• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Dalam Implementasi Program Generasi Berencana Melalui Wadah Pusat Informasi Konseling Remaja

4.3.1 Implementasi Program Generasi Berencana Pada Remaja sekolah Melalui Wadah Pusat Informasi Konseling Di Kota Medan

4.3.1.1 Komunikasi Dalam Implementasi Program Generasi Berencana Melalui Wadah Pusat Informasi Konseling Remaja

Faktor komunikasi memegang peran penting dalam implementasi sebuah program sebagaimana halnya dalam implementasi program generasi berencacana. Persyaratan awal bagi implementasi sebuah kebijakan yang efektif adalah bahwa implementor yang melaksanakan keputusan dari sebuah kebijakan perlu mengetahui dan memahami benar apa yang harus dilakukan. Keputusan kebijakan yang akan dilaksanakan harus didasarkan atas komunikasi yang akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana.

Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi sebuah kebijakan menurut Edward III dalam budi winarno (2012:150) adalah komunikasi. Menurut Edward komunikasi merupakan persyaratan pertama

implementasi suatu kebijakan atau program yang efeketif. Komunikasi- komunikasi harus akurat dan dapat dimengerti dengan cermat oleh pelaksana. Komunikasi yang dilakukan dalam impelementasi program generasi berencana pada remaja sekolah melalui wadah Pusat informasi konseling remaja adalah dengan sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan komunikasi tidak langsung yang dilakukan oleh BPP dan KB tidak berjalan dengan baik dan kurang efektif terbukti dari tahun 2012 hanya sekitar 8 sekolah SMP dan SMA di kota Medan yang ikut serta sampai tahun 2015. Komunikasi langsung juga dibuat untuk menyampaikan program generasi berencana melalui wadah PIK-Remaja. Apabila komunikasi tidak langsung kurang efektif maka diperlukan komunikasi langsung untuk sosialisasi dan melalukan interaksi langsung dengan pihak-pihak yang akan melaksanakan dan menerima program tersebut.

Komunikasi dalam konteks penelitian ini digunakan agar implementasi program generasi berencana melalui wadah pusat informasi konseling remaja di sekolah ini dapat berjalan dengan baik. Komunikasi ini dilakukan oleh pihak BkkbN dan BPP dan KB untuk melakukan sosialisasi kepada remaja sekolah yang ada di kota Medan tentang pembentukan pusat informasi konseling remaja di sekolah untuk mewujudkan generasi berencana. Supaya pembentukan pusat informasi konseling remaja sebagai wadah program generasi berencana dapat berjalan dengan baik maka pihak Badan Perberdayaan dan keluarga Berencana (BPP dan KB) kota Medan melakukan komunikasi secara langsung dan tidak langsung untuk menyampaikan informasi tentang generasi berencana. Komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan tidak secara perorangan tetapi melalui alat perantara tertentu seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-

lainya (Fajar, 2010 : 12). Hal yang yang sama juga dilakukan pihak BPP dan KB untuk sosialisasi melalui komunikas tidak langsung. Komunikasi tidak langsung disampaikan diserahkan dari BKKBN provinsi kepada BPP dan KB sebagai penanggung jawab untuk tingkat II kemudian diserakan kepada Petugas lapangan untuk di sosialisasikan kepada sekolah sekolah. Untuk sosialisasi awal pihak BPP dan KB melakukan komunikasi tidak langsung awal melalui surat yang dikirim kepada setiap sekolah dikota Medan untuk membentuk Pusat informasi konseling Remaja sebagai wadah dari program generasi berencana (GenRe).

Komunikasi langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara face to face (tatap muka). Selain itu juga, komunikasi langsung dapat dilakukan dengan cara melakukannya melalui telepon. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi langsung merupakan salah satu cara berinteraksi antara seseorang dengan orang lain secara langsung. Komunikasi langsung untuk sosialisasi program genre melalui wadah PIK-Remaja yang dilakukan tahun 2012 melalui perwakilan BPP dan KB di kecamatan yaitu PLKB (petugas lapangan keluarga berencana). Komunikasi langsung juga dilakukan pihak BkkbN provinsi yang melibatkan BPP dan KB untuk kota Medan pada tahun 2014 mengadakan gebyar GenRe yang di hadiri siswa sekolah negeri dan swasta dan kegiatan ini masuk dalam rekor MURI karena dihadiri 6000 siswa untuk mengikrarkan penundaan pernikahan dini. Maka pada bulan februari tahun 2016 di kantor walikota diadakan pertemuan yang diselenggarakan BPP dan KB melalu BPP dan KB mengadakan sosialisasi melalui komunikasi langsung yang dihadiri walikota dan kepala sekolah dikota medan, petugas lapangan keluarga berencana untuk mengajak sekolah untuk membentuk pusat informasi konseling remaja sebagai wadah Program GenRe.

Implementasi program generasi berencana melalui wadah pusat informasi konseling remaja (PIK-R) ada yang dilakukan secara melalaui sosialisasi dengan komunikasi langsung yaitu dengan bertatap muka langsung antara pihak BPP dan KB, Petugas lapangan Keluarga berencana di kecamatan serta kepada pihak sekolah yang akan membentuk pusat informasi konseling remaja. Komunikasi secara langsung untuk sosialisasi program generasi berencana melalui wadah PIK- Remaja dilakukan dengan seminar gebyar Generasi Berencana yang diselenggarakan BkkbN di lapangan merdeka. Untuk mendukung sosialisasi melalui seminar gebyar GenRe BPP dan KB kota medan juga melakukan pertemuan di kantor walikota medan yang dihadiri oleh walikota, pihak sekolah di kota medan dan petugas lapangan keluarga berencana perwakilan setiap kecamatan. Hal ini dikatakan Harold Laswell bahwa komunikasi merupakan gambaran mengenai siapa, berbicara apa, melewati media apa, terhadap siapa, serta apa dampaknya (Fajar, 2009:32). Komunikasi yang dibuat pihak BPP dan KB menggambarkan tentang siapa yang mengelola program dan kegiatan dengan pembicaran program generasi berencana untuk penundaan usia perkawinan dan diterima oleh remaja sekolah. Ketika komunikasi tidak langsung yang dilakukan BPP dan KB untuk sosialisasi awal program generasi berencana kurang efektif maka untuk membangun komunikasi yang lebih efektif pihak BkkbN ataupun BPP dan KB kota medan melakukan komunikasi langsung dengan melakukan pertemuan. Komunikasi langsung terlihat lebih efektif untuk sosialisasi dan tetang program generasi berencana.

Program generasi berencana melalui wadah pusat infromasi di kota Medan yang komunikasi dilakukan dengan sosialisasi melalui pemberitahuan surat

kepada setiap sekolah yang disampaikan PLKB tidak efektif terbukti pada saaat itu hanya 9 sekolah yang membentuk tahun 2012-2015 hanya ada 2 sekolah yang aktif sampai 2016 SMA harapan Mandiri dan SMA Negeri 13. Dalam penelitian ini 2012-2015 sosialisasi program generasi berencan kurang dalam komunikasi langsung dengan mendatangi sekolah secara rutin dan kurangnya pertemuan ataupun seminar yang mengundang pihak sekolah. Dalam tulisan Ardiansyah yang berjudul Implementasi Program Generasi Berencana (GenRe) Di Kota Bandar Lampung Komunikasi Dalam Pelaksanaan Program GenRe Di Kota Bandar Lampung Dilakukan dengan Sosialisasi, namun Sosialisasi program tidak dilakukan sebagaimana mestinya karena kurang dilakukan sosialisasi dengan komunikasi dengan pihak sekolah (Ardiansyah, 2015 ) Komunikasi merupakan faktor penting dalam melaksanakan implementasi suatu program jika komunikasi yang dilakukan tidak baik maka yang dilakukan kurang efektif. Untuk itu pihak BPP dan KB diharapkan melakukan sosialisasi dengan komunikasi tidak langsung dan komunikasi langsung denga mendatangi sekolah dan mengadakan pertemuan.

Komunikasi yang dilakukan secara langsung dengan memberikan seminar dan peran PLKB dalam menyampaikan informasi yang di sampaikan oleh BPP dan KB yang kemudian diterima oleh sekolah-sekolah yang akan mengelola pusat informasi konseling remaja sebagai wadah program generasi berencana. Dengan dengan sosialisasi dengan komunikasi secara langsung terbukti dari 9 sekolah yang ikut pada tahun 2012-2015 dan pada tahun 2016 pertambah 74 sekolah yang sudah membentuk PIK-R disekolahnya dan memiliki kepengurusan walaupun belum aktif PIK-R disekolahnya karena sekolah-sekolah yang pada tahun 2016 membetuk PIK-R baru menerima satu kali seminar orientasi yang diadakan oleh

BPP dan KB. Sosialiasi yang dilakukan dengan komunikasi langsung dilakukan dengan mengundang pihak sekolah di kantor walikota untuk memberikan sosialisasi kembali untuk sekolah yang belum membentuk PIK-R. Edward II (Winarno, 2012 : 179) mengatakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi sebuah kebijakan adalah komunikasi. Komunikasi memegang peran penting untuk implementasi program generasi berencana melalui wadah PIK-Remaja untuk. Dalam penelitian ini komunkasi memiliki peran penting supaya sekolah mau membentuk PIK-R disekolah masing-masing sebagai wadah program generasi berencana. Komunikasi secara tidak langsung dan komunikasi langsung yang dilakukan oleh BPP dan KB untuk impementasi program generasi berencana memiliki peran yang penting untuk berjalannya implementasi program. Implementasi program Generasi berencana pada remaja sekolah diperlukan peran aktif dari BPP dan KB terutama PLKB yang menjadi perantara untuk pengelola PIK-R di sekolah. Sosialisasi dengan komunikasi langsung diperlukan supaya pihak sekolah mau membentuk PIK-R dan seharusnya pihak BPP dan KB lebih aktih untuk datang kesekolah untuk memberikan pengarahan dan sosialisasi .

Proses sosialisasi Program generasi berencanayang di mulai dengan nama Program Kesehatan Reproduksi remaja dan. Pada tahun 2014 program kesehatan reproduksi remaja diganti menjadi program generasi berencana yang di sosialisasikan melalui wadah pusat informasi konseling remaja. Dalam implementasi program proses dalam melaksanakan program menjadi penting proses didalamnya adalah aspek komunikasi, sumber daya, disposisi/sikap dan struktur birokrasi.

Proses sosialisasi pada tahun 2012-2015 sudah ada 9 sekolah yang ikut dan pada 2016 sudah bertambah 74 sekolah yang membentuk PIK-R di sekolahnya sebagai wadah program generasi berencana. Walaupun 74 sekolah yang baru membentuk PIK-R pada tahun 2016 belum aktif tetapi mereka sudah memiliki kepengurusan PIK-R disekolah. Hal ini di karenakan kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pihak instansi yang lain seperti dengan dinas pendidikan. Masih kurangnya komunikasi antara intansi lain seperti BNN dan dinas kesehatan yang juga memberikan materi membahas supaya tidak menggunakan narkoba, seks bebas dan pernikahan dini yang membuat informasi yang disampaikan semua sama yang membuat remaja disekolah bosan maka diperlukan kordinasi dan komunikasi dengan instansi lain. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Salusu (1989) Bahwa Proses implementasi dapat dilihat dari sosialisasi, sekolah yang sudah aktif PIK-R dan Untuk melihat Implementasi suatu program Salusu (1989) dalam Ilyas mengatakan Proses kegiatan implementasi sesungguhnya dapat berhasil, kurang berhasil dan atau gagal sama sekali, dapat ditinjau dari apa yang telah dicapai (Ilyas, 2011 : 15) Jadi dari tiga proses implementasi diatas yang dikatakan Salusu dalam Ilyas proses implementasi program generasi berencana pada remaja sekolah melalui wadah PIK-R kurang berhasil dalam komunikasi yang dilakukan dengan sosialisasi dan kurangnya kordinasi dengan instansi lain kurang berhasil walaupun sudah ada bertambah 74 sekolah dan memiliki kepengurusan yang belum aktif. Untuk itu proses sosialisasi program generasi berencana harusnya melibatkan dinas terkait seperti dinas pendidikan,dinas kesehatan dan BNN.

Komunikasi dalam implementasi program mencakup beberapa aspek penting yaitu tranformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi) dan konsistensi informasi. Aspek tranformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. aspek kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan aspek konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.

PIK-R sebagai wadah program generasi berencana yang hasil dari pengembangan program kesehatan reproduksi remaja (KRR) di kota Medan tidak terlihat komunikasi atau berkordinasi supaya sosialisasi tentang peningkatan kesehatan remaja supaya menjauhi narkoba, tidak melakukan seks bebas dan penundaan usia pernikahan dini tidak sosialisasikan timpang tindih misalnya BNN, dinas kesehatan dan BkkbN atau BPP dan KB sudah sosialisasikan tetap karena tidak ada koordinasi jadi informasi yang diterima itu saja yang diulang jadi dibutuhkan komunikasi dan kordinasi antar dinas terkait supaya dapat mewujudkan generasi berencana. Padahal dalam tulisan Gurendro Putro (2010) yang berjudul alternatif pengembangan model kesehatan reproduksi remaja tahun 2009 mengatakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja, Pemerintah daerah, Dinas kesehatan bersama Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan OlahRaga, Dinas Sosial serta Deparetemen Agama dan dinas yang terkait diharapkan dapat melakukan komunikasi, integrasi, sinkronisasi,

simplifikasi dan mekanisme yang tepat dan masing-masing pihak terkait harus memahami perannya (Putro, 2010: 6). Tetapi berbeda dalam hasil penelitian penulis di kota Medan tentang program generasi berencana yang dilakukan dikota medan melalui wadah PIK-R tidak melakukan kordinasi dan komunikasi yang baik karena BPP dan KB hanya memberitahukan melalui tulisan saja kepada dinas pendidikan, tanpa mengikut sertakan dinas pendidikan ataupun BNN dan dinas kesehatan untuk membantu sosialisasi. Komunikasi dan kordinasi tadi berguna supaya tidak terjadi informasi yang berlebihan kepada remaja sekolah dan pengurus PIK-R yang membuat remaja di sekolah bosan dengan topik yang sama.

PIK-Remaja sekolah juga mengundang BPP dan KB untuk menghadiri acara ulang tahun PIK-Remaja yang diadakan sekolah yang merayakan dan membuat event/perayaaan. PLKB kecamatan dan pemeberitahuan melalui majalah Horas Genre (Horas Generasi berencana), Komunikasi langsung, pengarahan yang di berikan PLKB, acara seminar Gebyar genre pada tahun 2014 dilapangan merdeka, Komunikasi tetap terjaga antara BPP dan KB dengan PLKB karena tiap 3 bulan ada buat laporan untuk PIK- Remaja yang aktif. Komunikasi BPP dan KB dengan Pengelola PIK-R disekolah dapat melalui perantara PLKB. misalnya permintaan memberikan pengarahan kesekolah ini merupakan salah satu bentuk kepedulian BP dan KB untuk melakukan komunikasi dan mensosialisasikan kembali program genre. Dalam penelitian Ilyas tentang implementasi kesehatan reproduksi mengatakan Apa yang telah dicapai oleh PIK-KRR dalam mengkomunikasikan berbagai program yang direncanakan tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak, baik pihak sekolah, pengelola, komunitas sekolah dan pihak pemerintah dengan cara mendukung kegiatan yang dilakukakan para

pengelola PIK-KRR (Ilyas, 2011:13). Seharusnya BPP dan KB tidak hanya mendatangi sekolah-sekolah yang sudah aktif tetapi juga mendatangi sekolah yang baru membetuk PIK-R untuk melakukan sosialisasi.

Aspek komunikasi dalam Implementasi program generasi berencana melalui wadah pusat informasi konseling remaja ditentukan dari beberapa unsur yang terdapat dalam komunikasi, seperti penyampai pesan, isi pesan, media yang digunakan, serta sasaran penerima pesan. Mengenai bagaimana aspek komunikasi yang terjadi antara pihak BPP dan KB, pengelola pusat informasi konseling dapat dideskripsikan sebagai berikut :

a. Transmisi

Komunikasi program generasi berencana dilakukana mulai dari tingkat provinsi, tingkat II untuk kota Medan (BPP dan KB), lalu informasi disampaikan PLKB di kecamatan kepada sekolah yang ada disetiap kecamatan. Dalam penyampain infromasi yang disampaikan PLKB di kecamatan hanya jika ada arahan dari pihak BPP dan KB untuk menyampaikan informasi kepda pihak sekolah tentang program generasi berecana penyampaian informasi misalnya mengadakan seminar, undangan mengikuti perlombaan dan pelatihan untuk pengurus PIK-R. Pihak BPP dan KB ataupun PLKB dikecamatan hanya memberikan pengarahan saat adanya arahan dari tingkat II (BPP dan KB kota Medan untuk kesekolah) tetapi ada juga PLKB yang selalu melakukan komunikasi lewat telepon jika tidak memiliki waktu untuk datang kesekolah. Apabila PLKB di kecamatan lambat menyampaikan informasi ini maka PIK-R tidak dapat menjalankan PIK-R dengan baik. Edward dalm Budi winarno

mengatakan Transmisi merupakan faktor utama dalam hal komunikasi pelaksana kebijakan. Menurut Edward dalam Budi Winarno (2012:150), penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Transmisi dalam implementasi program generasi berencana pada remaja sekolah di kota medan berupa penyampaian atau pengiriman informasi dari pemerintah kepada instansi pelaksana program dari BkkbN, BPP dan KB, PLKB kemudian kepada pengelola pusat informasi konseling di sekolah kemudian di terima oleh remaja sekolah. Transmisi pada pada program generasi berencana untuk kota medan disampai kan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (BPP dan KB ) Kota Medan. Supaya sosialisasi untuk implementasi program dapat berjalan dengan baik penyampaian infomasi yang tepat saat diperlukan untuk itu di perlukan komitmen setiap pegawai dalam penyampaian infromasi supaya tepat dan akurat.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa transmisi atau proses penyampaian Informasi tentang Penyampaian informasi untuk pengarahan program generasi berencana melalui wadah PIK-Remaja. Awal dari informasi yang diterima BPP dan KB sebagai penanggung jawab untuk tingkat II memperoleh informasi dari BKKBN provisnsi yang akan disampaikan tingkat II untuk perwakian BPP dan KB di tingkat Kecamatan yang disebut petugas lapangan. Jadi BPP dan KB memiliki jalur untuk penyampaian pesan untuk pengarahan program. Transmisi untuk memberikan penjelasan tujuan serta manfaat program generasi berencana dengan cara membentukan pusat informasi konseling remaja di sekolah. Tujuan dari penyampaian informasi supaya pengelola pusat informasi konseling remaja memahami tata cara pembentukan

pusat informasi konseling remaja untuk mewujudkan program generasi berencana. Seharusnya proses penyampaian informasi tidak hanya dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana di kecamatan diperlukan juga petugas dari tingkat II melihat dan memantau pelaksanaan program generasi berencana dengan melakukan pertemuan dan meminta pendapat kepada pengurus PIK-R. Jika proses penyampaian informasi tidak efektif maka remaja sekolah akan bingung dengan informasi yang diterima.

b. Kejelasan

Bagi petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) masih mengalami kebingungan tata pengelolahan PIK-R karena belum pelatihan dan pembinaan khusus. Walaupun PLKB masih bingung tentang pengelolahan PIK-R menambah pengetahuan dari buku panduan. Hal ini disebabkan masih kurangnya kordinasi antara petugas tingkat II dan tingkat kecamatan dalam sosialiasi. Padahal George Edward dalam Agustino (2012:151) mengatakan komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan atapun program (street-level-bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu.

Seminar orientasi dapat memberikan kejelasan kepada remaja sekolah tentang PIK-R. Pada tahun 2012-2014 informasi tentang PIK-KRR disampaikan tidak jelas hanya melalui surat yang disampaikan oleh PLKB. Pada saat itu belum dilakukan komunikasi dengan langsung seperti seminar ataupun mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah. pada tahun 2012 PIK-R yang terbentuk terkesan kalau mau membentuk PIK-R tergantung kemauan sekolah. Berdasarkan wawancara informasi lebih banyak disampaikan oleh para pegawai BPP dan KB di tingkat kecamatan. PLKB mengajak mereka untuk membentuk PIK-R.

berdasarkan wawancara yang diperoleh dari sekolah yang informasi tentang kejalasan membentuk PIK-R di sekolah masih kurang jelas karena baru dua kali mengadakan pertemuan dengan PLKB tetapi dengan waktu yang terbatas dan seminar orientasi ataupun pengenalan hanya satu kali pertemuan.

Dalam implementasi program generasi berencana melalui wadah pusat informasi konseling remaja supaya penyampaian informasi dapat diterima dengan jelas dan dapat dimengerti maka dalam tata cara teknis menerangkan. terdapat dua metode penyampaian informasi yaitu secara langsung dan tidak langsung yaitu media cetak. Penyampaian informasi langsung disampaikan oleh pihak BPP dan KB kepada sekolah melalui melalui tatap muka seperti menyampaikan melalui seminar. Dari hasil wawancara untuk kejelasan informasi BPP dan KB mengundang pihak sekolah mengadakan pertemuan. BPP dan KB juga memberikan seminar orientasi kepada sekolah-sekolah. Tetapi seminar tersebut juga membuat siswa merasa bosan karena materinnya lebih banyak tentang kesehatan dan sedikit tentang cara pengelolahan PIK-R. Acara seminar orientasi remaja sekolah sedikit diberikan sesi tanya jawab. Hal ini menyebabkan remaja sekolah mengatakan seminarnya membosankan. Padahal Hakim (2013: 98) dalam tesis berjudul implementasi program bina keluarga remaja (BKR) peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana dilakukan dengan orientasi, pelaksanaan orientasi ini berhasil membuat pengetahuan kader dan anggota BKR meningkat. Padahal dengan ada seminar orientasi dapat menambah pengetahuan remaja sekolah tentang PIK-R. Untuk kejelasan informasi pihak PLKB juga dapat membuat pengarahan sendiri di masing-masing kecamatan yang melibatkan sekolah-sekolah yang ada di kecamatan. Tetapi untuk mengadakan seminar pihak

sekolah dan PLKB mengatakan dana yang kurang menjadi kendala membuat seminar.

c. Konsistensi

Dalam penelitian ini program generasi berencana yang awalnya adalah program kesehatan reproduksi remaja yang membahas tentang kesehatan reproduksi saja tetapi berubah dan dikembangkan menajdi program generasi berencana yang cakupanya lebih luas. Konsisten dalam program ini belum ada dan tidak jelas karena membingunngkan para pelaksana karena satu program belum terlihat hasilnya sudah ditambah dengan program yang sama tetapi dengan materi yang ditambah dalam program generasi berencana. Padahal menurut Edward III dalam Winarno (2012:180), perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. Konsistensi para pelaksana dalam implementasi program generasi berencana melalui pusat informasi konseling remaja.

4.3.1.2 Sumber-Sumber Daya Dalam Implementasi Program Generasi