• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.1 Komposisi total hasil tangkapan

Total hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian dengan menggunakan jaring rampus sebanyak 351 ekor yang terdiri atas 9 spesies. Ditinjau dari keragaman spesies yang tertangkap di Perairan Cisolok keberagaman spesies yang diperoleh relatif kecil. Keragaman spesies yang diperoleh disuatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gradient in the relative eutrophy, aliran air sungai ke laut, temperatur dan salinitas (Stergiou dan Pollard, 1994). Zamil (2007) pada penelitian dengan menggunakan jaring rampus diperairan Cisolok memperoleh 17 spesies. Pada penelitian ini hanya diperoleh 9 spesies karena jaring cenderung dioperasikan di dasar perairan sehingga cenderung terjadi perbedaan entrophy (kesesuaian perairan) antara dasar perairan dan permukaan dasar air. Adapun penelitian lain oleh Duman et al., (2006) mengenai perbedaan hanging ratio gillnet di perairan Turki memperoleh 4 spesies. Pada penelitian Duman et al., (2006) gillnet dioperasikan di Danau Keban Dam, Turki.

Stergiou dan Pollard (1994) melakukan penelitian mengenai perbedaan komposisi hasil tangkapan di perairan Samudera Atlantik dan Pantai Utara Afrika. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan geografis seperti perbedaan kedalaman perairan pada saat operasi penangkapan maupun perbedaan kondisi oseanografi seperti perbedaan salinitas dan terperatur.

Perbedaan jenis habitat juga berpengaruh terhadap keragaman spesies yang hidup dilokasi tersebut. Habitat dengan dasar perairan berkarang memiliki keragaman yang lebih tinggi daripada dengan habitat dengan dasar perairan yang berpasir (Ellsa et al., 2011). Selanjutnya Forster dan Smith (2010) mengatakan bahwa daerah penangkapan ikan dan waktu penangkapan mengakibatkan pengaruh yang besar terhadap komposisi hasil tangkapan dibandingkan dengan perbedaan spesifikasi dan konstruksi alat tangkap.

Berdasarkan nilai Indeks Shannon Wiener yang diperoleh sebagai indikator keragaman spesies yang diperoleh selama penelitian jaring rampus dengan hanging ratio 0,57 menangkap ikan dengan nilai keragaman Indeks Shanoon Wiener terbesar yakni 1,56, sedangkan jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 memiliki nilai Indeks Shannon Wiener terkecil yakni 1,23. Hal ini berarti bahwa

keragaman spesies yang diperoleh jaring rampus dengan hanging ratio 0,57 lebih tinggi di banding dengan jaring rampus lainnya. Jaring rampus dengan hanging ratio yang memiliki tingkat kekenduran yang tinggi. Akibat dari kekenduran jaring yang lebih tinggi akan menambah daya puntal jaring tersebut terhadap hasil tangkapan (Prado, 1990).

Daya puntal yang lebih tinggi pada jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 berdampak pada total jumlah ikan yang tertangkap pada jaring rampus tersebut. Berdasarkan uji ANOVA terbukti secara signifikan total jumlah ikan yang tertangkap pada jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 lebih tinggi dibandingkan dengan jaring rampus yang menggunakan hanging ratio lebih tinggi.

5.2.2 Jumlah hasil tangkapan ikan layang

Hasil tangkapan ikan layang dengan jumlah terbanyak diperoleh jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 yakni sebanyak 95 ekor dari total hasil tangkapan sedangkan hasil tangkapan terendah diperoleh jaring rampus dengan hanging ratio 0,65 yakni 56 ekor. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan hanging ratio secara signifikan mengakibatkan perbedaan hasil tangkapan ikan layang. Hasil yang diperoleh Samaranayaka et al., (1997) ketika menguji drift gillnet dengan hanging ratio 0,5 dan o,6 untuk menangkap tuna memperoleh hasil bahwa drift gillnet dengan hanging ratio 0,5 menangkap dengan jumlah 40% lebih tinggi dibandingkan drift gillnet dengan hanging ratio 0,6. Hamley (1975) juga menegaskan bahwa perbedaan hanging ratio pada gillnet lebih banyak berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan dibandingkan terhadap ukuran ikan yang tertangkap. Selanjutnya Forster dan Smith (2010) berpendapat bahwa hanging ratio tidak berpengaruh terhadap selektivitas ikan red mullet yang tertangkapan pada gillnet tapi berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan red mullet pada gillnet. Duman et al., (2006) juga memperoleh hasil bahwa perbedaan hanging ratio berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan ikan spesies Capota trutta. Gillnet dengan hanging ratio 0,67 menangkap ikan spesies Capota trutta dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan hanging ratio lainnya. Demikian pula Ayodhyoa (1981) dan Nomura and Yamazaki (1976) juga

berpendapat bahwa hanging ratio merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi penangkapan dengan gillnet.

Sebaliknya Ayaz et al., (2010) tidak memperoleh adanya perbedaan yang nyata karena adanya perbedaan hanging ratio ketika digunakan untuk menangkap ikan sea bream. Hal ini karena perbedaan hanging ratio hanya mengakibatkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan sea bream.

Hanging ratio yang rendah pada gillnet cenderung menangkap ikan dalam jumlah yang banyak karena adanya interaksi antara konstruksi gillnet terhadap ikan yang tertangkap. Bila hanging ratio berkurang maka tegangan jaring menjadi berkurang dan kendor sehingga peluang ikan untuk tertangkap semakin besar (Martasuganda, 2000 diacu dalam Ayaz, et al., (2010).

Jumlah total ikan yang tertangkap pada jaring rampus dengan menggunakan hanging ratio yang berbeda secara signifikan juga menunjukkan perbedaan yang nyata (Fhitung: 4,85 dan Probabilitas: 0,01). Uji lanjut dengan menggunakan uji BNT menunjukkan bahwa jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 secara signifikan juga menangkap ikan layang dengan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaring rampus dengan hanging ratio 0,65.

Duman et al., (2006) pada penelitian studi mengenai pengaruh hanging ratio dari gillnet di perairan Turki, memperoleh hasil bahwa hanging ratio 0,50 menangkap ikan lebih banyak dibandingkan dengan hanging ratio lainnya (0,60, 0,67, dan 0,75). Hal ini berarti semakin kecil ukuran hanging ratio gillnet dasar, maka ikan hasil tangkapan akan semakin banyak.

5.2.3 Distribusi ukuran hasil tangkapan ikan layang

Panjang cagak ikan yang tertangkap selama penelitian berkisar antara 13 cm-43 cm. Adapun panjang cagak yang dominan tertangkap berkisar 33 cm-38 cm sebanyak 96 ekor. Ikan layang yang berukuran besar dengan kisaran panjang cagak 23 cm-43 cm saat tertangkap pada jaring rampus cenderung tertangkap secara terpuntal pada semua jaring rampus dengan menggunakan berbagai hanging ratio. Hanging ratio 0,45 adalah hanging ratio terkecil dari penelitian ini dibandingkan dengan hanging ratio lainnya. Nomura dan Yamazaki (1976) mengatakan bahwa jaring rampus dengan hanging ratio kecil memiliki daya puntal yang tinggi dibandingkan dengan hanging ratio lainnya. Perbedaan

hanging ratio yang digunakan secara signifikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran hasil tangkapan ikan layang.

Pada jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 ukuran ikan layang yang dominan tertangkap berada pada kisaran panjang cagak 33 cm-38 cm. Adapun jaring rampus dengan hanging ratio 0,57 dan 0,65 ukuran ikan layang yang dominan tertangkap masing-masing berada pada kisaran 33 cm-38 cm dan 33 cm- 38 cm. Berdasarkan uji ANOVA terhadap panjang cagak yang tertangkap pada hanging ratio yang berbeda diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,93 dengan nilai probabilitas 0,00. Hal ini berarti bahwa perbedaan hanging ratio memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran hasil tangkapan. Samaranayaka et al.,(1997) juga memperoleh hasil bahwa gillnet dengan hanging ratio 0,5 memberikan perbedaan yang nyata terhadap ukuran tuna dan skipjack yang tertangkap pada drift gillnet. Duman et al., (2006) juga memperoleh hasil bahwa hanging ratio sebesar 0,5, 0,6, 0,67 dan 0,75 tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap ukuran ikan capoeta trutta yang tertangkap pada gillnet. Pada penelitian ini perbedaan hanging ratio mengakibatkan adanya perbedaan ukuran hasil tangkapan. Hal ini diduga karena pada ikan layang memiliki struktur morfologi berupa dorsal fin disekeliling badan ikan yang mengakibatkannya mudah untuk terpuntal pada jaring rampus, sehingga perbedaan hanging ratio dapat berakibat pada perbedaan ukuran ikan yang tertangkap. Rudle (1963) diacu dalam Hamley (1975) juga memperoleh hasil bahwa hanging ratio berpengaruh nyata terhadap ukuran ikan tilapia yang tertangkap. Struktur morfologi ikan layang dengan tilapia hampir mirip dimana pada keliling badan ikan memiliki sirip dorsal yang digunakan untuk berenang. Ayaz et al., (2010) juga berpendapat bahwa perbedaan hanging ratio akan mengakibatkan perbedaan yang nyata apabila kondisi morfologi ikan menunjang kondisi ikan untuk mudah terjerat pada kondisi hanging rtaio yang rendah. Hanging ratio yang rendah pada gillnet mengakibatkan mata jaring tidak dapat terbuka secara sempurna karena gillnet kendur (Prado, 1990). Akibat dari kondisi gillnet yang lebih kendur maka ikan dengan ukuran yang bervariasi lebih mudah tertangkap pada gillnet.

Ikan layang yang layak tangkap pada penelitian ini berjumlah 201 ekor atau 96,17% dari 209 ekor ikan layang yang tertangkap selama penelitian. Ikan layak tangkap yang dimaksud adalah layak tangkap secara biologi, dimana ikan sudah

matang gonad dengan ukuran panjang cagak mulai dari 20 cm (Nontji, 2002). Secara keseluruhan ikan layang yang tertangkap pada penelitian ini hampir semua layak tangkap, namun jumlah ikan layang yang tertangkap secara keseluruhan relatif sedikit. Hal ini diduga karena pada penelitian ini merupakan akhir musim puncaknya ikan layang di Perairan Cisolok yaitu pada bulan April 2011. Hardenberg (1937) diacu dalam nontji (2002) mengatakan bahwa musim ikan layang dibedakan menjadi dua yaitu musim Timur dan musim Barat. Adapun pada musim Timur berlangsung mulai dari bulan Juni sampai bulan September, dan musim Barat mulai dari bulan Januari sampai bulan April.

Girth operculum ikan layang yang tertangkap selama penelitian berkisar antara 3 cm-8 cm. Adapun ukuran girth operculum yang dominan tertangkap berkisar 13 cm-18 cm sebanyak 116 ekor atau setara dengan 55,50% dari total hasil tangkapan ikan layang selama penelitian. Perbedaan hanging ratio pada jaring rampus tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran girth operculum. Duman et al., (2006) menyebutkan bahwa perbedaan hanging ratio gillnet tidak berpengaruh secara signifikan pada girth ikan Capoeta trutta, Capoeta capoeta umbla, Barbus esocinus dan barbus rajanorum mystaceus.

Menurut Spere and Venema (1999) cara tertangkap ikan pada gillnet dapat dibedakan menjadi snaged, gilled, wedged dan entangled. Pada penelitian ini ikan layang yang tertangkap secara entangled lebih dominan dibandingkan yang tertangkap dengan cara lain yaitu sebanyak 152 ekor, sedangkan yang tertangkap dengan cara gilled sebanyak 23 ekor dan yang tertangkap secara wedged sebanyak 34 ekor dari total hasil tangkapan. Jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 menangkap ikan layang dengan cara terpuntal lebih banyak dibandingkan dengan jaring rampus dengan hanging ratio lainnya. Nomura dan Yamazaki (1976) berpendapat bahwa gillnet dengan hanging ratio 40-50% akan menyebabkan ikan tertangkap secara entangled. Hamley (1975) menyebutkan bahwa gillnet dengan hanging ratio rendah akan menyebabkan ikan tertangkap secara entangled lebih banyak dibandingkan cara tertangkap yang lain (Gambar 45).

Gambar 45 ikan layang tertangkap secara entangled.

Ikan yang tertangkap dengan cara terjerat akan memiliki perbandingan yang tetap antara mesh size gillnet dengan ukuran ikan. Apabila ukuran ikan bertambah sebesar konstanta k maka mesh size yang diperlukan untuk dapat menangkap ikan tersebut juga bertambah sebesar konstanta k (Baranov, 1976) diacu dalam Samaranyana, 1996). Sebaliknya ikan yang tertangkap dengan cara terpuntal seringkali tidak memiliki perbandingan yang tetap antara ukuran mata jaring dengan ukuran ikan yang tertangkap. Ikan yang berukuran jauh lebih besar maupun lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mesh perimeter (keliling mata jaring) gillnet dapat tertangkap dengan menggunakan gillnet tersebut. Akibatnya ukuran ikan yang tertangkap pada gillnet dengan hanging ratio rendah memiliki kisaran ukuran yang lebih besar (Hamley, 1975).

Samaranayaka et al., (1997) mengatakan bahwa terdapat korelasi yang negatif pada gillnet dengan hanging ratio berbeda. Walaupun demikian, gillnet dengan hanging ratio 0,4 lebih baik dibandingkan dengan hanging ratio lainnya. Ayaz (2010) mengatakan bawha hanging ratio tidak efektif dalam selektivitas gillnet. Akan tetatapi diduga jika hanging ratio semakin kecil, maka akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan dan hal ini tergantung dari morfologi ikan hasil tangkapan itu sendiri.

Nuhu dan Yaro (2005) pada penelitian dengan menggunakan gillnet di perairan Nigeria mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara hanging ratio yang berbeda. Hanging ratio 0,40 dan 0,50 lebih banyak menangkap ikan dengan cara terpuntal. Hal ini dapat dikaitkan dengan bentuk tubuh atau morfologi ikan dan tingkah laku renang ikan.

Berdasarkan uji Chi Square terhadap cara tertangkapnya ikan layang pada jaring rampus dengan hanging ratio yang berbeda diperoleh nilai 40,76 dengan

probabilitas 0,00. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap cara tertangkap ikan layang dapa jaring rampus dengan hanging ratio yang berbeda.