• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pengertian umum maupun dalam dunia kesenian, komposisi berarti “susunan”. Komposisi dalam pengertian seni rupa adalah pengorganisasian unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya secara harmonis antara bagian dengan bagian, maupun antara bagian dengan keseluruhan (Kusria nto: 2007). Sedangkan Tjin dalam bukunya "fotografi itu mudah" (2012: 43) mengatakan bahwa, komposisi dalam fotografi adalah cara kita menempatkan elemen-elemen visual dalam sebuah foto. Tidak ada batasan salah atau benar karena komposisi dalam fotografi adalah sebuah bentuk seni, yang ada adalah apakah komposisi tersebut mampu menceritakan maksud dari fotografer dan terlihat menarik atau tidak. Semuanya tergantung dari "feeling" dan ”sense" dari fotografer itu sendiri.

Menyusun komposisi merupakan upaya menyusun elemen-elemen foto yang esensial seperti bentuk, nada, warna yang dalam fotografi hitam putih diwakili oleh nuansa atau gradasi nada kelabu, pola dan tekstur di dalam batasan suatu ruang. Tujuan dari menyusun komposisi yaitu mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, sehingga gambar tersebut menjadi satu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan demikian, menjadi lebih enak dipandang.

Penyusunan komposisi membutuhkan adanya suatu ruang tertentu yaitu format. Format bersifat mengikat, dengan pengertian bahwa suatu komposisi yang baik pada format tertentu belum tentu cocok atau sesuai dalam format yang lain. Untuk memperoleh komposisi yang baik, dituntut agar memiliki kepekaan tersendiri, yang dapat diperoleh melalui latihan secara tekun, serius dan intensif.

Komposisi dalam fotografi memerlukan batasan, tanpa adanya pembatas yang jelas akan sulit untuk memahami ujung pangkal sebuah komposisi. Dasar komposisi dalam fotografi untuk merancang atau menyatukan berbagai aspek fotografi yaitu elemen-elemen visual. Penggunaan elemen visual yang tepat akan lebih memudahkan dalam perancangan sebuah karya fotografi (Tjin: 2012).

Komposisi mempunyai kesan dan dapat mempunyai nilai baik maupun kurang baik, enak dilihat atau kurang enak dilihat jika dibatasi oleh ruang tertentu. Karena itu dalam hubungan dengan gambar, dapat dikatakan bahwa komposisi tergantung pada batasan gambar, panjang banding lebar, dan tegasnya format. Hal ini didukung dengan pendapat pakar fotografi, Soelarko (1990: 20) mengatakan, format adalah syarat mutlak dari hadirnya komposisi. Tanpa format, tidak ada komposisi.

Komposisi mempunyai elemen-elemen dan seorang fotografer harus mampu menyusun elemen komposisi dengan baik untuk mendapatkan susunan atas tata letak yang enak dilihat dan menarik, karena penyusuan elemen komposisi yang tepat akan menimbulkan efek tiga dimensi di atas bidang datar ( Tjin: 2012). 1. The Rule of Thirds

Suatu perpotongan dari sebuah bidang persegi panjang atau bujur sangkar, dalam hal ini adalah format foto. Hampir tidak ada yang bisa salah bila mengikuti aturan 1/3 bidang atau the rule of thirds dalam menciptakan komposisi. Berikut contoh pedoman 1/3 bidang atau the rule of thirds:

Gambar II: Pe mbagian 1/3 bidang atau the rule of thirds Sumber: Deniek G. Sukarya, Kiat Sukses Deniek G. Sukarya, 2009:44

Bila mengikuti teknik pembagian bidang dan penempatan subjek sesuai dengan acuan komposisi yang baku ini pasti akan selalu berhasil menciptakan karya foto yang kuat dan mengesankan (Deniek, 2009: 44). Saat melihat sebuah foto, biasanya penikmat akan mengarah ke salah satu titik perpotongan empat garis, dibandingkan dengan pusat atau tepi foto (Tjin, 2012: 44). Penggunaan pedoman 1/3 bidang bisa membuat penikmat karya foto tidak mudah jenuh, serta bisa memperjelas kesan pandangan kemana mata akan melihat.

2. Komposisi Arah Gerak atau Pandang

Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Ruang di depan objek lebih luas dari pada di belakang objek.

Gambar III: Komposisi Arah Gerak / Pandang

Sumber: http://www.ensiklopediapramuka.com/2013/07/fotografi- videografi-pramuka-teknik.html

Komposisi arah digunakan untuk mengatur atau memastikan arah pandangan kita pada subyek utama foto. Apa yang ingin kita tonjolkan dalam foto dan yang ingin kita tunjukkan dari sebuah kondisi, suasana atau hal menarik yang menjadi konsentrasi kita ketika memotret.

3. Komposisi Point of Interest

Sebuah objek atau warna yang menjadikan pusat perhatian. Point of interest dalam fotografi adalah fokus atau titik utama dalam sebuah foto dimana titik tersebut menjadi inti cerita dari sebuah foto. Dengan kata lain, point of interest akan menjadi titik awal untuk mengeksplorasi sebuah karya foto. Point of interest mampu membimbing orang yang melihat foto untuk memahami konteks foto secara keseluruhan dalam seketika.

Gambar IV: Komposisi Point of Interest

Sumber: http://lensafotografi.com/teknik-dasar-fotografi- menentukan-point-of-interest/

4. Komposisi Diagonal

Kesan garis yang memotong dari sudut ke sudut persegi panjang. Komposisi diagonal merupakan salah satu dari beragam konsep komposisi foto.

Komposisi diagonal dapat membuat foto tampak lebih dinamis jika objek mengikuti konsep garis diagonal.

Gambar V: Komposisi Diagonal

Sumber: https://www.flickr.com/photos/concellon/6596047975/in/photostream/ Selain dasar-dasar elemen-elemen visual dan beberapa hal tentang komposisi dalam fotografi, ada yang perlu diperhatikan untuk membuat sebuah karya fotografi tampil menarik dan memberi nilai tambah, yaitu :

a. Framing (bingkai dalam bingkai)

Teknik framing dapat membantu untuk menarik perhatian kedalam objek yang dibingkai dan menambah kreasi kita untuk membentuk sebuah objek tampil menarik serta menambah keindahan pada bentuk.

b. Similiar Shape

Mengomposisikan elemen-elemen sebentuk secara harmonis di dalam suatu bingkai foto sehingga memberikan dinamika pada gambar. Dalam hal ini perlu memperhatikan volume dan harmonisa si.

c. Format Gambar

Hal ini untuk mendapatkan daya tarik subjek dan bagaimana menampilkan subjek dengan baik bersama suasana di sekitarnya. Ada dua jenis format gambar dalam fotografi yaitu horizontal dan vertikal. Format horizontal dapat menimbulkan kesan luas dan tenang. Sedangkan kesan yang dibawa oleh format vertikal adalah tinggi, agung, kokoh, kuat dan angkuh.

d. Dimensi

Dimensi dalam fotografi dapat mengangkat „rasa‟. Dengan dimensi selain memberikan kesan ruang juga untuk mengangkat suasana aslinya seper ti menghadirkan kesan „hidup‟. Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi adalah menggunakan garis arah, mengatur pembagian ruang, perbandingan ukuran, mengendalikan kedalaman ruang, susunan warna dan susunan kecerahan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendukung terjadinya dimensi ruang, yaitu permainan perspektif (aerial perspektif & linier perspektif), permainan lensa (diafragma, vario lensa, filter), permainan gelap terang, permainan cahaya, pemberian foreground & background.

F. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan bagian yang terpenting dalam fotografi karena tanpa ada cahaya tidak akan ada fotografi. Triadi (2011: 4) menyatakan bahwa "Membuat foto yang baik tidak terlepas dari metode pencahayaan. Dengan tata letak yang baik meski dengan satu sumber cahaya foto bisa memberikan sebuah nuansa dan rasa yang baik serta bermakna". Cahaya memiliki karakter penting dalam membentuk sebuah objek yaitu cahaya keras dan cahaya lembut.

1. Jenis cahaya

Salah satu unsur penting untuk mendapat hasil yang optimal dalam fotografi adalah pengaturan cahaya / pencahayaan. Pencahayaan mutlak harus diketahui dan dikuasi seorang fotografer, dengan cara melatih kepekaaan terhadap cahaya yang muncul. Cahaya yang ada dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sumbernya yaitu cahaya alami (Avaliable Light) dan cahaya buatan (Artificial Light).

a. Cahaya Alami (Avaliable Light)

Cahaya alami adalah sumber cahaya utama dalam pemotretan luar ruangan. Sumber dari cahaya alam berasal dari matahari dan benda2 angkasa ya ng mampu memantulkan cahaya, seperti bulan. Berdasarkan metode penggunannya cahaya alami ini terbagi menjadi dua yaitu cahaya langsung (direct light) dan cahaya tidak langsung (indirect light), dimana cahaya langsung (direct light) adalah cahaya matahari yang langsung mengenai objek tanpa terhambat/terhalang apapun. Cahaya langsung mempunyai sifat yang keras (Hard Light) karena berkas cahayanya kuat sehingga menghasilkan bayangan yang tajam.

Sedangkan Cahaya tidak langsung (indirect light) yaitu cahaya matahari yang mengenai objek setelah dipantulkan (Reflected) benda lain seperti air, cermin, tembok berwarna putih, atau bisa juga cahaya yang menyebar (diffuse) setelah cahaya melewati benda lain seperti awan, kumpulan daun, atau cahaya yang masuk melalui celah jendela (Window light). Cahaya tidak langsung (indirect light) mempunyai sifat yang halus/lembut (Soft Light) dan merata sehingga menghasilkan gradasi yang halus.

Tabel I : Waktu Terbaik dalam Aktifitas Fotografi Fajar

± 05.00 a.m

Warna pink, cahaya yang sangat halus dan kabut tipis untuk danau, sungai dan pemandangan.

Sunrise ± 05.30 a.m

Cahaya "renyah", keemasan.

Cocok untuk subjek-subjek menghadap timur. Tengah hari

± 10.00 - 14.00

Tidak cocok untuk memotret pemandangan dan manusia, tetapi baik untuk memotret gedung-gedung dan monumen. Warna bangunan dan detailnya terekam sangat baik. Sore hari

±14.00 - 16.00 Langit akan tampak biru dengan menggunakan filter polarizer. Senja hari

±16.00 - 18.00

Cahaya yang hangat, keemasan, Cocok untuk subjek-subjek menghadap barat, Waktu terbaik untuk landscape dan manusia, khususnya satu jam sebelum sunset.

Sunset

±18.00 - 18.30

Langit yang indah, mulai 10 menit sebelum sunset sampai 10 menit sesudahnya.

Maghrib 18.30-19.30

Foto malam yang indah, lampu-lampu telah menyala sedangkan langit masih nampak keunguan

b. Cahaya buatan (Artificial Light)

Cahaya buatan adalah cahaya yang dibuat untuk menerangi sebuah objek foto, biasanya cahaya buatan lebih banyak dipakai pada saat pengambilan foto di dalam ruangan. Cahaya buatan dapat dihasilkan oleh peralatan tambahan, yaitu lampu kilat, blitz atau flash. Cahaya buatan dalam fotografi memiliki efek pencahayaan yang berbeda tergantung pada jenis sumber dan cahaya yang digunakan oleh fotografer.

2. Arah cahaya

Arah datangnya cahaya akan menghasilkan atau akan memberi efek tersendiri dalam hasil akhir pemotretan. Arah cahaya sangatlah penting dalam pemotretan baik pemotretan dalam ruangan maupun pada luar ruangan. "Sudut datang cahaya = sudut pantul cahaya, begitulah seb uah teori pencahayaan" (Triadi, 2011: 4).

Kunci dari hasil foto yang baik adalah seorang fotografer harus menguasai tata letak cahaya, mempunyai feeling dan kreatifitas. Pemilihan arah cahaya yang tepat akan menganghasilkan foto yang lebih baik, oleh karena itu alangkah baiknya bila fotografer mencermati dengan seksama arah datangnya cahaya kemudian mengambil angle yang terbaik sebelum melakukan pemotretan. a. Pencahayaan dari arah depan (Front Light)

Pencahayaan dari arah depan (Front Light), Sumber cahaya datang dari arah yang sama dengan posisi kamera. Penggunaan arah cahaya ini akan menghasilkan foto yang relatif tanpa bayangan, maka efek yang tercipta adalah tekstur dari objek yang kita foto menjadi berkurang sehingga foto menjadi datar. Pencahayaan ini, banyak digunakan untuk foto dokumentasi, foto-foto kecantikan, foto sampul majalah.

b. Pencahayaan dari arah samping (Side Light)

Pencahayaan dari arah samping (Slide Light) yaitu menempatkan sumber cahaya pada samping objek dengan sudut sekitar 45 – 90 derajat. Efek yang dihasilkan adalah menonjolkan bentuk dan permukaan atau tekstur objek. Dengan side light dapat menampilkan dan menyampaikan lebih banyak karakter dan profil dari objek yang kita foto. Selain itu, kesan tiga dimensional dapat diciptakan dengan teknik ini.

c. Pencahayaan dari arah atas (Top Light)

Pencahayaan dari arah atas (Top Light) dimana cahaya dijadikan pengisi dan berada di atas objek yang akan difoto. Pencahayaan dari atas dapat memberikan efek yang dramatis pada objek. Efek ini dapa t dibandingkan dengan

cahaya matahari ketika tengah hari. Dengan top light menjadikan objek tampak tidak terpisah dari latar belakang dan terdapat bayangan yang relatif kecil. Top light sering digunakan dalam pemotretan still life dan pemotretan makanan.

d. Cahaya dari arah bawah (Bottom Light)

Sumber cahaya yang diletakkan di bawah/dari bawah objek. Metode ini banyak digunakan sebagai fill-in untuk mengurangi kontras dari main light. Pencahayaan ini efektif digunakan untuk pemotretan benda-benda transparan atau terbuat dari kaca seperti gelas dan botol. Efek yang dihasilkan bayangan akan hilang pada dasar objek dan biasanya digunakan untuk pemotretan dalam ruangan. e. Pencahayaan dari arah belakang (Back Light)

Pencahayaan dari arah belakang yang letaknya berlawanan dengan posisi kamera. Posisi sumber cahaya bisa diletakkan di belakang objek, dipantulkan atau bisa langsung mengenai objek. Efek yang dihasilkan dari teknik ini secara umum yaitu menciptakan siluet (penyederhanaan bentuk) dan rim light (cahaya yang mengelilingi objek).

Dalam penggunaan teknik ini perlu diperhatikan cahaya yang langsung mengenai kamera akan menimbulkan pantulan cahaya dan flare (masuknya cahaya yang tidak diinginkan). Maka arah sumber cahaya dari belakang perlu dikontrol dengan baik.

Gambar VI: Skema Arah Cahaya

Sumber: http://tipsfotografi.net/wp-content/uploads/2012/11/Teknik-Dasar-Pencahayaan-atau-Lighting-Fotografi-550x466.jpg

3. Gaya pencahayaan

Salah satu gaya pencahayaan dalam fotografi adalah teknik high key dan low key. Gaya pencahayaan ini sangat berhubungan erat dengan kontras. Pada teknik ini, keputusan untuk menjadikannya foto high key, low key akan mempengaruhi mood yang dihasilkan. Foto- foto high key identik untuk menyampaikan keceriaan, sementara lowkey identik dengan kesan dramatis dan menimbulkan atmosfer ketegangan. Untuk menciptakan sebuah foto high key, diperlukan pengaturan EV (Exposure Value) pada angka tinggi dan kurangnya kontras. Hal ini bisa dihasilkan dengan mengatur pencahayaannya, sehingga tidak ada shadow pada foto. Berbeda dengan high key , foto low key memiliki warna lebih gelap, dan tone yang dominan biasanya hitam. Foto-foto low key juga bisa dikenali dengan banyaknya kontras yang ditampilkan (Langford : 1982).

G. Kamera

Kamera merupakan alat yang paling penting dalam aktivitas fotografi. Kamera adalah alat untuk merekam gambar suatu objek pada permukaan peka cahaya. Nama ini didapat dari camera obcura, bahasa latin yang berarti “kotak gelap" dengan lubang sempit untuk memproyeksikan gambar pemandangan luar yang akan masuk dalam layar foto (Susanto, 2012: 68).

Dalam fotografi kamera (analog) merupakan suatu piranti untuk membantu merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Sedangkan pada kamera digital, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng sasaran bila terkena cahaya. Berikut adalah beberapa jenis kamera menurut Tjin (2012) : 1. SLR non-digital (Kamera Analog)

Kamera SLR (Single Lens Reflex) non-digital adalah salah satu kategori kamera yang dalam teknik pengambilan gambarnya masih menggunakan film seluloid. Kamera analog mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupa film seluloid itu sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera. Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog lebih akrab dengan sebutan kamera film. Hal ini lebih disebabkan karena penggunaan film yang biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif. Pada kamera digital akan dibatasi oleh besaran resolusi yang ada pada kamera, jika foto dicetak melebihi resolusi tersebut maka foto yang dihasilkan akan pecah. Berbeda dengan kamera analog yang tidak mengenal adanya batasan resolusi yang menghasilkan foto yang tidak akan pecah seberapa pun besarnya film tersebut dicetak.

Kamera analog dibuat dari bahan baku yang lebih tahan lama, namun dengan komponen yang lebih sedikitnya menjadikan kamera ini lebih ringan. Penggunaan daya baterai pada kamera ini hanya untuk menjalankan exposure meter dan light meter. Dengan segala kerumitan dalam menghasilkan sebuah foto akan membuat kita lebih hati- hati dan akan melatih insting guna mencapai hasil pencahyaan yang tepat.

2. Digital Pocket Camera

Seperti pada kamera konvensional, kamera digital jenis ini juga paling banyak digunakan karena kamera ini relatif murah dan mudah pemakaiannya. Kemudahan dan sifatnya yang ringkas merupakan dua alasan produsen membuat kamera ini. Kekurangan dari kamera ini adalah kualitas foto yang tidak begitu baik dan lensa yang tidak dapat diganti karena lensa menjadi satu dengan badan kamera.

3. Kamera Semi-Profesional

Kamera ini memiliki banyak sebutan, antara lain prosumer camera dan advance camera. Kamera ini dirancang untuk mereka yang tidak ingin disulitkan oleh pengaturan diafragma segala pernik teknik fotografi. Kelebihan kamera jenis ini adalah adanya kendali manual dan otomatis pada fokus, diafragma, dan kecepatan pembukaan lensa serta dapat mengatur jarak secara manual dan mode zooming, bahkan fasilitas macro yang sangat membantu dalam memperoleh efek gambar yang diinginkan.

4. Mirrorless System dengan sensor APS-C

Sistem ini diperuntukan bagi pengguna yang menginginkan kualitas foto setara dengan DSLR namun dengan bentuk fisik kamera yang lebih kecil. Kamera jenis ini memiliki sensor yang sama dengan kamera DSLR yaitu APS-C. Kamera jenis ini dapat menjadi alternatif, dengan kualitas foto setara kamera DSLR namun dengan fitur yang tidak terlalu rumit.

Gambar VII: Perbandingan Ukuran Sensor

Sumber: https://dannyprijadi.wordpress.com/2009/01/24/apa-bedanya-full-frame dan-aps-c-kamera-pocket-termasuk-yang- mana/

Sensor APS-C memiliki ukuran yang jauh lebih lebar dibandingkan dengan sensor yang dimiliki kamera saku yang biasanya memiliki tipe 1/2.5 inci,ini berarti sensor APS-C memiliki nilai crop factor yang lebih kecil pula.

5. Kamera Digital SLR (DSLR)

Resolusi terendah yang dimiliki kamera digital SLR adalah 5,1 megapiksel. Seperti halnya pada kamera SLR analog, kamera digital SLR juga memiliki kualitas foto yang tinggi karena mengunakan lensa optik dan system kendali manual. Selain itu, kamera ini juga memiliki sistem kerja otomatis yang dibantu oleh micro prosesor yang cukup canggih.

Kamera digital bertipe SLR ini juga menggunakan lensa yang bisa dilepas dan dapat diganti dengan lensa berdiameter lebih besar atau lebih kecil sesuai kebutuhan, karena kamera ini memiliki koleksi lensa yang lengkap.

Secara garis besar kamera DSLR terbagi atas dua macam berdasarkan besarnya sensor kamera, yaitu kamera DSLR yang menggunakan sensor tipe APS-C yang sering dijumpai dipasaran dan kamera Full Frame.

Kamera bersensor APS-C dapat dibagi menjadi beberapa model, yang pertama adalah model pemula yang biasanya memiliki k inerja yang tidak begitu cepat dan fiturnya terbatas. Model menengah ditujukan kepada meraka yang ingin serius mendalami dunia fotografi atau menginginkan kerja kamera yang lebih cepat, biasanya model ini memiliki lebih banyak tombol pada badan kamera dimana akan memudahkan pengguna dalam melakukan pergantian seting. Sedangkan kamera model canggih didesain bagi fotografer yang menyukai jenis fotografi aksi seperti olahraga, jurnalisme, satwa liar dan lain sebagainya. Kamera yang memiliki sensor Full Frame, berdasarkan prioritasnya dibagi menjadi dua model yaitu ukuran foto dan kualitas foto pada ISO tinggi dengan kinerja kamera yang tinggi.

H. Lensa

Pada awal perkembangan fotografi, hanya dikenal lensa normal sekaligus fix. Namun seiring perkembangan optik dan teknologi, akhirnya variasi lensa menjadi begitu banyak. Pengunaan lensa tertentu memberi efek yang berbeda pada foto dan memberikan manfaat tertentu yang dibutuhkan fotografer. Berdasarkan mekanisme fokusnya, lensa dibagi menjadi dua yaitu lensa Zoom dan lensa Fix (prime)

Lensa Zoom adalah lensa adalah lensa yang memiliki rentang jarak focus (focal length). Misalnya lensa kit 18-55mm, itu artinya lensa tersebut mampu menangkap objek lebar sebesar 18mm hingga telephoto mini sebesar 55mm. Lensa Zoom biasanya memiliki 2 bagian ring, satu untuk zoom dan satu lagi untuk mencari fokus. Sedangkan Lensa Fix atau biasa disebut Lensa Prime adalah kebalikan dari lensa Zoom. Lensa Fix adalah lensa yang tidak memiliki rentang jarak fokus, singkatnya lensa jenis ini adalah lensa tanpa fasilitas zoom. Jarak fokusnya hanya tertuju satu arah, maka dari itu lensa ini hanya memiliki satu ring fokus pada badan lensa. Lensa jenis ini sangat cocok untuk mencari DOF dan"bokeh" dengan bukaannya yang besar. Berdasarkan jarak fokusnya lensa dibedakan menjadi beberapa jenis (www.seputarfotografi.com: 2014) : 1. Lensa Standar

Dikatakan lensa standar atau normal karena memiliki panjang fokus sama dengan mata manusia saat melihat yaitu sekitar 50 mm. Hanya saja, perbedaan mata manusia dengan lensa standar terletak pada sudut pandang. Penglihatan lensa standar dibatasi jendela bidik kamera yang mempunyai sudut

pandang 46 derajat. Lensa standar tidak hanya memiliki focal length pada nilai 50 mm, tetapi berkembang mulai 46 mm hingga 55 mm.

Keuntungan menggunakan lensa standar dikarenakan kebanyakan mempunyai bukaan diafragma yang besar. Jenis lensa ini cocok digunakan untuk jarak pandang sedang. Misalnya foto jurnalisme, foto acara, foto olahraga in door & foto jalanan.

2. Lensa Wide Angle

Lensa ini merupakan lensa sudut pandang lebar. Lensa jenis ini mempunyai jarak fokus yang lebih pendek dari lensa standar, antara 24-40mm. Lensa jenis ini akan memiliki efek distorsi yang dapat memperburuk citra gambar jika tidak menggunakan seting yang tepat. Lensa ini akan sangat tepat jika digunakan untuk mengambil gambar panorama alam.

3. Lensa Telephoto

Lensa telephoto adalah lensa yang jarak fokusnya 60 mm atau lebih. Lensa telephoto digunakan untuk mendapatkan & memperbesar objek yang ada di kejauhan. Lensa telephoto juga mempunyai jenis lensa zoom & lensa fixed. Lensa telephoto dikatakan menjadi lensa super telephoto apabila jarak fokusnya sangat panjang(lebih dari 200mm). Jenis lensa ini umumnya berukuran besar, jadi kita membutuhkan tambahan alat untuk menopang lensa ini saat menggunakannya. Lensa jenis ini cocok digunakan dalam fotografi satwa liar dan bidang olahraga outdoor.

4. Lensa khusus

Lensa khusus adalah lensa yang dibuat untuk mengambil gambar

Dokumen terkait