• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Fisik Wilayah

Dalam dokumen LAPORAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 17-0)

BAB II 4

2.1. Kondisi Fisik Wilayah

Kota Madiun merupakan salah satu kota di wilayah Jawa Timur bagian barat yang memiliki letak cukup strategis. Kota Madiun menjadi perlintasan transportasi darat utama antar provinsi di Pulau Jawa, diantaranya dilewati jalur Surabaya–Madiun–Solo-Jakarta, Surabaya– Madiun – Solo – Bandung.

Secara Astronomis, Kota Madiun terletak antara 111o29’45” – 111o33’30” Bujur Timur dan antara 7o35’45”-7o Lintang Selatan. Secara geografis, Kota Madiun mempunyai batas wilayah yang dikelilingi oleh Kabupaten Madiun. Adapun batas-batas admistrasi Kota Madiun antara lain:

 Batas wilayah Utara : Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Madiun

 Batas wilayah Timur : Kecamatan Wungu

 Batas wilayah Selatan : Kecamatan Geger

 Batas wilayah Barat : Kecamatan Jiwan

Luas Wilayah Kota Madiun berdasarkan Kota Madiun Dalam Angka Tahun 2020 adalah 33,23 Km2 atau 3.323 Ha. Kedudukan atau jarak Kota Madiun dari ibukota Provinsi Jawa Timur, yaitu Surabaya adalah ±169 Km, sedangkan dari ibukota negara, yaitu Jakarta adalah ± 635 Km.

Tabel 1.

Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Di Kota Madiun tahun 2019 menurut Badan Pusat Statistik

No.

1. Kecamatan Luas

a. Kelurahan

Km2 %

Wilayah b. dst...

1. Kartoharjo 10,73 32,29%

a. Kanigoro 1,44 4,33%

b. Kartoharjo 0,94 2,83%

c. Kelun 0,95 2,86%

d. Klegen 0,82 2,47%

e. Oro-oro ombo 1,38 4,15%

f. Pilangbango 1,21 3,64%

g. Rejomulyo 2,00 6,02%

h. Sukosari 0,52 1,56%

i. Tawangrejo 1,47 4,42%

5 No.

1. Kecamatan Luas

a. Kelurahan

Km2 %

Wilayah b. dst...

2. Manguharjo 10,04 31,21%

a. Madiun Lor 0,74 2,23%

b. Mangunharjo 1,42 4,27%

c. Nambangan Kidul 1,03 3,10%

d. Nambangan Lor 0,90 2,71%

e. Ngengong 1,36 4,09%

f. Pangongangan 0,61 1,84%

g. Patihan 0,84 2,53%

h. Sogaten 1,14 3,43%

i. Winongo 2,00 6,02%

3. Taman 12,46 37,50%

a. Banjarejo 1,83 5,51%

b. Demangan 1,92 5,78%

c. Josenan 1,54 4,63%

d. Kejuron 1,59 4,78%

e. Kuncen 0,32 0,96%

f. Manisrejo 2,02 6,08%

g. Mojorejo 1,26 3,79%

h. Pandean 0,92 2,77%

i. Taman 1,06 3,19%

Grand Total 33,23 100,00%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Madiun Tahun 2020

Kecamatan Taman merupakan wilayah kacamatan terluas dengan luas wilayah 12,46 Km2 dan Kecamatan Manguharjo merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah paling sedikit, yaitu 10,04 Km2. Ketiga kecamatan di Kota Madiun masing-masing memiliki jumlah kelurahan yang sama, yaitu 9 kelurahan, sehingga jumlah kelurahan di Kota Madiun adalah 27 kelurahan.

Kota Madiun terletak pada ketinggian 68-77 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 0% - 2% atau dapat dikatakan relatif datar.

Sebagai daerah tropis, Kota Madiun memiliki iklim yang sama dengan seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia yaitu musim kemarau sekitar bulan Mei hingga Oktober, dan mengalami musim penghujan antara bulan November hingga April. Suhu Udara rata-rata selama tahun 2019 di Kota Madiun adalah antara 23,23-25,00 oC.

6 2.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Kebijaksanaan pembangunan di bidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat kompleks, selain harus berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat di evaluasi dan dijadikan sebagai indikator tahun-tahun selanjutnya.

Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja, namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. segi fisik meliputi pembangunan sarana dan pra sarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan kondisi mental dapat dilihat dari kualitas hidup penduduknya.

2.2.1. Jumlah Penduduk dan Kondisi Sosial

Jumlah penduduk Kota Madiun perdasarkan hasil registrasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun pada tahun 2019 sebanyak 210.115 jiwa yang terdiri dari 102.851 jiwa penduduk laki-laki dan 107.264 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan untuk hasil proyeksi SP 2010 yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik Kota Madiun sebanyak 177.007 jiwa, penduduk Kota Madiun mengalami pertumbuhan sebesar 0,15% dari tahun 2018 - 2019. Dari tiga kecamatan di Kota Madiun pertumbuhan penduduk yang paling besar adalah Kecamatan Manguharjo yaitu sebesar 0,34%. Untuk rasio jenis kelamin tahunn 2019 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 95.89.

Kepadatan penduduk Kota Madiun tahun 2019 mencapai 6.323 jiwa/km2. Kecamatan Taman merupakan kecamatan yang terpadat dengan kepadatan penduduk 7.171 jiwa/Km2.

Tabel 2. Indikator Kependudukan Kota Madiun Tahun 2019

URAIAN 2019

Luas Wilayah (Km2) 33,23

Jumlah Penduduk (jiwa) Laki - Laki

Perempuan

210.115 102.851 107.264

Sex ratio (%) 95.89

7

Kepadatan Penduduk Per Km2 (jiwa) 6.323

Laju Pertumbuhan (%) 0.15%

Sumber: Kota Madiun Dalam Angka Tahun 2020

Pada akhir tahun 2019, sarana pendidikan formal yang tersedia di Kota Madiun adalah 72 unit SD, 23 unit SMP, dan 42 unit SMA/SMK. Sedangkan untuk sarana kesehatan telah tersedia 5 unit rumah sakit, 2 unit rumah sakit bersalin, 7 unit puskesmas, 12 poliklinik, 18 Pustu dan 22 Apotek yang tersebar di seluruh wilayah Kota Madiun.

2.2.2. Pertanian

Sebagai daerah perkotaan, Kota Madiun tidak begitu menonjol dalam bidang pertanian. Perkembangan fisik wilayah perkotaan mengakibatkan semakin berkurangnya tanah pertanian produktif. Namun demikian Kota Madiun masih memiliki tanaman kebun yaitu tebu dan kelapa walapun arealnya tidak begitu luas. Untuk tanaman kelapa walaupun luas arealnya menyempit dari tahun 2017 sampai tahun 2019, namun produksinya mengalami kenaikan sebesar 7 ton, dengan total hasil produksi pada tahun 2019 adalah 35 ton. Namun sebaliknya untuk tanaman tebu, dimana arealnya yang meluas akan tetapi produksinya menurun sebesar 29 ton, dengan hasil produksi total tahun 2019 adalah 686 ton.

Untuk produksi padi, luas panen pada tahun 2019 adalah 1.390 Ha, dengan produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 8.566 ton. Dengan demikian, produktivitas pertanian padi di Kota Madiun pada tahun 2019 adalah 6,16 ton GKG per hektar. Selain padi, terdapat produksi pertanian lainnya yaitu jagung, kedelai, buah-buahan, dan beberapa jenis tanaman hias.

2.2.3. Industri dan Perdagangan

Pada sektor industri dan perdagangan, Kota Madiun merupakan kota yang cukup berkembang, dan disebut kota “Gadis”, atau singkatan dari perdagangan dan industri. Hal tersebut didasarkan pada banyaknya perusahaan dan aktivitas perdagangan di Kota Madiun. Banyak perusahaan yang tumbuh di Kota Madiun baik perusahaan kecil berbentuk UMKM sampai perusahaan besar. Contoh UMKM yang ada di Kota Madiun antara

8

lain adalah industri tahu, kripik tempe, sambel pecel, bluder, dan sebagainya.

Sedangkan industri besar antara lain Pabrik Gula Rejo Agung Baru, serta industri kereta api PT. INKA.

Posisi Kota Madiun cukup strategis, yaitu merupakan tengah-tengah antara jalur Surabaya dan Yogyakarta, juga di tengah kota-kota penyokongnya seperti Magetan, Ngawi, Kabupaten Madiun, Ponorogo, dan Pacitan. Hal ini membuat Kota Madiun menjadi kota transit yang paling diminati oleh masyarakat yang ingin pergi ke kota-kota tersebut, baik dalam rangka bisnis maupun wisata. Oleh sebab itu, pertumbuhan sektor perhotelan, rumah makan, serta perdagangan dan jasa lainnya cukup pesat di Kota Madiun.

2.3. Rencana Tata Ruang Wilayah

Ruang merupakan suatu wadah atau tempat bagi manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatannya yang perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola. Ruang wajib dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara optimal dan berkelanjutan demi kelangsungan hidup yang berkualitas.

Berkaitan dengan pengaturannya, diperlukan kejelasan batas, fungsi dan sistem dalam satu ketentuan.

Ruang lingkup wilayah perencanaan RTRW Kota Madiun mencakup seluruh daratan seluas 3.323 Ha beserta ruang udara di atasnya dan ruang di dalam bumi. Visi penataan ruang Kota Madiun menurut pasal 4 Perda Kota Madiun Nomor 6 Tahun 2010 adalah untuk mewujudkan penataan ruang yang dapat mengakomodasi terhadap peluang investasi dalam rangka menciptakan Daerah sebagai pusat perkembangan ekonomi Jawa Timur bagian Barat.

Misi penataan ruang yang terdapat pada pasal 5 antara lain:

a. Mewujudkan pusat-pusat pelayanan ekonomi skala regional;

b. Mewujudkan pengembangan sarana dan prasarana;

c. Mewujudkan keseimbangan fungsi budidaya dan fungsi lindung dalam upaya membentuk daerah yang berkelanjutan;

d. Mewujudkan kepastian hukum dan peran masyarakat dalam mendorong kegiatan yang produktif.

9

Pelaksanaan pembangunan di Kota Madiun harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun Tahun 2010 – 2030. Hal ini dimaksudkan agar dapat tercapainya tujuan-tujuan penataan ruang antara lain:

a. Mensinkronisasikan antar produk tata ruang/antar program pembangunan dan menjaga konsistensi dan kesinambungan antar kebijaksanaan/

program pembangunan;

b. Menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi program-program pembangunan;

c. Mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

d. Menciptakan keharmonisan dan keserasian antara lingkungan alam dan buatan; dan

e. Menjaga fungsi dalam upaya keseimbangan ekosisem wilayah.

2.4. Tugas dan Fungsi Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

Berdasarkan Pasal 33 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020, Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa mempunyai tugas melaksanakan pengendalian hak tanah, alih fungsi lahan, wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu, penertiban penguasaan, pemilikan dan penggunaan, pemanfaatan tanah, dan penanganan sengketa dan konflik, serta penanganan perkara pertanahan.

2.5. Area Bermasalah Sesuai dengan Tugas dan Fungsi

Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kabupaten Kota Madiun menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagaimana ditentukan dalam pasal 33 peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 dengan kegiatan utama berdasarkan DIPA Kantah Kabupaten Kota Madiun Tahun 2021 adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan.

10

2. Kegiatan Pencegahan dan Penanganan Konflik Pertanahan.

3. Kegiatan Penanganan Sengketa Pertanahan.

4. Kegiatan Penanganan Perkara Pertanahan.

5. Pengendalian hak tanah dan alih fungsi lahan

Gambaran umum kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa pada Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2020 di Kantor Pertanahan Kabupaten Kota Madiun dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Laporan Kegiatan Seksi PPS Tahun 2018 sampai dengan Bulan April Tahun 2021

No. Tahun

Perkara Sengketa dan Konflik

Kegiatan Pengendalian Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1. 2018 1 5 1 3 1 5

2. 2019 1 10 2 1 4 0

3. 2020 1 8 1 2 1 4

4. 2021 1 5 1 0 1 1

Dari Tabel tersebut diketahui bahwa Seksi PPS Kantah Kota Madiun dari kurun waktu Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2020, dalam pelaksanaan kegiatan telah mencapai target yang menjadi beban tugasnya, bahkan realisasi kegiatannya telah melebihi target.

Dalam mencapai realisasi kegiatan di Seksi pengendalian dan penanganan sengketa tentunya tidak lepas adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya. Kendala dan hambatan tersebut berpotensi akan menghambat kelancaran tugas dan fungsi pada kegiatan Seksi PPS. Potensi kendala dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Belum optimal penanganan sengketa, konflik dan perkara, disebabkan karena :

a. Terbatasnya Anggaran Kegiatan

b. Terbatasnya data pertanahan, terkait warkah dan buku tanah yang

11

tidak ditemukan terhadap obyek yang sedang bersengketa maupun berperkara.

c. Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) d. Terbatasnya sarana dan prasarana

e. Kecenderungan masyarakat menyelesaikan masalah melalui jalur litigasi daripada mengedepankan mediasi

2. Belum optimalnya kegiatan pengendalian pertanahan, hal ini disebabkan karena:

a. Anggaran terbatas

b. Kesulitan dalam inventarisasi data tekstual maupun spasial, karena belum adanya data base hak atas tanah, dan terbatasnya informasi data

c. Pemegang Hak tidak kooperatif

d. Dokumen pengendalian yang dilakukan pada tahun sebelumnya tidak terdokumentasi dengan baik

e. Peta Foto Udara/Citra Satelit yang digunakan untuk analisis peta belum ter-update

f. Sarana penunjang yang tidak memadai

g. Belum ada aplikasi yang mempermudah dalam melaporkan tahapan kegiatan pengendalian hak.

Belum optimalnya pengelolaan dan penanganan pengaduan masyarakat, hal ini disebabkan karena belum pahamnya masyarakat akan syarat-syarat pengaduan, masih terbatasnya SDM yang mengelola pengaduan, dan terbatasnya data dan informasi dalam menjawab pengaduan.

2.5. Sumber Daya Instansi

Tugas dan fungsi Kantor Pertanahan Kota Madiun dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya yang ada untuk memberikan pelayanan pertanahan kepada masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya. Sumber daya dalam pelaksanaan pekerjaan, meliputi:

1) Sumber Daya Manusia (Pegawai)

Sumber Daya Manusia di Kantor Pertanahan Kota Madiun berjumlah 54 (lima puluh empat) orang terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 27 (dua puluh tujuh) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

12

(PPNPN), dengan rincian, 1 (Satu) orang pejabat Eselon III, 6 (enam) orang pejabat Eselon IV, dan 14 (empat belas) Orang yang merupakan pejabat fungsional pratama yang menjadi koordinator pada kegiatan tertentu pada masing-masing seksi, dan 6 (enam) orang Jabatan fungsional, serta 27 (dua puluh tujuh) orang PPNPN yang tersebar pada setiap seksi dan bagian pada kantor pertanahan Kota Madiun. Detil rincian SDM dapat diuraikan pada tabel berikut sebagai berikut :

Tabel 4

Sumber Daya Manusia (SDM) Kantah Kota Madiun

No. Uraian

Struktur Organisasi

Jumlah Kepala TU SP PHP PP PTP PPS

1. PNS

a. Eselon III 1 - - - - - - -

b. Eselon IV - 1 1 1 1 1 1 6

c. Eselon V - 3 2 3 2 2 2 14

d. JFU - 5 - - - - 1 6

2. PPNPN - 15 5 5 1 1 - 27

Jumlah Total ASN dan PPNPN 54

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 13 Bagan 1

Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Madiun

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 14 2) Sarana dan prasarana.

Peralatan yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan pelayanan, seperti alat ukur, komputer, laptop, printer,scanner, dan sarana pendukung lainnya.

Loket pelayanan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, ruang tunggu, ruang laktasi, dan ruang informasi pelayanan.

3) Anggaran

Dalam hal penyelenggaraan kegiatan pertanahan pada Kantor Pertanahan Kota Madiun, didukung dengan anggaran yang termuat dalam DIPA Kantor Pertanahan Kota Madiun Tahun Anggaran 2021 dengan Alokasi Pagu anggaran sebesar Rp. 5.531.016.000,- , dan untuk kegiatan Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa alokasi Pagu sebesar Rp. 148.615.000,- yang terinci pada kegiatan sebagaimana tabel berikut:

Tabel.5

Alokasi Anggaran Kegiatan Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kantor Pertanahan Kota Madiun Tahun 2021

No. KEGIATAN

Target

Volume Keuangan

(Rp.)

1. Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan 1 3.526.000

2. Pencegahan Sengketa dan Penanganan Konflik Pertanahan

1 4.020.000

3. Pembinaan Pencegahan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan

1 73.810.000

4. Penyelesaian Sengketa Pertanahan 1 27.489.000

5. Penanganan Perkara Pertanahan 1 39.770.000

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 15 BAB III

PELAKSANAAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH

3.1. Identifikasi Masalah Pada Area Tusi Yang Bermasalah

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa pada Kantor Pertanahan Kota Madiun terdapat isu-isu strategis terkait dengan pelaksanaan pelayanan publik. Beberapa isu strategis yang dapat diidentifikasi dan menjadi perhatian antara lain :

Tabel 6.

Identifikasi Permasalahan Pada

Tugas dan Fungsi Pengendalian dan Penanganan Sengketa No Tugas dan Fungsi

Seksi PPS

Identifikasi Permasalahan

(Kondisi Saat ini) Kondisi yang Diharapkan

1. Pengendalian hak tanah

1) Terbatasnya Anggaran Pengendalian HAT 2) Belum ada aplikasi yang

menunjang pelaksanaan kegiatan pengendalian pertanahan, sehingga kegiatan dan pelaporan dilakukan secara manual

3) Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengendalian hak tanah 4) Terbatasnya Sumber daya

Manusia yang memahami kegiatan pengendalian pertanahan

1) Kegiatan pengendalian dapat terlaksana secara optimal 2) Tersedianya data base hak

atas tanah dalam rangka identifikasi awal kegiatan pemantauan dan evaluasi hak atas tanah

3) Adanya aplikasi yang memudahkan dalam menunjang pelaksanaan pengendalian dari analog ke digital

4) Adanya sosialisasi kegiatan pengendalian hak

2. Pengendalian Alih Fungsi Lahan, Wilayah Pesisir, Pulau-pulau kecil , perbatasan dan wilayah tertentuserta Penertiban

Penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

1) Belum optimal kegiatan pengendalian alih fungsi lahan 2) Belum Tersedianya Data Citra

Satelit ataupun Foto Udara Terbaru yang digunakan untuk analisis

3) Banyaknya perubahan alih fungsi lahan sawah

1) Kegiatan Pengendalian alih fungsi lahan dapat

terselenggara dengan baik 2) Tersedianya Data Citra

Satelit atau Foto udara yang dapat digunakan sebagai acuan kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan

3) Menyediakan data lahan sawah untuk penetapan Lahan Pangan Berkelanjutan

3. Penanganan Sengketa dan Konflik dan perkara pertanahan

1) Belum optimalnya Penanganan Sengketa dan Konflik

1) Kegiatan Penanganan Sengketa dan Konflik dan perkara dapat berjalan

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 16 2) Keterbatasan anggaran

dalam penanganan sengketa dan konflik

3) Adanya kesulitan dalam pengumpulan data terkait obyek HAT yang menjadi Sengketa dan konflik 4) Anggaran terbatas, jumlah

perkara selalu melebihi target dari anggaran

optimal

2) Adanya Sosialisasi dan pemahaman agar memilih mediasi sebagai alternatif dalam penyelesaian masalah daripada melalui jalur litigasi

3) Revisi Anggara agar sesuai dengan ralisasi kegiatan

4. Pengelolaan

pengaduan pertanahan

Belum optimalnya pelayanan pengaduan pertanahan

1) Adanya Sosialisasi pelayanan pengaduan kepada masyarakat 2) Pengelolaan pengaduan

pertanahan berjalan dengan baik

3.2. Penetapan Masalah Utama

Dalam mengidentifikasi dan menganalisa isu digunakan kriteria APKL, sebagaimana diuraikan berikut :

1) Aktual (A)

Masalah atau pokok persoalan yang benar terjadi atau akan terjadi (yang bisa dipertanggungjawabkan) dan sedang menjadi pembicaraan orang banyak.

2) Problematik (P)

Isu yang menyimpang dari harapan, standar ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu dicari penyebab dan pemecahannya.

3) Kekhalayakan (K),

Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak.

4) Layak (L)

Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 17 Berikut ini analisis atas isu-isu strategis pada Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kota Madiun sebagaimana diuraikan di atas dengan metode Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak (APKL) :

Tabel 7. Analisis Isu Strategis Dengan Metode APKL

No. Deskripsi Isu A P K L Jumlah

1. Belum optimal penanganan sengketa, konflik dan perkara pada Kantor Pertanahan Kota Madiun

4 4 2 3 13

2. Belum optimalnya kegiatan pengendalian

pertanahan 4 3 4 3 14

3. Belum Adanya Peta Dasar Pertanahan terbaru yang digunakan dalam kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan

4 4 4 3 15

4. Belum optimalnya pengelolaan dan

penanganan pengaduan masyarakat 4 2 2 4 12

Dalam rangka menjaga performa kinerja pelayanan maka isu-isu strategis yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan pada Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa perlu disikapi dengan langkah kebijakan penanganan yang sinergi. Sebagai langkah awal dengan mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya dan waktu dalam menyelesaikan isu/masalah secara keseluruhan maka terlebih dahulu perlu ditentukan prioritas isu atau permasalahan yang harus segera ditangani.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka isu strategis yang mendapat peringkat 3 (tiga) besar adalah:

Peringkat pertama isu : Belum Adanya Peta Dasar Pertanahan terbaru yang digunakan dalam Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan

Peringkat kedua isu : Belum Optimalnya Kegiatan Pengendalian Pertanahan

Peringkat ketiga Isu : Belum Optimalnya penanganan sengketa, konflik dan perkara

Atas ketiga issu utama tersebut kemudian dilakukan analisis lanjutan yaitu analisis kualitas isu untuk menentukan isu atau permasalahan prioritas

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 18 yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai area perubahan dengan menggunakan teori Kepner dan Tragoe (1981) yang menyatakan pentingnya suatu masalah dibandingkan dengan masalah lainnya. Identifikasi dilakukan dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu :

1. Urgency (U)

Seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.

2. Seriousness (S)

seberapa serius isu tersebut perlu dibahasdikaitkan dengan akibat yang timbul jika isu tersebut tidak dipecahkan.

3. Growth (G)

seberapa besar kemungkinan isu tersebut tumbuh yang mengakibatkan isu tersebut lebih besar atau mengakibatkan kontaminasi terhadap isu yang lain.

Adapun penilaiannya menggunakan Skala Likert dengan rentang nilai 1 sampai dengan 5, sebagai berikut :

1. Nilai 5 untuk :Sangat Besar;

2. Nilai 4 untuk : Besar;

3. Nilai 3 untuk :Sedang;

4. Nilai 2 untuk : Kecil;

5. Nilai 1 untuk :Sangat Kecil.

Berikut ini 3 (tiga) besar isustrategis pada Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kota Madiun yang dianalisis kualitas isu untuk menentukan isu prioritas dengan dengan metode Urgency (U), Seriousness (S) dan Growth (G) :

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 19 Tabel 8. Analisis Isu Prioritas Dengan Metode USG

No. Isu Strategis

U (Waktu)

S (Dampak)

G (Cepat)

Jumlah

1. Belum Adanya Peta Dasar Pertanahan terbaru yang digunakan dalam kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan

5 4 5 14

2. Belum optimalnya Kegiatan

Pengendalian Pertanahan 5 4 4 13

3. Belumoptimalnya penanganan

sengketa, konflik dan perkara 4 4 4 12

Sehubungan dengan 2 (dua) isu strategis yang berada pada peringkat 2 dan 3, diberikan penjelasan sebagai berikut :

1. Isu strategis pada peringkat 2, yaitu untuk mengatasi belum optimalnya penanganan pengendalian pertanahan saat ini perlu adanya sosialisasi kegiatan dan pembuatan databasae yang dapat digunakan sebagai acuan kegiatan.

2. Isu strategis pada peringkat 3, yaitu untuk mengatasi belum optimalnya penanganan sengketa konflik dan perkara saat ini telah ada aplikasi justisia yang baru di Lounching oleh Dirjen VII Kementerian Agraria dan Tata Ruang, sehingga lebih memudahkan dalam memonitor progress kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara yang terjadi.

Sedangkan terkait isu strategis mengenai belum optimalnya kegiatan pengendalian alih fungsi lahan di Kantor Pertanahan Kota Madiun ini secara analisis USG dapat dijelaskan bahwa selama ini kegiatan pengendalian pertanahan hanya memiliki target yang minimal. Tahun 2021 kegiatan pengendalian hak melalui kegiatan Pengendalian dan Pemantauan 1 Bidang;

Tahun 2020 targetnya hanya 1 Bidang; Tahun 2019 Target juga 4 bidang, sementara dalam latar belakang pada Bab 1, diuraikan bahwa pengendalian pertanahan ini merupakan kegiatan yang mendesak yang harus segera dilaksanakan mengingat banyaknya alih fungsi lahan sawah menjadi non pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan suatu wilayah. Kegiatan pengendalian selama ini dirasa masih lemah karena belum sepenuhnya diterapkan regulasi tentang sanksi yang ada, Alih fungsi lahan sawah terjadi

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 20 karena meningkatnya jumlah penduduk yang berakibat meningkatnya kebutuhan akan tanah, baik untuk perumahan, tempat usaha, serta fasilitas umum dan sosial. Dalam hal ini diperlukannya Peta Dasar Pertanahan yang ter update guna menunjang kegiatan pengendalian dan pemantauan pertanahan.

3.2. Analisis Kelayakan Inovasi

Dalam hal pelaksanaan kegiatan inovasi terkait pembuatan Peta Dasar Pertanahan dengan menggunakan pesawat udara nirawak (PUNA) yang akan digunakan dalam kegiatan Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan pada Kantah Kota Madiun, digunakan analisis SWOT sebagai metode analisis kelayakan inovasi yang akan diuraikan sebagaiberikut :

Tabel 9. Analisis SWOT

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

 Adanya dukungan daripimpinan dan semua pihak yang terlibat

 SDM yang dapat dimaksimalkan

 Sarana dan Prasarana yang cukup

 Keterlibatan pihak eksternal dalam pelaksanaan inventarisasi membutuhkan komunikasi yang efektif

 Anggaran yang tersedia terbatas karena penghematan/saving

Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)

 Pemanfaatan PUNA mempersingkat dalam pengambilan data lapang.

 Data yang di ambil merupakan data terkini

 Diperlukan Keahlian Khusus dan

keterampilan dalam pengoperasian PUNA

keterampilan dalam pengoperasian PUNA

Dalam dokumen LAPORAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 17-0)