df adalah derajat bebas bagi Independent Variable (IV) yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi. Besarnya proporsi varians pada stres kerja dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Proporsi Varians Independent Variable Model Summary

Model R R Square Change Statistics R Square Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change 1 .035a .001 .001 .303 1 250 .582 2 .069b .005 .004 .881 1 249 .349 3 .161c .026 .021 5.378 1 248 .021 4 .240d .058 .032 8.308 1 247 .004 5 .329e .108 .051 13.980 1 246 .000 6 .348f .121 .013 3.638 1 245 .058 7 .352g .124 .003 .821 1 244 .366 8 .364h .132 .008 2.253 1 243 .135 9 .366i .134 .001 .417 1 242 .519 10 .376j .141 .007 3.959 1 241 .000 11 .382k .146 .005 1.289 1 240 .257 12 .406l .165 .019 5.563 1 239 .019

a. Predictors: (Constant), Creativity

b. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity

c. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness

d. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery

e. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence f. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,

Vitality

g. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence, Vitality, Love

h. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence, Vitality, Love, SelfRegulation

i. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence, Vitality, Love, SelfRegulation, Hope

j. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence, Vitality, Love, SelfRegulation, Hope, Humor

k. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence, Vitality, Love, SelfRegulation, Hope, Humor, Spirituality

l. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence, Vitality, Love, SelfRegulation, Hope, Humor, Spirituality, Gender

Tabel 4.15 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Creativity: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.001 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.582>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Creativity

memberikan sumbangan sebesar 0,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

2. Variabel Curiosity: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.004 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.349>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Curiosity memberikan sumbangan sebesar 0.4 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

3. Variabel Open Mindedness: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.021 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.021<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Open Mindedness memberikan sumbangan sebesar 2,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.

4. Variabel Bravery: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.032 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.004<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Bravery memberikan sumbangan sebesar 3,2 % bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.

5. Variabel Persistence: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.051 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.000<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Persistence memberikan sumbangan sebesar 5,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.

6. Variabel Vitality: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.013 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.058>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Vitality memberikan sumbangan sebesar 1,3 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

7. Variabel Love: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.003 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.366>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Love memberikan sumbangan sebesar 0,3 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

8. Variabel Self Regulation: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.008 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.135>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Self Regulation memberikan sumbangan sebesar 0,8 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

9. Variabel Hope: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.001 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.519>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Hope memberikan sumbangan sebesar 0,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

10. Variabel Humor: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.007 dan nilai Sig. F Change sebesar 0,00<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Humor memberikan sumbangan sebesar 0,7 % bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.

11. Variabel Spirituality: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.005 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.257>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Spirituality memberikan sumbangan sebesar 0,5 % bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.

12. Variabel gender: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.019 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.019<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel gender

memberikan sumbangan sebesar 1.9 % bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima variabel yang memberikan sumbangan terhadap bervariasinya stres akademik secara signifikan, yaitu open mindedness (2,1%), bravery (3,2%), persistence (5,1%), humor (0,7%), dan gender (1,9%).

90

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil-hasil yang didapat, maka pada bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil-hasil dari penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Peneliti akan memaparkannya pada penjelasan berikut ini.

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian ini adalah “ada pengaruh yang signifikan dari character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah

sambil bekerja”. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji

signifikansi masing-masing koefisien regresi Independent Variable (IV) terhadap Dependent Variable (DV), diperoleh bahwa variabel bravery, persistence, dan gender memberikan pengaruh signifikan terhadap stres akademik.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa character strengths dan gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Park (2004) menyatakan bahwa beberapa character strengths tertentu dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan, mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres. Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Fredrickson (2001), character strengths memungkinkan seseorang untuk melihat

makna dari peristiwa yang mereka alami yang kemudian mempengaruhi cara yang mereka yang pilih untuk mengurangi stres dan membangun resiliensi.

Dari hasil penelitian ini, dua dimensi character strengths yang termasuk dalam courage virtue yaitu bravery dan persistence memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Courage merupakan kekuatan emosional yang mengandung keinginan yang kuat untuk menyelesaikan tujuan walaupun terdapat halangan yang bersifat eksternal maupun internal.

Bravery merupakan keberanian terhadap ancaman, tantangan, kesulitan atau rasa sakit. Bravery memiliki pengaruh secara negatif yang signifikan terhadap stres akademik di mana semakin tinggi bravery maka semakin rendah stres akademik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil bahwa bravery memiliki korelasi yang rendah dengan tingkatan ketegangan

di bawah tekanan (Cox, Hallam, O’Connor, & Rachmanm ; O’Connor, Hallam &

Rachman dalam Peterson & Seligman, 2004). Menurut peneliti, bravery juga akan mendorong seseorang untuk menghadapi (fight) tantangan yang harus dihadapi sehingga akan membantu dalam mengurangi tekanan.

Sama seperti bravery, persistence juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap stres akademik di mana semakin tinggi persistence maka semakin rendah stres akademik. Persistence merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan walapun terdapat hambatan dan kesulitan. Individu yang memiliki karakter persistence senang menyelesaikan tugas walaupun sulit tanpa banyak mengeluh (Seligman, 2002). Di samping itu. persistence berkaitan dengan hardiness. Orang-orang yang

memiliki hardiness tinggi tidak akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan kemuduran (Kobasa dalam Peterson & Seligman, 2004).

Variabel gender berpengaruh signifikan terhadap signifikan terhadap stres akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja artinya ada perbedaan stres akademik antara mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah sambil bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan stres akademik yang signifikan antara laki-laki dan perempuan (Misra & Castillo, 2004; Hamaideh, 2010; Ahmed, Riaz, & Ramzan, 2013; Kai-Wen, 2009; Thawabieh & Qaisy, 2012).

Selanjutnya, jika dilihat dari proporsi varians, terdapat variabel yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik namun memiliki sumbangan yang signifikan terhadap bervariasinya stres akademik. Variabel tersebut adalah open mindedness dan humor.

Open-mindedness tidak mempengaruhi stres akademik secara signifikan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa individu dengan open mindedness yang tinggi lebih mampu untuk mengakomodasi stres (Bieri ; Suedfeld & Piedrahita dalam Peterson & Seligman, 2004). Pada masa kini dimana teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat, mahasiswa bisa mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi terhadap orang lain dengan mudah. Hal ini dapat mendukung keterbukaan pikiran dari mahasiswa. Namun, open mindedness tidak hanya meliputi keterbukaan pikiran namun juga meliputi pertimbangan seseorang

terhadap informasi tersebut di mana seseorang dapat memilih dan memilah informasi yang bermanfaat atau yang merusak.

Humor juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Shaunessy dan Suldo (dalam Kuiper, 2012) yang menunjukkan hasil bahwa siswa yang dapat menggunakan humor mereka dengan lebih efektif dapat merasakan emosi yang lebih positif ketika melakukan persiapan ujian. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Martin dan Lefcourt (dalam Kuiper, 2012) yang menunjukkan bahwa bahwa individu dengan level humor yang tinggi dapat lebih kebal terhadap dampak negatif dari stressor dalam kehidupan mereka dibandingkan dengan individu dengan level humor yang rendah. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilham et al. (dalam Kuiper, 2012) yang juga menggunakan Value In Action-Inventory Strengths (VIA-IS) namun tidak menemukan adanya pengaruh humor terhadap well being atau life satisfaction. Kuiper (2012) menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh cara mendefinisikan dan mengukur humor. VIA-IS hanya mengukur aspek positif dalam humor sedangkan humor merupakan sebuah konstruk yang terdiri dari aspek positif yang bersifat adaptif dan aspek negatif yang bersifat maladaptif. Selain itu, mungkin mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tidak mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk menjaga atau meningkatkan sense of humor mereka.

Tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, beberapa variabel character strengths lainnya yaitu creativity, curiosity, vitality, love, self regulation, hope,

dan spirituality tidak memiliki pengaruh dan tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap stres akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.

Creativity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini sejalan dengan penelitian Asad dan Khan (2003) yang tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kreativitas seorang karyawan dengan stres kerja. Hasil penelitian Avey et.al (2012) menunjukkan bahwa stres seseorang berkorelasi negatif dengan kinerja seseorang yang membutuhkan kreativitas di mana semakin rendah stres maka semakin tinggi kinerja yang kreatif. Sedangkan Dominguez (2013) menemukan bahwa dalam keadaan yang penuh dengan stressor, maka kreativitas seseorang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas tidak mempengaruhi stres. Sebaliknya, stres dapat mempengaruhi kreativitas seseorang.

Curiosity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Curiosity memiliki hubungan yang negatif dengan stres dan kebosanan (Cacioppo; McCrae & Costa; Zuckerman, dalam Peterson & Seligman, 2004). Hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian Avey et al. (2012) yang menunjukkan bahwa curiosity berkorelasi secara negatif dengan stres. Curiosity merupakan keingintahuan, minat, dan perasaan yang positif terhadap pengalaman yang menarik dan tantangan. Sedangkan kegiatan akademik dan bekerja mungkin telah menjadi suatu hal yang rutin dan kurang menarik sehingga mengurangi rasa ingin tahu, minat dan perasaan yang positif terhadap kegiatan tersebut.

Vitality merupakan dimensi yang termasuk ke dalam courage virtue namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini tidak sesuai dengan kesepakatan para ahli psikodinamika bahwa ketersediaan energi yang besar dan memadai (vitality) berhubungan dengan resolusi dari konflik psikologis dan pelepasan diri dari represi, stres dan konflik. Vitality memiliki dua komponen yaitu komponen fisik dan komponen psikologis di mana kedua hal ini saling mempengaruhi satu sama lain. Mungkin tuntutan dan tanggung jawab yang dihadapi oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dapat menguras vitality mahasiswa baik secara fisik maupun psikologis sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik.

Tidak adanya pengaruh love terhadap stres akademik sesuai dengan penelitian Chung (2008). Orang-orang yang memiliki kekuatan love biasanya memiliki seseorang yang dekat dan dapat menjaga kesejahteraan (well being) mereka. Penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Chung (2008) menggunakan mahasiswa sebagai responden dimana mahasiswa biasanya memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memiliki seseorang yang benar-benar spesial bagi mereka.

Self regulation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Daulay dan Rola (2012) menunjukkan hasil bahwa self regulated learning pada mahasiswa yang bekerja lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Mungkin karena fokus, pikiran, dan tenaga telah digunakan untuk kuliah dan bekerja, maka hal ini mengurangi regulasi diri mereka.

Hope tidak memiliki pengaruh terhadap stres akademik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Gilman, Dooley, dan Florell (dalam Niemiec, 2013) yang menunjukkan hasil bahwa hope berkorelasi negatif dengan distress psikologis dan ketidaksesuaian diri (maladjustment) di sekolah. Menurut peneliti, hope tidak berpengaruh terhadap stres akademik karena hope dalam sisi negatif justru dapat menjadi stressor yakni self-imposed dimana seseorang memaksa dirinya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Spirituality juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Labbe dan Fobes (2010) yang menunjukkan bahwa partisipan dengan spirituality yang lebih tinggi menunjukkan respon sistem syaraf simpatis yang lebih rendah ketika merespon penyebab stres dibandingkan dengan partisipan dengan spirituality yang lebih rendah. Spirituality merupakan sebuah hal yang kompleks dan meliputi beberapa aspek namun sebagian besar item yang digunakan untuk mengukur spirituality dalam penelitian ini hanya mengukur spirituality dalam aspek keyakinan. Mungkin pengukuran spirituality dalam penelitian ini kurang komprehensif sehingga spirituality tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik.

Berdasarkan kategorisasi, sebagian besar mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja dalam penelitian ini memiliki tingkatan stres akademik yang rendah. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki tingkatan stres akademik yang tinggi karena mereka harus membagi waktu, tenaga dan

pikiran mereka terhadap kuliah dan pekerjaan (Gadzella & Masten, 2005; Wilks, 2008; Daulay & Rola, 2012).

Data National Center for Education Statistics (Papalia, 2001) menunjukkan bahwa para mahasiswa yang bekerja 15 jam lebih per minggu atau bekerja di pagi sekali atau di waktu yang tidak menetap cenderung menunjukkan prestasi yang kurang baik dalam bidang akademik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Pada penelitian ini, hanya 31 (12,30 %) mahasiswa yang bekerja di atas 10 jam. Selain itu, dilihat dari jenis pekerjaannya, sebagian besar mahasiswa yaitu sebanyak 152 (60,32 %) orang bekerja sebagai pengajar privat di mana mereka memiliki jadwal yang dapat diatur dengan baik. Hal ini mungkin menyebabkan tingkatan stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja tidak terlalu tinggi.

Tingkatan stres akademik yang tidak tergolong tinggi ini mungkin juga berkaitan dengan bagaimana mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dapat menghadapi tuntutan-tuntutan (stressor) perkuliahan maupun pekerjaaannya yang dipengaruhi oleh keyakinannya mengenai kemampuan dalam menghadapi stressor dan cara yang dipilih untuk menghadapi stressor tersebut. Ed Boenisch dan Michele Haney (1998) menambahkan bahwa pengelolaan stres berhubungan dengan kebermaknaan, keseimbangan dan kesehatan. Dengan melakukan kuliah sambil bekerja, mahasiswa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah mereka tetapkan sehingga mereka dapat merasakan hidup mereka lebih bermakna. Dengan menyeimbangkan antara tuntutan dalam kuliah dan bekerja, stres dapat dikelola dengan baik sehingga stres akademik mahasiswa tidak berada dalam

tingkatan yang terlalu tinggi. Dengan menjaga kesehatan baik fisik dan psikologis, maka mahasiswa memiliki energi yang memadai untuk menghadapi tuntutan-tuntutan yang dihadapi, dalam hal ini tuntutan-tuntutan dalam perkuliahan dan pekerjaan.

Sarafino (2011) menyatakan bahwa faktor protektif akan memiliki pengaruh yang signifikan sebagai jika seseorang mengalami stres yang tinggi. Dalam penelitian ini, responden yang memiliki stres akademik yang rendah lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki stres akademik yang tinggi sehingga besarnya pengaruh karakter sebagai faktor protektif terhadap stres akademik tidak terlalu besar. Selain itu, adanya faktor-faktor yang lain yang berpengaruh terhadap stres akademik juga turut mempengaruhi besarnya pengaruh dari character strengths sebagai Independent Variable (IV) terhadap stres akademik sebagai Dependent Variable (DV).

Di samping itu, Masten dan Herbers (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor protektif, termasuk character strengths merupakan sebuah variabel kontinum yang memiliki kutub positif dan negatif sehingga character strengths tidak hanya memiliki efek buffering terhadap stres. Sebaliknya, character strengths dalam sisi yang negatif dapat menjadi sebuah titik kerawanan (vulnerability) terhadap permasalahan psikologis. Hal ini mungkin perlu ditinjau lebih jauh agar mendapatkan sebuah pemahaman teoritik yang lebih utuh dan mendalam.

Selain itu, jika dilihat dari kategorisasi, sebagian besar responden memiliki tingkatan character strengths yang rendah. Hal ini mungkin menyebabkan variabel-variabel tersebut tidak dapat memberikan sumbangan yang signifikan

terhadap bervariasinya stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja.

Bagaimanapun, ketidaksesuaian atau perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu mungkin disebabkan oleh beberapa faktor penting seperti sampling error, perbedaan penggunaan alat ukur psikologis, background sample, serta hal lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, latar belakang kultur yang berbeda antara penelitian terdahulu dan penelitian ini juga dapat menyebabkan perbedaan hasil.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa, yaitu saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran metodologis

1. Peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi stres akademik seperti goal setting, motivation, positive thinking, psychological well being, dan hubungan yang baik dengan keluarga, teman atau dosen.

2. Peneliti selanjutnya dapat meneliti pengaruh character strengths lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap stres akademik namun tidak diteliti dalam penelitian ini, diantaranya love of learning, integrity, social intelligence, prudence, dan gratitude.

3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti stres akademik pada mahasiswa yang memiliki jam kerja lebih dari 10 jam per minggu dan/atau membandingkan stres akademik antara mahasiswa yang berkuliah saja dengan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.

5.3.2 Saran praktis

1. Bagi mahasiswa, terutama yang kuliah sambil bekerja, agar dapat meningkatkan bravery dan persistence karena kedua variabel ini memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap stres akademik.

2. Bagi mahasiswa, terutama yang kuliah sambil bekerja diharapkan dapat memperhatikan kebermaknaan, keseimbangan, dan kesehatan diri mereka serta humor yang sehat karena beberapa hal ini diperlukan untuk mengelola stres secara efektif.

3. Bagi orang-orang terdekat dari mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, diharapkan dapat memberikan dukungan sosial agar mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tersebut dapat meningkatkan bravery, persistence, dan kekuatan karakter lainnya sehingga dapat mengurangi dan mempertahankan diri dari stres akademik.

4. Bagi fakultas, agar dapat memfasilitasi dengan memberikan seminar atau

training kepada mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa yang kuliah

sambil bekerja pada khususnya untuk meningkatkan bravery, persistence dan kekuatan karakter lainnya yang dapat menjadi faktor protektif dari stres akademik.

103

undergraduate students. Edu. Res. Rev., 4(2), 063-070.

Ahmed, U., Riaz, A., & Ramzan, M. (2013). Assesment of stress & stressors : A study on management students. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4(9), 687-699.

Asad, N., & Khan, S. (2003). Relationship between job-stress and burnout: Organizational support and creativity as predictor variables. Pakistan Journal of Psychological Research, 18(3-4), 139-149.

Avey, J.B, Luthans, F., Hannah, S.T., Sweetman, D., and Peterson, C. (2012).

Impact of employee’ character strengths of wisdom on stress and creative

performance. Human Resource Management Journal, 22 (2), 165-181. Begum, N. J. (2013). pengaruh character strengths terhadap kebahagiaan pada

mahasiswa uin jakarta. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Blonna, R. (2005). Coping with stress in a changing world. 3rd Edition. New York: McGraw-Hill.

Boenisch, E. & Haney, C.M. (1998). The stress owner’s manual: Meaning,

balance & health in your life. Menggapai keseimbangan hidup. Joehana Oka (terj). 2005. Jakarta: Grasindo.

Busari, A. O. (2012). Identifying difference in perceptions of academic stress and reactions to stressors based on gender among first year university students. International Journal of Humanities and Social Science, 2 (14), 138-146. Chung, H. (2008). Resiliency and character strengths among college students.

Dissertation: University of Arizona.

Daulay, S.F. & Rola, F. (2012). Perbedaan self regulated learning antara mahasiswa yang bekerja dan yang tidak bekerja. Diunduh pada 27 Mei 2014 dari http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/jurnal-fastirola.ok_.pdf.

Dominguez, E.S. (2013). Work stressors and creativity. Management, 16 (4), 469-504.

Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The broaden-and-build theory of positive emotions. American Psychological Association, 56 (3), 218-226.

Gadzella, B. M. & Baloglu, M. (2001). Confirmatory factor analysis and internal consistency of the student-life stress inventory. Journal of Instructional Psychology, 28 (2), 84-94.

Gadzella, B. M. & Masten, W. G. (2005). An analysis of the categories in the student-life stress inventory. American Journal of Psychological Research, 1 (1), 1-10.

Hamaideh, S. H. (2010). Gender differences in stressors and reactions to stressors among jordanian university students. International Journal of Social Psychiatry, 58 (1), 26-33.

Hobfoll, S.E. (2002). Social and psychological resources and adaptation. Review of General Psychology, 6 (4), 307-324.

Kadapatti, M.G., & Vijayalaxmi, A.H.M. (2012). Stressors of academic stress: A

Dokumen terkait