• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Jalur Terbang

Dalam dokumen LAPORAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 63-0)

BAB II 4

B. Tahap Pelaksanaan Lapangan

1. Perencanaan Jalur Terbang

Perencanana jalur terbang merupakan tahap awal dalam pelaksanan penerbangan pesawat UAV. Dalam suatu pekerjaan fotogrametri memerlukan suatu rencana jalur terbang agar foto yang di hasilkan mempunyai kualitas yang baik. Jalur ini direncanakan berdasarkan Area Of Interest (AOI) sehingga bentuk dan luasan lokasi pemotretan dapat ditentukan.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 51 Gambar 9. Area Of Interest (AOI) Pemotretan

Udara

Penentuan Area Of Interest (AOI) ditentukan dengan menggunakan batas Administrasi kota dan kabupaten yang berbatasan.

Dalam percanaan jalur terbang ini kita menentukan forward overlap, side overlap, tinggi terbang, dan besarnya GSD (Ground Sampling Distance) yang akan berpengaruh dalam proses pengolahan data dan orthopoto yang dihasilkan.

Proses pengambilan jalur terbang biasanya diambil jarak yang terpanjang untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan pesawat di saat pemotretan. Dalam mendesain jalur terbang di buat sepanjang garis yang sejajar untuk membuat foto yang bertampalan. Area yang bertampalan overlap, merupakan daerah yang bertampalan antara foto satu dengan foto yang lainnya sesuai dengan nomor urutan jalur terbang. Tujuan dari tampalan ini adalah untuk menghindari daerah yang kosong disaat perekaman dikarenakan wahana pesawat terbang melaju dengan kecepatan yang tinggi. Selain forward overlap foto udara juga harus side overlap. Side overlap merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan foto udara lain

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 52 Forward Overlap

Side Overlap

yang ada diatas maupun dibawah area yang direkam Berikut ini gambaran dari proses forward overlap dan side overlap.

Gambar 10. Contoh Forward Overlap dan Side Overlap pada Kegiatan Pemotretan Udara

Terkait efektivitas dalam merencanakan jalur terbang drone harus memperhatikan berbagai aspek agar dapat memenuhi kriteria dalam pengukuran sehingga dihasilkan resolusi orthopoto yang baik.

Adapun kriteria yang diperlukan adalah sebagai berikut : a. Tampalan side overlap dan forward overlap.

Berdasarkan Petunjuk Teknis nomor 02 /JUKNIS-300/2017 tentang Pembuatan Peta Kerja dengan Menggunakan Pesawat Nirawak / Drone telah ditentukan besarnya forward overlap sebesar 70% dan side overlap sebesar 60%. Dalam penentuan besarnya forward overlap dan side overlap yang telah ditentukan dalam Petunjuk Teknis nomor 02 /JUKNIS-300/2017 tentang Pembuatan Peta Kerja dengan Menggunakan Pesawat Nirawak / Drone, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 53 Tinggi terbang yang diinginkan (H)

= 120m Focal length kamera (f) = 8.8mm

Pixel width (foto) = 5472 piksel Pixel height (foto) = 3648 piksel Sensor width = 13.2 mm Sensor height = 8.8 mm

(i). Lakukan perhitungan terhadap GSD

Ground Sampling Distance (GSD) adalah jarak diantara dua pusat

/central pixel berurutan yang diukur dilapangan.

GSD = K x sensor width

ƒ piSel width

= 120 x 13.2 8.8 8.8

= 3.29 cm (ii). Hitung cakupan foto di lapangan

Lebar (Sw) = 5472 x 3.29 = 18002 cm = 180 m Panjang (Sh) = 3648 x 3.29 = 12001 cm = 120 m

(iii). Jika besar forward overlap 70% dan side overlap 60%

maka dapat dihitug jarak pemotretan forward overlap dan jarak antar jalur side overlap dengan rumus :

Jarak antar titik pemotretan D = Sh (1 - overlap)

= 120 (1 – 70%)

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 54

= 36 m

Jarak antar jalur terbang D = Sw (1-sidelap)

= 180 (1 – 60%)

= 72 m

Sehingga untuk memperoleh forward overlap 70% dan side overlap 60%, maka jarak antar jalurnya harus maksimal 72 meter dan jarak antar titik pemotretan maksimal 36 meter.

Perhitungan forward overlap 70% dan side overlap 60% dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan foto. Semakin besar forward overlap dan side overlap akan mempermudah bagi aplikasi pengolah data untuk menentukan daerah pertampalan, sehingga mempermudah dalam proses pengolahan datanya. Semakin besar nilai forward overlap dan side overlap akan memberikan dampak semakin banyaknya foto yang dihasilkan.

b. Tinggi terbang

Ketinggian terbang pesawat Drone disesuaikan dengan spesifikasi sensor kamera. Ketinggian yang digunakan dalam pelaksanaan aksi perubahan ini hanya ± 120 Meter. Beberapa aspek penting lainnya juga ditetapkan terkait ketinggian ketinggian terbang (±

120 Meter) terletak pada kualitas kamera dan perijinan terbang.

c. Waktu perekaman

Pencahayaan untuk menghasilkan foto yang baik dilakukan pada pukul 09.00 pagi sampai 11.00 karena pada saat itu cuaca cerah sehingga cahaya yang tertangkap kamera maksimal. Sedangkan untuk sore hari pencahaayaan yang baik dari jam 15.00 sampai pukul 17.00.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 55 d. Sebaran Ttik Ground Control Point (GCP)

Sebaran titik-titik GCP harus terletak secara merata diseluruh areal pemotretan udara. Sebaran titik GCP harus dapat direkam oleh kamera untuk proses koreksi geometri foto.

Gambar 11. Titik Sebaran GCP pada AOI

Perangkat lunak yang digunakan dalam perencaan jalur terbang yaitu perangkat lunak Mission Planner, yang dikombinasikan dengan perangkat lunak Pix4dCapture. Perangkat lunak Misson Planner merupakan perangkat lunak yang bisa kita dapatkan dengan mudah di internet.

Mission Planner, maka pembuatan forward overlap dan side overlap menjadi lebih mudah. Hal ini akan membuat proses hitungan manual digunakan sebagai pembanding saja.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 56 2. Perencanaan, Pemasangan dan Pengukuran GCP (Ground Control

Point)

Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta.

Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari refrensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground control points (titik kontrol tanah) hingga kepada pengukuran batas tanah.

Ground Control Point (GCP) adalah suatu titik ikat lapangan yang mengarahkan hasil olahan citra pada lokasi sebenarnya di lapangan. Citra yang tidak memiliki GCP atau titik ikat lapangan, belum terkoreksi geometric dan tidak dapat digunakan sebagai pemandu lapangan, karena tidak dapat menunjukkan posisi sebenarnya dimuka bumi. Citra yang belum terkoreksi geometrik ini perlu dilakukan koreksi dengan cara pemasangan titik ikat lapangannya.

Ground Control Point (GCP) dibuat untuk meningkatkan akurasi/koreksi geometri dari hasil potret udara drone. Pengamatan titik GCP ini menggunakan

GPS Geodetik dengan ketelitian sub millimeter. Penggunaan Ground Control Point (tiitk kontrol tanah) tidak lepas dari pekerjaan fotogrametri agar produk foto udara memiliki akurasi tinggi.

Sebagai tahap awal sebelum dilakukan pengukuran terhadap titik kontrol tanah (Ground Control Point), dalam melakukan kegiatan foto udara diperlukan pembuatan premark (penandaan titik kontrol tanah). Premark biasanya dibuat dengan bentuk tanda silang dengan titik premark berada tepat pada perpotongan tanda tersebut. Warna premak juga biasanya dipilih warna yang mencolok agar terlihat pada saat pengolahan foto udara. Ukuran minimum premark di foto udara sesuai dengan Petunjuk Teknis Pembuatan Peta Kerja dengan Menggunakan Pesawat Nirawak / Drone Nomor : 02 /JUKNIS-300/2017 adalah panjang 10 piksel dan lebar 3 piksel untuk masing masing sayap premark. Ukuran premark sebenarnya dilapangan

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 57 mengikuti nilai resolusi tanah pemotretan udara. Sebagai contoh : apabila rencana GSD 5 cm maka ukuran premark 50 cm X 15 cm.

Gambar 12. Premark pada Lokasi Pemotretan

Lokasi Ground Control Points (GCPs) direncanakan berdasarkan jalur terbang pada lokasi eksposur di sepanjang jalur terbang yang telah direncanakan. Sedapat mungkin Ground Control Points (GCPs) terdistribusi menyebar di Area Of Interest (AOI) yang telah rencana. Untuk memperoleh orthofoto yang dapat digunakan untuk pemetaan skala detail dengan baik, perlu menambahkan koordinat titik kontrol tanah (Ground Control Point) yang diperoleh dari GPS Geodetik dengan ketelitian milimeter.

Gambar 13. Lokasi Sebaran Ground Control Points (GCPs)

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 58 Data lapangan dikumpulkan lewat teknik pengukuran lapangan menggunkan Alat Ukur GPS Geodetic CHC i50, Controller, Receiver, Antena UHF/GSM, Pen Styles, Pole, Bracket, Tripod, Meteran rol, dan peralatan penunjang lainnya. Strategi Pengukuran GPS Terkait pelaksanaan survei GPS, strategi pengamatan yang diaplikasikan akan sangat berperan dalam pencapaian kualitas yang baik dari posisi titik-titik GPS. Adapun metode pengamatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan CORS dengan metode static.

Gambar 14. Pengukuran Ground Control Points (GCPs) dengan Metode NTRIP

RTK-NTRIP merupakan metoda pengumpulan data dengan menggunakan jaringan internet, sehingga komunikasi antara base dan rover bergantung pada koneksi internet para pengguna. Sinyal koreksi dikirimkan oleh CORS menggunakan metode NTRIP (Networked Transport of RTCM via Internet Protocol) melalui jaringan internet ke rover station. Prinsip kerja NRTK adalah stasiun-stasiun referensi merekam data dari satelit GNSS secara kontinu yang kemudian

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 59 disimpan dan dikirimkan ke server melalui jaringan internet secara serempak.

Adapun titik ikat (base) yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan stasiun INA-CORS BIG yang berlokasi di Negara, Kota Madiun. Menurut UU Nomor 4 Tahun 2011, Badan Informasi Geospasial (BIG) adalah lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mewujudkan penyelenggaran Informasi Geospasial (IG) yang berdaya guna dan berhasil guna untuk aspek kehidupan masyarakat.

BIG yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, berusaha memberikan pelayanan INA-CORS dan RTK-NTRIP kepada masyarakat luas agar dapat mempercepat proses pemetaan. Salah satu layanan andalan BIG dalam mempercepat proses pemetaan adalah INA-CORS BIG (Indonesian- Continuously Operating Reference Station). Layanan ini memberikan RTK-NTRIP (Real time Kinematic Networked Transport of RTCM via Internet Protocol) yang bisa digunakan oleh siapa saja.

Gambar 15. Lokasi Statiun CORS BIG di Kota Madiun

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 60 3. Pelaksanaan Pemotretan Udara dengan Drone

Pesawat tanpa awak UAV (Unmanned Aerial Vehicle) merupakan jenis pesawat terbang yang dikendalikan alat sistem kendali jarak jauh lewat gelombang radio. UAV merupakan sistem tanpa awak (Unmanned System) yaitu sistem berbasis elektro mekanik yang dapat melakukan misi-misi terprogram dengan karakteristik sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri, UAV dapat dikendalikan manual melalui radio kontrol atau secara otomatis dengan mengolah data pada sensor. Terminologi terbaru UAV fotogrametri menjelaskan bahwa platform ini dapat beroperasi dan dikendalikan dari jarak jauh baik secara semiotomatis maupun otomatis tanpa perlu pilot duduk di kendaraan. Platform ini dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan pengukuran fotogrametri baik secara skala kecil maupun besar dengan menggunakan sistem kamera atau kamera video, sistem kamera termal atau inframerah, sistem LIDAR, atau kombinasi ketiganya. UAV standar saat ini memungkinkan pendaftaran, pelacakan posisi dan orientasi dari sensor yang diimplementasikan dalam sistem lokal atau koordinat global. Oleh karena itu teknologi UAV fotogrametri ini dapat dipahami sebagai alat pengukuran fotogrametri terbaru.

Gambar 16. Pelaksanaan Pemotretan Udara

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 61 Sebelum dilakukan pemotretan udara dipastikan dahulu kesiapan dari peralatan Drone dan semua premark sudah terpasang.

Kesiapan peralatan meliputi pengecekan terhadap kapasitas baterai, kalibrasi kompas, pengecekan gymbal, pengecekan terhadapt jalur terbang dan tinggi terbang pada aplikasi Litchi. Pemotretan udara dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi cuaca terutama kecepatan angin, kondisi hujan, dan kabut.

C. Tahap Pengolahan Data Lapangan.

Foto kualitas tinggi merupakan salah satu faktor signifikan untuk efisiensi dan standar kualitas produk pemetaan, seperti Digital Elevation Model (DEM) dan Orthofoto. Teknologi pemrosesan foto udara yang semakin berkembang tentunya diiringi dengan software yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan suatu masalah.

Pemanfaatan serta pengolahan data foto udara semakin luas dengan dukungan berbagai software yang memadai.

Pada tulisan ini data foto udara akan diproses menggunakan perangkat lunak Agisoft Metashape Photoscan (64 bit) dengan jumlah data 43.035 foto dan 26 titik GCP (Ground Control Point).

Agisoft Metashape Photoscan (64 bit) merupakan perangkat lunak yang dapat mengidentifikasi titik sekutu mosaik, dan pembuatan DSM secara otomatis. Agisoft Metashape Photoscan (64 bit) merupakan perangkat lunak pengolahan foto udara yang dibuat oleh perusahaan Agisoft LLC, yang didirikan pada tahun 2006 sebagai perusahaan penelitian yang inovatif dengan fokus pada teknologi visi komputer, secara intensif melakukan R & D dengan keahlian dalam algoritma pengolahan citra dengan teknik fotogrametri digital. Perangkat lunak Agisoft Metashape Photoscan (64 bit) dapat digunakan untuk proses pembentukan mosaic dengan pengidentifikasian tie point secara otomatis, pembentukan point cloud beserta hasil residual hitungan bundle adjustment, pembentukan DEM dari mosaik yang dibentuk. Point cloud

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 62 dalam perangkat lunak ini adalah tie point yang secara otomatis dibentuk menjadi tiga dimensi. Secara umum point cloud merupakan titik-titik hasil perekaman data DTM ataupun DEM permukaan bumi yang tersusun dengan menggunakan sistem koordinat tiga dimensi. Titik-titik ini biasanya diidentifikasi dengan koordinat X,Y,Z dan biasanya dimaksudkan untuk memberi gambaran suatu permukaan pada suatu objek. Kelebihan dari perangkat lunak ini adalah dapat melakukan pengolahan mosaik dalam waktu singkat dengan mosaik yang dihasilkan menpunyai color balancing yang baik, dan sambungan antara foto digital yang tidak terlihat. Proses orthoretifikasi dilakukan secara otomatis oleh program. Orthoretifikasi ini digunakan untuk menghapus efek kemiringan sumbu dan hasilnya berupa ekuivalen foto digital tegak. Dengan adanya proses peniadaan pergeseran letak relief pada sembarang foto digital, maka variasi skala juga dihapus sehingga skala menjadi sama bagi seluruh foto digital.

Langkah-langkah pengolahan data foto udara menggunakan prangkat lunak Agisoft Metashape Photoscan (64 bit), dijabarkan sebagai berikut :

1. Add Photos

Tahap ini merupakan tahapan paling awal dalam memulai pemrosesan, dimana disini foto hasil pemotretan dibuka dalam software Agisoft Metashape Photoscan (64 bit) dan direkonstruksi urutan umum foto menurut jalur terbang.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 63 Gambar 17. Menu Add Foto

pada perangkat lunak Agisoft Metashape Photoscan

2. Align Photos

Aligan foto merupakan tahapan titik-titik yang sama pada foto. Proses ini akan membuat matching point dari 2 atau lebih foto. Proses ini dapat menghasilkan 3D model awal, posisi kamera dan sparse point clouds yang akan digunakan pada tahap selanjutnya.

Gambar 18. Menu Align Photos pada perangkat lunak Agisoft Metashape

Photoscan

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 64 3. Import Koordinat GCP dan Identifikasi Titik GCP

Import GCP dilakukan untuk memberi refrensi koordinat X,Y,Z terhadap proses aligan photos, sehingga DEM dan orthofoto yang di bentuk dapat diperbaiki kualitas geometriknya. Untuk memperoleh orthofoto yang akurat, dianjurkan untuk menggunakan GCP yang diperoleh dari pengukuran menggunakan GPS Geodetik.

Gambar 19. Menu Import Koordinat

pada perangkat lunak Agisoft Metashape Photoscan

4. Build Dense Clouds

Dense Clouds merupakan kumpulan titik tinggi dengan jumlah yang sangat banyak dari pemrosesan foto udara. Dense clouds kemudian akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan Digital Surface Model, Digital Terrain Model dan Orthofoto.

5. Build Mesh

Build Mesh merupakan proses membangun model 3D dalam agisoft.

Model tiga dimensi nantinya akan digunakan untuk proses pembentukan DEM, DSM, DTM dan Orthofoto.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 65 6. Build Texture

Merupakan proses pembentukan model fisik 3D dari kenampakan- kenampakan yang ada di area liputan foto.

7. Build DEM

Digital Elevation Model merupakan model medan digital dalam format raster atau grid. Dari data DEM dapat diturunkan informasi elevasi hingga ke permodelan lebih lanjut seperti cut and fill.

8. Build Orthomosaic

Orthofoto adalah foto udara yang telah dikoreksi kesalahan geometriknya menggunakan data DEM dan data GCP sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan. Orthofoto dapat dibentuk setelah tahap pembuatan Dense Clouds, Mesh dan DEM selesai.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 66 D. Tahap Pengaplikasian Hasil Peta Foto

Tahap selanjutnya adalah pemanfaatan peta dasar/peta kerja dengan menggunakan foto udara dari wahana PUNA untuk Pengendalian lahan sawah pada kota Madiun. Dengan produk PUNA sebagai basemap, bidang-bidang tanah pertanian dapat dilihat perubahannya berdasarkan letak, bentuk, batas bidang tanah di sertipikat dicocokkan dengan keadaan fisik di foto. Penggunaan peta yang terorthorektifikasi akan memudahkan dalam pelaksanaan identifikasi bidang tanah yang telah beralih fungsi.

Resolusi tinggi dan kedetailan orthophoto PUNA memungkinkan objek-objek di permukaan bumi dapat diidentifikasi.

Secara teknis, peta orthophoto memberikan peluang untuk identifikasi dan deliniasi meliputi batas wilayah/batas administrasi, hidrografi, elevasi (kontur, DEM), infrastruktur fisik (jalan, bangunan, jembatan, pabrik, tiang telepon, tiang listrik), infrastruktur sosial (sekolah, pasar), unsur tematik (tutupan lahan, penggunaan lahan, bidang-bidang tanah). Peta orthophoto dapat digunakan untuk pembuatan dan pembaruan peta rencana detail tata ruang, peta penggunaan/ pemanfaatan lahan, peta kemampuan lahan, peta zonasi nilai tanah dan peta tematik lainnya pada skala besar.

Gambar 20. Overlay Peta Desa dengan Citra Lama

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 67 Gambar 21. Overlay Peta Desa dengan

Peta Foto

E. Capaian dalam Kegiatan Pengendalian Lahan Pertanahan

Aksi perubahan ini dilaksanakan untuk mempersiapkan peta kerja yang akan digunakan sebagai dasar dalam kegiatan pengendalian pertanahan. Diharapkan tersedianya peta kerja berupa peta orthopoto, pelaksanaan kegiatan pemetaan bidang-bidang tanah menjadi lebih cepat dan lebih akurat. Beberapa identifikasi perubahan penggunaan tanahnya yang dapat dilakukan dengan adanya aksi perubahan ini meliputi :

1. Jika selama ini identifikasi terhadap bidang-bidang dilakukan dengan menggunakan citra lama dengan resolusi spatial yang rendah, maka dengan adanya peta orthopoto ini pemetaan bidang-bidang tanah dapat dilakukan lebih baik dengan data terbaru hasil pengambilan tahun berjalan. Pemetaan bidang-bidang tanah dengan menggunakan citra lama (sebelum adanya peta orthopoto) memiliki kelemahan dikarenakan data yang di ambil adalah tahun 2015 dimana banyak bidang-bidang tanah masih berupa lahan sawah. Untuk tahun 2021 ini telah berubah penggunaannya menjadi areal pemukiman.

2.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 68

Citra lama Peta Orthopoto

Gambar 22. Perbedaan Kenapakan Visual Citra Google dan Orthopoto

3. Hasil peta orthopoto ini memiliki resolusi spatial yang tinggi (GSD 3,34 cm/pixel). Dengan adanya resolusi yang tinggi ini maka peta orthopoto ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengadaan dan perbaikan berbagi jenis peta tematik. Misalnya peta tata ruang, peta rupa bumi, peta penggunaan tanah, dan berbagai peta tematik lainnya.

Peta orthopoto yang memiliki resolusi spasial tinggi merupakan dasar dalam pembuatan dan pemetaan peta tunggal yang dapat digunakan oleh bebrapa instansi pemerintah lainnya.

4. Dengan tersedianya peta orthopoto dengan resolusi spatial tinggi memudahkan dalam interpretasi terhadap bidang-bidang tanah, dan digunakan sebagai dasar dalam proses pemetaan bidang-bidang tanah, perbaikan peta desa, pemetaan desa lengkap (KW4, KW5, dan KW6), pengadaan peta tunggal dan dapat di gunakan sebagai dasar pengendalian bidang tanah. Pengadaan peta orthopoto ini secara langsung akan membantu petugas pemetaan dalam meningkatkan kinerja pemetaan bidang tanah, percepatan penyelesaian pekerjaan yang akan berdampak pada meningkatnya kualitas layanan kepada masyarakat.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 69 BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan aksi perubahan dengan tema Pembuatan Peta Dasar Pertanahan Sebagai Dasar Dalam Kegiatan Pengendalian Lahan Sawah Pada Kantor Pertanahan Kota Madiun adalah sebagai berikut :

1. Aksi perubahan ini digagas untuk mencarikan solusi atas pemasalahan ketidaktersediaan citra resolusi tinggi yang uptodate. Disisi lain, kebutuhan akan citra beresolusi tinggi untuk kegiatan pengendalian lahan sangat diperlukan dalam pelayanan pertanahan dan disisi lain terdapat keterbatasan anggaran kementrian dalam penyediaan peta dasar/peta kerja yang uptodate dengan resolusi spatial tinggi. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, saat ini pemetaan menggunakan UAV berpotensi memberikan informasi geospasial dengan resolusi yang menjanjikan, efektif, dan efisien. Sehingga kami di Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kota Madiun mencari solusi dengan mengadakan peta kerja dengan tetap mengacu pada petunjuk teknis no Nomor : 02 /JUKNIS- 300/2017 Tanggal : 21 Juni 2017 ttg Pembuatan Peta Kerja Dengan Menggunakan Pesawat Nirawak / Drone, sehingga kebutuhan akan peta foto uptodate dan beresolusi tinggi dapat kita penuhi.

2. Aksi perubahan yang dilakukan dapat menghasilkan terobosan yang telah memenuhi kriteria, yaitu :

a. Memberikan nilai tambah bagi organisasi dan stakeholder, output yang dihasilkan (peta foto) dapat membantu meningkatkan kinerja di Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa. Dengan adanya peta foto dapat membantu dalam kegiatan pengendalian pertanahan, pemetaan bidang-bidang tanah, kendali mutu pengukuran dan pemetaan, perbaikan peta desa menuju desa lengkap, serta dapat digunakan sebagai base map dalam kebijakan peta tunggal (One

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementrian ATR/BPN RI - 2021 70 Map Policy).

b. Aksi perubahan ini tidak hanya dilakukan oleh seorang Leader, tetapi juga dilakukan bersama anggota tim kerja. Terjadi proses pembelajaran dan alih tehnologi sekaligus penambahan wawasan dan peningkatan kompetensi diri pada anggota tim efektif. Sehingga kegiatan ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan baik jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, sebagai upaya dalam pemenuhan kebutuhan peta foto dalam rangka percepatan pemetaan dan peningkatan pelayan kepada masyarakat.

c. Pelaksanaan aksi perubahan ini merupakan suatu upaya untuk mewujudkan nilai-nilai dari Kementrian (Melayani : sesuai kebutuhan pengguna layanan, Profesional : ketepatan informasi dan waktu penyelesaian pekerjaan, Terpercaya : output sesuai dengan standar / prosedur / kriteria yang ada)

3. Dalam pelaksanaan aksi perubahan dapat mengimplementasikan

3. Dalam pelaksanaan aksi perubahan dapat mengimplementasikan

Dalam dokumen LAPORAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 63-0)