• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN FOKUS PENELITIAN

B. KONTEKS

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Menurut Deddy Mulyana (2001: 41-42) komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”,

communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama.”

Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila

kedua-duanya mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan (Onong Uchjana Effendy, 1992: 9).

Komunikasi meliputi unsur-unsur: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya (Onong Uchjana Effendy, 1992: 10-11).

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Baik berbentuk ide, informasi, atau opini; baik mengenai hal yang konkret maupun abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang (Onong Uchjana Effendy, 1992 : 11).

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telephone, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga (Onong Uchjana Effendy, 1992: 16-17).

b. Trend Komunikasi Masa Kini

Derasnya teknologi yang masuk ke suatu negara dapat mendekatkan jarak hubungan antar manusia. Meski demikian, tentunya tak lepas dari hal-hal negatif. Dampak alienasi, keterasingan masing-masing individu, nilai-nilai primordialisme juga dapat tercipta karena keberadaan teknologi informasi tersebut. Sebagian generasi digital akan menjadi konsumtif, hedonis, dan narsistis yang akan menghambat kemajuan bangsa (Dirjen Informasi dan Komunikasi RI, 2012: 10). Iswarahadi (2003: 10-11) sarana komunikasi modern, seperti televisi, komputer, internet, handphone, facebook, websites, dan lain sebagainya; menyebabkan komunikasi verbal semakin hilang dan kurang dihargai perannya. Sarana komunikasi modern ini mampu memproduksi dan menyebarkan gagasan

dan pemikiran orang yang sama secara massal, sehingga dalam waktu yang singkat hal sama itu dapat dibaca, didengar, dan diketahui secara luas. Melalui penggunaan sarana modern untuk berkomunikasi, orang tidak hanya menyentuh dan menyapa seseorang melainkan banyak orang sekaligus dalam waktu yang sama. Sayangnya, dengan itu komunikasi juga kehilangan unsur pribadinya, sebab orang tidak lagi berjumpa dengan seorang “engkau” tetapi dengan massa atau fans

yang banyak, sementara narasumber sendiri menjadi semacam idola atau abstraksi asing yang tidak bisa disentuh.

Perkembangan jaringan komunikasi dan informasi melalui dunia maya, sepintas tampak hanya sebagai perkembangan teknologi sarana-sarana komunikasi yang semakin luas, semakin cepat, dan menjangkau banyak orang. Cita-cita yang dikejar adalah publisitas, transparansi umum dan nilai yang diunggulkan adalah kelayakan pasar, laku jual. Sebuah ide, gagasan, ataupun barang naik harganya ketika semakin banyak orang menyukai dan merasa membutuhkannya. Untuk itu, orang berusaha keras menggunakan media massa sebagai sarana promosi, mencapai publisitas yang luas (Iswarahadi, 2003: 11).

Media massa sekarang ini bukanlah sekadar sarana, melainkan kebudayaan itu sendiri, di mana manusia hidup, bergerak, dan ada. Kebudayaan media massa telah menenggelamkan manusia seluruhnya ke dalam model komunikasi global yang tidak bisa dicegah. Penggunaan media massa dengan sendirinya akan menuntut penerimaan sifat-sifat mental, yang tercakup dalam budaya tersebut seperti publisitas, keterbukaan atau transparansi, pembaruan terus-menerus, relasi sosial yang luas, dan kesediaan untuk dikritik (Iswarahadi, 2003: 12).

Kemajuan teknologi yang semakin pesat perlahan-lahan mempengaruhi perkembangan pola komunikasi manusia yang dimuat dalam Kompas (Fitur Klasika | Internet, 2012: 33). Kemunculan berbagai situs jejaring sosial, seperti

facebook dan twitter tak dapat dipungkiri telah mengubah pola pikir seseorang dalam berinteraksi. Era new wave media memang seperti dua mata pisau, bisa membawa hal positif dan negatif tergantung dari si pengguna. Misalnya, sebagian orang kini cenderung lebih vokal saat menggunakan jejaring sosial. Sementara di dunia nyata, orang justru lebih memilih untuk diam. Sayangnya, kebebasan berekspresi di dunia maya kerap disalahgunakan para netizen. Oleh karena itu, tak jarang kasus cyberbullying akhir-akhir ini bermunculan.

Cyberbullying diartikan sebagai kondisi saat seseorang diintimidasi,

dipermalukan, bahkan diancam oleh satu atau banyak pihak. Tindakan ini dilakukan melalui teknologi informasi, seperti media sosial, blog, chat room, bahkan telepon genggam. Hasil penelitian sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang riset pasar global Amerika Serikat, Ipsos pada pertengahan November 2011 memaparkan, 74% responden Indonesia memilih facebook sebagai sumber dari kasus cyberbullying. Hal ini perlu diwaspadai karena dapat berkembang ke arah yang mengkawatirkan. Pihak yang diintimidasi bisa saja merasa tertekan dan berangsur menjadi depresi, bahkan dapat memicu orang untuk bunuh diri karena mental yang lemah.

Dokumen terkait