• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASTER INDUSTRI KREATIF PAPAN PARTIKEL BERPEREKAT GAMBIR

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar Road Map Sida (Halaman 79-84)

industri pendukung serta industri terkait lainnya melalui kerjasama dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta maupun lembaga lainya termasuk perguruan tinggi dan lembaga litbang.

Permintaan pasar dunia terhadap produk industri pengalengan ikan sangat besar, sementara kontribusi produk industri pengalengan ikan nasional sangat kecil yaitu 4%. Pemain utama regional dan dunia pada industri pengolahan ikan khususnya tuna dan sardines adalah Thailand, Spanyol, Filipina, Australia, Afsel, Srilangka, Mardives, Maroko, Peru dan Chili. Negara Thailand masih merupakan negara eksportir utama tuna kaleng, namun Philipina terus berkembang. Sedangkan Amerika Serikat pada saat ini masih merupakan negara importir utama tuna kaleng. Dimana negara pengkonsumsi tuna kaleng terus meningkat terutama di Eropa.

Ekspor ikan tuna dalam kaleng kontribusinya relatif besar, hal ini berhubungan dengan permintaan ikan tuna dalam kaleng yang jauh lebih besar dibanding dengan ikan dalam kaleng jenis sarden, mackerel, salmon dan lainnya. Sebaliknya di pasar dalam negeri volume pasar ikan tuna dalam kaleng jauh lebih kecil daripada ikan sardines dan mackerel dalam kaleng. Hal inilah yang mengakibatkan industri pengolahan ikan tuna dalam kaleng di Indonesia lebih memfokuskan ke pasar ekspor. Melihat dari kecenderungan tersebut diatas, maka dalam pengembangan industri pengolahan ikan dan hasil laut untuk mengisi pangsa pasar dunia, maka harus di upayakan.

Dilihat dari besarnya kebutuhan ikan tuna untuk dunia, maka Sumatera Barat punya peluang besar untuk meningkatkan produksi sehingga dapat diolah baik dalam bentuk ikan tuna kaleng maupun ikan tuna beku dan ikan tuna olahan beku. Untuk mendukung peningkatan produksi maka pemerintah Sumatera Barat perlu meningkatkan pula fasilitas pendorong produksi baik produksi tangkap maupun pengolahan.

Untuk itu pemerintah Sumatera Barat harus terus berusaha mengem-bangkan sarana dan prasaran infrastruktur di Pelabuhan Samudera Bungus. Keberhasilan pembangunan infrastrukur pendukung utama kegiatan ekspor, seperti pengembangan PPS Bungus, Bandara BIM bertaraf internasional dan fasilitas cargo langsung ke luar negeri dapat mempercepat pembangunan perikanan daerah ini serta menjadi daya tarik bagi investor sektor perikanan

berekspansi didaerah ini. Bila semua kondisi perikanan Sumatra Barat makin baik maka pemanfaatan ikan tuna dapat ditingkatkan.

Pengembangan terhadap industri pengolahan ikan tuna dan sejenisnya, Provinsi Sumatera Barat khususnya Kota Padang mempunyai potensi dan peluang besar untuk dikembangkan. Hal ini sangat didukung dengan ketersediaan dari SDA dan sarana prasarana seperti Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus. Dari tabel di atas produksi ikan tuna dan sejenisnya pada kabupaten/Kota tahun 2008 sebesar 29.225,3 ton per tahun dan Pelabuhan Samudera Bungus tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 823,85 ton dan 987,48 ton per tahun. Dengan besarnya potensi SDA, produksi ikan tuna dan sejenisnya di Sumatera Barat maka sangat diperlukan sekali pengembangan fasilitas penolong lainnya seperti ketersediaan es curah, ruang pendingin (cool storage), sarana penangkap-an, perbaikan kapal BBM, air bersih dan berbagai fasilitas lainnya.

1) Komponen penguatan Klaster pengembangan Inovasi Industri Kelautan dan Perikanan di Sumatera Barat

Dari data Produksi yang berdasarkan Penetapan produk unggulan perikanan dan kelautan pada Sistem Inovasi Daerah yang mengacu pada nilai ekonomi, keterlibatan tenaga kerja, program yang telah dan sedang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam pengembangan produk perikanan dan keluatan dan dukungan Nasional, dan koordinasi dan sinergi berbagai program pada kawasan kelautan dan perikanan kabupaten/kota dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, sehingga akan tumbuhnya nilai tambah dari produksi yang dihasilkan pada komoditi yang ditetapkan dan dapat menunjang dari komponen yang mendukung industri.

Komponen dari sarana dan prasarana dalam mendukung pengem-bangan industri kelautan perikanan maka diharapkan akan tumbuh dan berkembang sebagai berikut :

1. Industri kapal ; pada industri kapal perikanan akan dapat tumbuh industri kapal berbasis industri yang berdasarkan kearifan lokal yang saat ini telah tumbuh dengan sendirinya, seperti yang terdapat pada setiap kawasan pesisir yang produksinya hanya di bawah 30 GT di Sumatera Barat, sedangkan industri kapal yang berbasis teknologi adalah kapal-kapal yang dibuat dengan kapasitas diatas 30 GT.

2. Industri Pabrik Es; pada industri ini yang dapat dijadikan untuk komponen utama pada pengembangan klaster di kawasan pesisir adalah untuk menunjang dan meningkatkan nilai tambah dari produksi yang dihasilkan dari proses penangkapan. Industri ini diharapkan dapat tumbuh disetiap basis penghasil komoditi perikanan disetiap kabupaten dan kota.

3. Depot BBM ; komponen yang harus tumbuh dan juga menjadi komponen utama pada sentra-sentra produksi perikan tangkap adalah tersedianya Bahan Bakar Minyak yang dapat diakses langsung oleh kapal-kapal perikanan yang beraktifitas melaut. Disetiap adanya Pelabuhan Perikanan. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) harus tersedia depot BBM ini, peran dari Pemerintah pada tersedianya BBM untuk kawasan tempat terkosentarsi perikanan harus jelas dan terpola, sehingga kebijakan yang lahir pada tersedianya BBM adalah berpihak pada perikanan rakyat dan industri yang bergerak dibidang perikanan.

4. Penyediaan Air Bersih ; komponen ini haruslah menjadi penting karena menyangkut mutu dan kualitas dari produksi yang dihasilkan. Pada kawasan pantai penyediaan air bersih juga menjadi kendala yang serius, untuk itu peran pemerintah dan swasta diharapkan dapat tumbuh dikawasan pesisir.

5. Perbengkelan/docking kapal ; untuk mendukungan berjalannya faktor produksi dan perawatan komponen kapal yang pergi melaut untuk penangkapan ikan dilaut lepas, maka peran perbengkelan yang dapat melakukan perbaikan mesin-mesin kapal baik sekala industri kecil dan besar diharapkan dapat tumbuh di kawasan sentra-sentra produksi perikanan tangkap, sehingga setiap komponen yang menjadi kendala dalam perbaikan dan perawatan peralatan yang menunjang dapat diatas secepat mungkin sehingga waktu dan trip penangkapan dapat berjalan dengan yang ditentukan oleh masing-masing manajemen disetiap usaha dan perusahaan perikanan.

6. Transportasi darat,laut dan udara; faktor transportasi dalam pengembangan industri perikanan haruslah perhatian, lalu lintas arus barang (hasil produksi perikanan secara menyeluruh) berjalan dengan lancar.

7. Pusat Pelatihan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan ; Pusat-pusat pelatihan dalam meningkat SDM terutama dalam alih teknologi diharapkan tumbuh disetiap kabupaten/kota. Pemerintah dan dunia usaha harus berperanan dalam mengembangkan pusat-pusat pendidikan, sehingga peran Perguruan Tinggi menjadi faktor penggerak utama dalam menunjang kegiatan pergerakan industri kelautan dan perikanan.

8. Industri Pengolahan Perikanan; untuk mengatasi kelebihan produksi yang berlimpah pada musim-musim tertentu dan tidak terjadinya penurunan harga secara drastis dari melimpahnya produksi maka industri pengolahan hasil perikanan dapat ditumbuhkan untuk mengatasi masalah ini dan ini juga dapat mendorong pihak swasta lebih berperan aktif dalam pengolahan hasil perikanan ini.

9. Jamin pasar ; untuk mendukung kesinambungan produksi dari setiap produk yang dihasilkan baik dalam bentuk segar dan olahan hasil perikanan harus mendapat dukungan dari keinginan dan permintaan pasar. Perlu ditumbuhkan organisasi yang menjadi perpanjangan dari proses dan komoditi produksi seperti Koperasi, BUMD dan pusat informasi pasar.

Klaster hasil laut tuna, tongkol, cakalang (TTC) dapat dilhat pada gambar di bawah ini dimana Ikan Tongkol dapat dibekukan, dipindang dan dijual dalam bentuk segar. Cakalang dapat dibekukan dan dibuat ikan asap. Sedangkan ikan tuna dibuat bakso ikan, ikan kaleng, Nuged, ikan beku dan abon ikan. Pemasaran ikan beku ke Jepang, Hongkong, Eropa dan AS dapat melalui badara BIM. Pemasaran dalam negeri yang sudah berjalan ke Jambi, Riau dan Kepri.

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar Road Map Sida (Halaman 79-84)

Dokumen terkait