• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

2. Sampel penelitian adalah Petani rakyat yang mengusahakan tanaman bawang merah yang telah menghasilkan (TM) di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2018

4. Alat ukur daya saing yang digunakan adalah Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Cinta Dame

Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu desa dari 21 (dua puluh satu) desa yang ada di Kecamatan Simanindo. Desa Cinta Dame memiliki luas wilayah sebesar ± 1.435 Ha (±14,35 km2) atau 7,24% dari luas wilayah kecamatan yaitu ± 198.200 Ha (± 198,20 km2).

Desa Cinta Dame, terbentang antara 2032’- 3045’ LU dan 98044’– 98050’ BT.

Desa Cinta Dame berada pada ketinggian 1.539 - 1.630 meter dari atas permukaan laut beriklim tropis dengan suhu rata-rata 230 C .

Desa Cinta Dame merupakan desa potensial dari Kecamatan Simanindo yang jaraknya hanya 24,2 Km dari Kantor Kecamatan Simanindo. Desa Cinta Dame memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Danau Toba Sebelah Selatan : Desa Maduma Sebelah Timur : Desa Simanindo Sebelah Barat : Desa Simarmata

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Cinta Dame, pada tahun 2017 tercatat berjumlah 1.457 jiwa yang terdiri dari beberapa suku. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Desa Cinta Dame disajikan pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Cinta Dame

Sumber: Kantor Kepala Desa Cinta Dame, 2018

Jika dilihat dari aspek rasio gender kondisi Desa Cinta Dame dapat dilihat perbedaan gender lebih banyak untuk laki-laki sebesar 729 dibandingkan untuk perempuan sebesar 728 dengan selisih 1 jiwa lebih banyak untuk gender laki-laki.

Desa Cinta Dame terdiri dari 3 (tiga) Dusun yang masing-masing dikepalai oleh kepala dusun. Dusun-dusun tersebut terdiri atas Dusun Situnjang, Dusun Malau, dan Dusun Rautbosi.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Cinta Dame Tahun 2017

No Mata Pencaharian Tahun 2017

1. Petani 765

2. Pedagang 51

3. Pegawai Negeri Sipil 25

Jumlah 841

Sumber: Kantor Kepala Desa Cinta Dame, 2018

Penduduk Desa Cinta memiliki mata pencaharian yang beragam, akan tetapi menurut observasi peneliti, mata pencahariaan yang dominan adalah petani. Hal ini disebabkan luas lahan yang disediakan untuk pertanian berlimpah sehingga mendorong penduduk untuk bertani.

4.3. Sarana dan Prasarana

Perkembangan dan kemajuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana. Apabila semakin baik sarana dan prasarana maka laju pembangunaan akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Di Desa Cinta Dame, terhubung Universitas Sumatera Utara

dengan daerah lain melalui jalan yang ada di desa tersebut. Keadaan jalan secara umum masih kurang baik dan hanya sebagian yang beraspal yaitu jalan raya samosir yang merupakan jalan negara sehingga para pengendara harus berhati-hati melalui jalan di Desa Cinta Dame. Berikut pada tabel 4.3 dapat disajikan infrastruktur jalan dan jembatan yang berada di desa Cinta Dame:

Tabel 4.3. Infrastruktur Jalan dan Jembatan di Desa Cinta Dame Tahun 2017

No Infrastruktur Jumlah Satuan

Jembatan:

Sumber: Kantor Kepala Desa Cinta Dame, 2018

Perkembangan dan kemajuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana. Hal ini dapat dilihat dari sarana yang tersedia seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan dan kantor kepala desa. Berikut pada Tabel 4.4. dapat disajikan beberapa sarana yang ada di Desa Cinta Dame:

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir

No. Kategori Jumlah Satuan

GedungSD/Sederajat 2 Buah

Gedung SLTP/Sederajat 1 Buah

Gedung SLTA/Sederajat 0 Buah

3. Sarana Kesehatan :

Sumber: Kantor Kepala Desa Cinta Dame 2018

Universitas Sumatera Utara

4.4. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Penyebaran kuesioner ke berbagai responden dilakuan sesuai persyaratan dan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani bawang merah.

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 28 73,68

Perempuan 10 26,32

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018.

Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa responden penelitian dominan laki-laki dengan jumlah 28 orang dengan persentase 73,68% dari total responden dan sisanya perempuan dengan jumlah 10 orang dengan persentase 26,32% dari total responden. Total responden yang diteliti yaitu 38 responden.

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

21-30 tahun 2 5,26

31-40 tahun 8 21,05

41-50 tahun 14 36,84

51-60 tahun 14 36,84

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018.

Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa responden dominan pada rentang usia 41-50 tahun dan rentang 51-60 tahun dengan jumlah 14 Orang atau 36,48% dari total responden. Pada rentang usia 31-40 tahun responden berjumlah 8 orang atau 21,05% dan responden yang paling sedikit berada pada rentang 21-30 tahun dengan jumlah 2 orang dengan persentase 5,26%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

0-2 orang 7 18,42

3-5 orang 29 76,31

≥ 6 orang 2 5,26

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018.

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa responden dominan memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3-5 orang dengan jumlah responden sebesar 29 orang atau 706,31% dari total responden dan paling sedikit memiliki jumlah tanggungan lebih dari 6 orang dengan jumlah responden sebesar 2 orang atau 5,26% dari total responden.

Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

SD 19 50

SMP 10 26,31

SMA 9 23,69

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018.

Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa responden dominan pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 19 orang atau 50% dari total responden kemudian diikuti tingkat pendidikan SMP sebanyak 10 orang atau 26,31% dari total responden, dan yang paling sedikit yaitu tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 9 orang dengan persentase sebanyak 23,69% dari total keseluruhan responden.

Tabel 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Status Kepemilikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Milik Sendiri 16 42,11

Sewa 22 57,89

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018 Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 4.9. diketahui bahwa status kepemilikan lahan petani bawang merah di Desa Cinta Dame paling dominan berstatus sewaan sebanyak 22 responden dengan persentase 57,89% dari total responden. Sedangkan yang berstatus kepemilikan sendiri sebanyak 16 orang responden dengan persentase 57,89% dari total responden.

Tabel 4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Pengalaman Berusahatani

(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

0-10 13 34,21

11-20 7 18,41

21-30 12 31,57

≥31 6 15,78

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018.

Dari tabel 4.10. dapat dilihat bahwa responden dominan memiliki pengalaman berusahatani dibawah 10 tahun dengan jumlah 13 orang atau 34,21% dari total responden. Kemudian diikuti dengan rentang 21-30 tahun dan 11-20 tahun dengan responden pada masing-masing rentang berjumlah 12 dan 7 orang atau 31,57%

dan 18,41% dari total responden dan responden yang paling sedikit yaitu diatas pada rentang diatas 31 tahun dengan berjumlah 6 orang atau 15,78% dari total responden.

Tabel 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Modal di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Milik Sendiri 9 23,68

Pinjaman 29 76,32

Total 38 100

Sumber : Data Diolah, 2018

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 4.11. diketahui bahwa status kepemilikan modal petani bawang merah di Desa Cinta Dame paling dominan berstatus pinjaman sebanyak 29 responden dengan persentase 76,32% dari total responden. Sedangkan yang berstatus kepemilikan sendiri sebanyak 9 orang responden dengan persentase 23,68% dari total responden.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame

5.1.1 Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame

Biaya produksi usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pelaku usahatani (petani) bawang merah dari awal hingga akhir proses produksi selama satu kali musim tanam. Biaya produksi dalam usahatani bawang merah di Desa Cinta Dame meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, sewa lahan/PBB, biaya lain-lain (biaya karung goni dan sewa traktor), dan biaya penyusutan peralatan.

Standard kebutuhan input produksi usahatani bawang merah per hektar seperti benih adalah 2000 kg bibit dengan harga bibit 25.000/kg, tenaga kerja dibutuhkan 1400 HOK dengan upah 40.000/hari untuk pria dan 25.000/hari untuk wanita (Bank Indonesia, 2013), pemupukan pada usahatani bawang merah membutuhkan pupuk organik 10-20 ton/ha, TSP 200-250 kg/ha, NPK 125 kg/ha, ZA 300 kg/ha, dan membutuhkan pupuk urea, KCL, dan SP-36 (Balitsa, 2005) dengan harga menurut Bank Indonesia pupuk organik Rp. 200/kg, pupuk ZA Rp. 1.700/Kg, pupuk TSP Rp. 2.000/kg.

Pestisida yang dianjurkan untuk digunakan adalah pestisida alami. Pestisida kimia merupakan pilihan terakhir dalam mengendalikan hama dan penyakit. Jenis pestisida yang banyak digunakan pada budidaya bawang merah dan menjadi standard kebutuhan adalah insektisida, fungisida, dan herbisida. Dosis insektisida yang dianjurkan adalah 2-4 kg/ha Dosis fungsida untuk contoh merk dagang

Universitas Sumatera Utara

Antracol 400 gram/ha dan merk dagang Dithane 580 gr/ha dan diaplikasikan sebanyak 12 kali selama satu musim tanam (Bank Indonesia, 2013).

Tabel 5.1. Volume Total Input Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, 2018 No. Faktor Produksi Per Petani Per Hektar

1. Benih (kg) 113 689

Sumber: Lampiran 1,2,3,4,5,7,8,9,10, dan 11 (diolah), 2018

Tabel 5.1 memperlihatkan kebutuhan input produksi usahatani bawang merah di Desa Cinta Dame. Usahatani didaerah penelitian membutuhkan benih sebanyak 113 kg per petani dan 689 kg per hektar jika dibandingkan dengan standar kebutuhan benih menurut Bank Indonesia yaitu 2.000 kg/ha, kebutuhan benih di daerah penelitian sangat berbeda jauh (lebih sedikit).

Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya, pupuk yang digunakan pada daerah penelitian, pupuk ZA yang digunakan hanya 35,59 kg per petani dan 211,06 per hektar jika dibandingkan dengan standar kebutuhan pupuk 250 kg per hektar, maka pupuk yang digunakan kurang dari standar. Begitu juga dengan pupuk TSP, pupuk yang digunakan pada daerah penelitian sebanyak 35,97 kg per petani dan 218,07 per hektar. Jumlah yang dibutuhkan mencukupi standar penggunaan pupuk TSP yaitu sebanyak 200-250 kg/ha.

Pestisida untuk merk dagang antracol dibutuhkan sebanyak 230,26 gram per petani dan 1402,24 per hektar jika dibandingkan dengan standar penggunaan untuk merk dagang tersebut sebanyak 400 gram per hektar, daerah penelitian menggunakannya lebih banyak. Dan untuk merk dagang dithane, usahatani di daerah penelitian juga menggunakan lebih banyak yaitu 1762,82 gram per hektar sedangkan standar adalah 580 gram per hektar.

Pada Tabel 5.2, total biaya yang digunakan dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian dari hasil penelitian sebesar Rp. 5.114.735,43 per petani dan sebesar Rp. 31.147.425,52 per hektar. Faktor produksi yang membutuhkan biaya paling besar adalah benih bawang merah yaitu sebesar Rp. 3.329.013,16 per petani dan Rp. 20.272.836,54 per hektar.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2. Biaya Total Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, 2018

No. Faktor Produksi Biaya Per Petani Biaya Per Hektar

1. Benih 3.329.013,16 20.272.836,54

2. Pupuk 890.960,53 5.425.721,15

3. Pestisida 263.407,89 1.604.086,54

a. Curacron 111.631,58 679.807,69

b. Antracol 27.631,58 168.269,23

c. Indomektin 41.381,58 252.003,21

d. Alika 16.710,53 101.762,82

a. Pengolahan Tanah 49.342 300.481

b. Penanaman 82.895 50.4807,7

c. Penyiangan 15.789 96.153,85

d. Pengendalian Hama 1.974 12.019,23

e. Panen 114.474 697.115,4

5 Sewa Lahan/PBB 177.484,53 1.080.835,29

6 Biaya Lain-Lain 149.184,21 908.494

7 Biaya Penyusutan 40.211,11 244.875,00

BIAYA TOTAL 5.114.735,43 31.147.425,52

Sumber: Lampiran 1,2,3,4,5,7,8,9,10, dan 11 (diolah), 2018

Biaya untuk benih merupakan pengeluaran paling besar, hal ini disebabkan karena para petani menggunakan benih yang bukan berasal dari hasil panen sebelumnya melainkan membelinya kepada pemberi modal (tengkulak) yang memiliki kendali dalam menentukan harga benih. Harga benih menurut standar kebutuhan benih adalah Rp. 25.000/kg sedangkan harga yang diterapkan pada daerah penelitian adalah sebesar Rp. 29.500-30.000/kg. Para petani tidak mempunyai pilihan lain dalam sumber benih dikarenakan sebagian besar petani bawang merah di daerah penelitian tidak memiliki modal sendiri. Tidak terdapatnya lembaga peminjaman

Universitas Sumatera Utara

modal resmi didaerah penelitian juga menjadi faktor para petani meminjam modal pada tengkulak. Modal yang mereka gunakan juga didapatkan melalui pinjaman kepada tengkulak tersebut dimana tengkulak tersebut memberi syarat yaitu petani tersebut harus membeli benih bawang merah dan menjual hasil tanam kepada tengkulak tersebut.

Modal sendiri merupakan aspek input produksi yang paling penting. Apabila didaerah penelitian memiliki lembaga permodalan yang tidak memiliki syarat mengikat dan cenderung merugikan petani, maka ini akan menunjang hasil pendapatan yang akan diterima petani.

Tabel 5.3. Standar Biaya Produksi Menurut Badan Pusat Statistik

No. Input Biaya Per Hektar

Total Rp. 67.200.000

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004

Biaya produksi di daerah penelitian lebih rendah dibandingkan biaya produksi standar yang ditentukan Badan Pusat Statistik dalam Tabel 5.3. Perbedaan jauh dengan standar yang disebabkan usahatani di daerah penelitian tidak menggunakan seluruhnya input-input yang menjadi standar dalam melakukan usahatani seperti sprayer berbagai jenis, penggunaan pupuk yang tidak lengkap, penggunaan bibit yang lebih sedikit, dan penggunaan tenaga kerja yang lebih

Universitas Sumatera Utara

sedikit karena minimnya modal yang dimiliki petani. Maka hipotesis penelitian ditolak, karena biaya produksi tidak lebih tinggi di didaerah penelitian.

Menurut penelitian terdahulu oleh Pardede (2014), Biaya produksi di desa Cinta Dame sebesar Rp. 28.863.022,34 per hektar dengan input produksi yang digunakan dalam penelitian adalah benih, pupuk, pestisida, alsintan, dan tenaga kerja. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian biaya produksi sebesar Rp.

31.147.425,52 terjadi kenaikan (peningkatan) biaya produksi sebesar Rp.

2.284.403,18. Perbedaan kedua penelitian ini yaitu pada komponen tenaga kerja yang dihitung. Pada pardede 2014, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) juga dihitung. Akan tetapi dalam penelitian ini, hanya tenaga kerja luar keluarga yang dihitung.

5.1.2 Penerimaan Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame

Penerimaan usahatani adalah total uang yang diterima petani. Dalam hal ini total uang tersebut belum dikurangi oleh pengeluaran yang digunakan selama proses produksi per musim tanam. Penerimaan ditentukan oleh harga dan total produksi bawang merah tersebut. Adapun penerimaan usahatani bawang merah di daerah penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.4. Penerimaan Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, 2018

Total Produksi (Kg)

Penerimaan (Rp)

Per Petani 800,76 12.761.500,00

Per Hektar 4876 77.714.263

Sumber: Lampiran 12 (Diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 5.2 diketahui bahwa total produksi bawang merah di daerah penelitian dari hasil perhitungan sebesar 800,76 kg per petani dan 4876 kg per hektar. Harga bawang merah yang didapat petani pada daerah penelitian sebesar Rp. 16.000,-.

Dalam satu hektar, standard hasil produksi sebanyak 10-20 ton dengan jumlah off grade 250 kg (great grade 9.750 kg jika hasil 10 ton). Harga jual yang merupakan harga minimum untuk great grade adalah Rp. 15.000/kg dan harga jual untuk off grade adalah Rp. 12.000/kg (Bank Indonesia, 2013). Harga bawang merah di daerah penelitian per petani lebih rendah dibandingkan standar. Harga yang diterima petani ditentukan oleh tengkulak pemberi modal. Para petani yang meminjam modal kepada tengkulak tersebut diwajibkan menjual kembali hasil panen mereka kepada tengkulak tersebut sebagai syarat peminjaman modal.

Harga yang diterima petani memiliki selisih yang besar terhadap harga konsumen akhir di Pasar Panggururan yang merupakan pasar terbesar yang paling dekat dengan daerah penelitian. Pada pasar tersebut harga yang diterima konsumen sebesar Rp. 20.000/Kg. Penerimaan petani bawang merah di daerah penelitian sebesar Rp. 12.761.500,00 per petani dan Rp 77.714.263 per hektar.

Menurut Pardede (2014), penerimaan yang diterima oleh petani bawang merah di Desa Cinta Dame sebesar Rp. 71.646.528 dengan rata-rata harga jual Rp. 16.367.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebesar Rp. 77.714.263 dengan rata-rata harga jual Rp. 14.842,11 maka terjadi peningkatan sebesar Rp. 6.067.735.

Penerimaan yang meningkat dikarenakan produksi dari usahatani bawang merah juga meningkat dibandingkan pada tahun 2014. Produksi pada tahun 2014 sebesar

4506 kg/hektar. Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame

Pendapatan usahatani adalah jumlah penghasilan bersih yang diterima petani.

Jumlah penghasilan ini diperoleh dari mengurangi permintaan dengan biaya produksi. Adapun pendapatan usahatani bawang merah di daerah penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.5. Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir

Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan Per Petani 5.114.735,12 12.761.500 7.646.764,88

Per Hektar 31.147.425 77.714.263 46.566.837

Sumber: Lampiran 13 (diolah), 2018

Dari Tabel 5.3, dapat dilihat bahwa pendapatan usahatani bawang merah di daerah penelitian dari hasil perhitungan sebesar Rp. 7.646.764,88 per petani dan Rp.

46.566.837 per hektar. Pendapatan ini diperoleh dalam satu kali musim tanam selama 3 bulan masa produksi. Maka pendapatan per bulan yang diperoleh petani sebesar Rp. 2.548.921,62 per petani dan Rp. 15.522.279 per hektar. Pendapatan per bulan petani jauh lebih tinggi dibandingkan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Samosir sebesar Rp. 2.249.428 per bulannya.

Menurut Pardede (2014), pendapatan yang diterima oleh petani bawang merah di Desa Cinta Dame sebesar Rp. 5,021,858.34 per petani. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebesar Rp 7.646.764,88 per petani membuktikan bahwa usahatani bawang merah di daerah penelitian semakin menguntungkan petani. Pendapatan petani didaerah penelitian akan terus meningkat jika dapat menggunakan input produksi secara optimal sehingga menghasilkan output yang maksimal.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Produktivitas Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame

Produktivitas adalah total produksi yang dihasilkan dalam 1 hektar pada satu musim tanam. Nilai produktivitas didapat dengan membagi total produksi dengan total luas lahan pada suatu daerah. Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani.

Selain faktor-faktor tersebut, praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas. Perbedaan produktivitas dari setiap varietas/kultivar tidak hanya bergantung pada sifatnya, namun banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi daerah. Iklim, pemupukan, pengairan dan tanah merupakan faktor juga penentu dalam produktivitas maupun kualitas umbi bawang merah. Adapun produktivitas didaerah penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.6 Produktivitas Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame

No. Uraian Total

1. Total Luas Lahan (Ha) 6,24

2. Total Produksi (Ton) 30,529

3. Produktivitas (Ton/Ha) 4,89

Sumber: Lampiran 21 (diolah), 2018

Produksi bawang merah dari 38 petani sampel adalah 800,76 kg per petani dan 4876 kg per hektar. Luas panen di Desa Cinta Dame sebesar 6,24 ha dengan jumlah panen 30,529 ton maka produktivitas di daerah penelitian sebesar 4,89 ton per hektar. Jika dibandingkan dengan produktivitas bawang merah Kecamatan Simanindo dengan luas panen 33 ha dan jumlah panen 233 ton serta memiliki produktivitas 7,06 (dalam Kabupaten Samosir dalam Angka, 2017) maka

Universitas Sumatera Utara

produktivitas bawang merah di daerah penelitian lebih rendah. Dan jika dibandingkan dengan produktivitas bawang merah Kabupaten Samosir dengan luas panen 189 ha dan total produksi 1259 ton dengan produktivitas 6,66 maka produktivitas di daerah penelitian juga lebih rendah.

Jika dibandingkan dengan produktivitas bawang merah Provinsi Sumatera Utara dengan luas panen 1538 Ha dan total produksi 13.369 ton, serta memiliki produktivitas 8,6 maka produktivitas daerah penelitian juga lebih rendah. Luas panen bawang merah nasional adalah 149.635 ha dengan produksi 1.446.869 ton sehingga produktivitas nasional adalah sebesar 9,6 maka produktivitas daerah penelitian juga lebih rendah dibandingkan produktivitas nasional. Dengan demikian, hipotesis produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi tidak diterima.

Produktivitas di daerah penelitian rendah sebesar 4,89 meningkat sebesar 0,3 dibandingkan dengan produktivitas tahun 2014 sebesar 4,5 (Pardede, 2014).

Produktivitas rendah dipengaruhi salah satunya oleh sistem permodalan petani.

Petani di desa Cinta Dame tidak dapat memaksimalkan input produksinya karna keterbatasan modal yang dimiliki. Keterbatasan modal tersebut mempengaruhi jumlah dan mutu bibit yang digunakan, jumlah dan mutu pupuk, serta jumlah dan mutu pestisida. Keterbatasan modal tersebut juga mempengaruhi kemampuan petani dalam memperkerjakan tenaga kerja diluar keluarga sehingga petani sulit memaksimalkan hasil dari produksinya.

Keterbatasan irigasi air juga merupakan faktor besar yang menyebabkan petani bawang merah di daerah penelitian sulit berproduksi. Walaupun daerah penelitian Universitas Sumatera Utara

berada dekat dengan sumber air yaitu danau toba, tetapi tidak berfungsinya sistem irigasi menyulitkan petani dalam menggunakan air. Keterbatasan modal juga menghambat petani dalam menyediakan alat-alat yang dapat membantu petani mengambil air dari danau toba.

5.3 Daya Saing (Keunggulan Komparatif dan Keunggulan kompetitif) Usahatani Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir

Hasil dari penelitian ini adalah mengukur daya saing apakah usahatani bawang merah memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif dengan fokus penelitian, yaitu usahatani bawang merah di Desa Cinta Dame. Alat analisis yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix (PAM) berdasarkan data penerimaan, keuntungan dan biaya produksi yang terbagi dalam dua bagian yaitu harga finansial (privat) dan harga ekonomi (sosial). Dengan input produksi yang termasuk dari tradeable adalah pupuk. Sedangkan input produksi yang termasuk non-tradeable adalah benih, pestisida, sewa lahan/pbb, serta penyusutan peralatan. Alokasi biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 15. Perhitungan dan uraian privat dan sosial dapat dilihat pada Lampiran 16, 17, 18, dan 19. Hasil analisis berdasarkan perhitungan PAM pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.7 Policy Analysis Matrix (PAM) Komoditi Bawang Merah Desa Cinta Dame, Kabupaten Samosir

Uraian Penerimaan Biaya Keuntungan

Tradeable Non Tradeable

Harga Privat 77.707.202 3.832.760 27.964.666 45.909.776 Harga Sosial 68.201.587 2.482.784 28.980.880 36.737.923 Dampak Kebijakan 9.505.615 1.349.976 -1.016.214 9.171.854

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Lampiran 20, 2018

Tabel 5.4 memperlihatkan hasil Policy Analysis Matrix (PAM) untuk usahatani bawang merah. Secara keseluruhan analisis privat dan ekonomi di Desa Cinta Dame menguntungkan. Hal ini dikarenakan memiliki penerimaan privat dan sosial yang positif.

Dari matrik analisis kebijakan pada Tabel 5.4 dapat dilakukan perhitungan-perhitungan yang akan menghasilkan nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut akan menjadi indikator dari daya saing pada komoditi bawang merah pada daerah

Dari matrik analisis kebijakan pada Tabel 5.4 dapat dilakukan perhitungan-perhitungan yang akan menghasilkan nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut akan menjadi indikator dari daya saing pada komoditi bawang merah pada daerah

Dokumen terkait