• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM WILAYAH

4.1. Kota Padang Panjang

4.1.4. Kondisi Geolog

Struktur geologi yang dapat dijumpai di sekitar daerah Kota Padang Panjang adalah kekar, pelapisan batuan dan sesar (garis patahan). Pelapisan batuan dapat dijumpai pada batuan berumur tua, berupa batu gamping serta batuan malihan seperti batu sabak dan kuarsit yang dapat dijumpai di Bukit Jarat dan jalan raya antara Kota Padang Panjang ke Batang Anai (perbatasan kota). Struktur pelapisan ini terlihat berkemiringan landai hingga tegak (10º-85º). Sedangkan struktur kekar dapat dijumpai umumnya pada batuan tua sebagai kekar tarik dan kekar gerus (Pusat Geologi dan Bappeda, 2006).

Urutan dan jenis batuan lokal Kota Padang Panjang terdiri atas sembilan jenis batuan dari tua ke muda, yaitu:

1. Batuan Malihan

Batuan ini dijumpai di bagian barat dan selatan Kota Padang Panjang yang membentuk Bukit Jarat dan Bukit Tilabung, terdiri dari batu gamping, kuarsit dan batusabak. Secara keseluruhan batuan ini mempunyai sifat fisik sangat keras dan kompak sehingga mempunyai kerentanan rendah terhadap bahaya goncangan gempa bumi.

2. Batuan Andesit

Batuan ini terdiri dari lava andesit dan breksi laharik yang terdapat di sebelah utara Kota Padang Panjang dan membentuk Bukit Patisandi, Sikudung serta Pagu-pagu. Secara keseluruhan batuan ini telah mengalami pelapukan sehingga tidak terlalu keras dan kompak bila dibandingkan dengan Batuan Malihan. Batuan ini cukup rentan terhadap goncangan gempa.

3. Batupasir Tufaan (Jatuhan Piroklastika)

Batuan ini berupa batu pasir tufaan, mengandung lapili tuff dan batu apung yang dapat dijumpai menempati hampir seluruh Kota Padang Panjang. Berdasarkan sifat fisiknya yang tidak terlalu padu maka batuan ini mempunyai kerentanan yang cukup tinggi terhadap goncangan gempa bumi.

4. Breksi Tufaan I (Aliran Piroklastika)

Batuan ini dijumpai berupa breksi tufaan mengandung fragmen batuan gunung api berupa kerikil batuan beku andesit dan basaltis, batu apung, lapili tuff.

Secara keseluruhan batuan ini tampak bersifat tidak terlalu padu, sehingga mempunyai kerentanan cukup tinggi terhadap bahaya goncangan gempa bumi. 5. Breksi Tufaan II (Aliran Piroklastika)

Batuan ini dijumpai berupa breksi tufaan mengandung fragmen batuan gunung api berupa bingkahan batuan andesit dan basaltis, breksi dan tufa. Secara keseluruhan batuan ini bersifat agak padu sehingga mempunyai kerentanan bahaya sedang terhadap goncangan gempa bumi.

6. Lava Andesit-Basaltis (Bukit Padang Sibandaro)

Batuan ini berupa lava berkomposisi andesit-basaltis, dijumpai sebagai pembentuk Bukit Padang Sinbandaro. Batuan ini sangat masif sehingga mempunyai kerentanan rendah terhadap bahaya gempa bumi.

7. Lahar

Lahar ini terdiri dari campuran breksi, batupasir tufaan, bongkah lava, andesit dan basalt. Dapat dijumpai di daerah Tiga Suku, Batu Banyak, Rao-Rao, Pitalah dan Gunung Rajo. Berdasarkan sifat fisiknya batuan ini mempunyai kerentanan tinggi terhadap goncangan gempa bumi.

8. Endapan Alluvium Sungai

Endapan ini dapat dijumpai secara setempat-setempat pada aliran Sungai Batang Anai. Endapan ini terkonsentrasi pada kelokan-kelokan sungai (meandering) dan membentuk pedataran. Umumnya daerah yang disusun oleh batuan tersebut merupakan persawahan penduduk yang rentan akan goncangan gempa bumi.

9. Endapan Kipas

Endapan kipas sesar berupa rombakan dari batuan induk yang mengalami penyesaran. Di Kota Padang Panjang ini endapan kipas sesar dapat dijumpai di lereng Bukit Jarat di sebelah selatan Kota Padang Panjang. Selain itu dapat dijumpai berupa aliran masa gunung di Kelurahan Guguk Malintang, Kecamatan Padang Panjang Timur. Endapan kipas ini mempunyai sifat fisik yang lepas dan tidak stabil pada lerengnya, sehingga sangat rentan terhadap goncangan gempa bumi. Berbagai struktur geologi batuan ini dapat dilihat lebih jelas pada peta geologi pada Gambar 12.

Selanjutnya beralih ke struktur geologi lainnya/sesar aktif, struktur geologi sesar yang dapat dijumpai di sekitar Kota Padang Panjang dikenal sebagai Sesar Sumatera dan Sesar Bukit Jerat. Selain sesar-sesar utama tersebut dapat dijumpai sesar berukuran lebih kecil yang disebut sebagai sesar sekunder.

Sesar Sumatera ini terletak di sebelah timur hingga tenggara Kota Padang Panjang yang melintang dari arah barat laut-tenggara di kaki Gunung Merapi, melalui Desa Koto Baru, Paninjauan, Batang Gadis dan Batipuh. Di wilayah ini sesar tersebut mempunyai panjang 15 km, dengan jarak terdekat ke pusat Kota Padang Panjang lebih kurang 5 km. Berdasarkan mekanisme gerak sesarnya, sesar ini disebut sebagai sesar geser menganan. Blok barat sesar bergerak ke utara dan blok sebelah timur bergerak ke selatan. Ciri sesar ini di lapangan dapat diamati berupa kelurusan telaga sepanjang jalan di daerah Koto Baru, perbukitan yang terjal membentuk lembah-lembah dan bukit-bukit terpotong yang disebut sebagai gawir segitiga.

Sesar Bukit Jarat dapat dijumpai melalui Kota Padang Panjang dengan arah barat laut-tenggara mulai dari Bukit Sidukung, Bukit Padang Setumpuk, Bukit Surungan, Padang Panjang, Koto Panjang, Batu Tagak serta Gunung Rajo. Sesar ini mempunyai panjang 12,5 km melewati pusat Kota Padang Panjang. Struktur sesar ini dicirikan oleh tebing yang terjal pada bukit batu gamping di sebelah selatan Kota Padang Panjang serta kelurusan lembah sungai di sebelah selatan Desa Tanjung serta Bukit Padan Setumpuk. Selain itu dijumpai adanya zona hancuran sekitar bukit gamping di Lubuk Simata Kucing. Berdasarkan kinematika gerak sesarnya, sesar ini merupakan sesar geser mengiri (kekiri),

dengan blok sebelah timur begerak relatif turun dibandingkan blok sebelah baratnya. Sesar sekunder Bukit Jarat berupa sesar-sesar turun yang membentuk sudut lancip terhadap sesar utama, dijumpai memotong Bukit Jarat dengan arah hampir utara-selatan dan membentuk celah-celah bukit.

Beragam kondisi geologi ini membuat Kota Padang Panjang menjadi salah satu kota di Sumatera bagian barat yang mempunyai resiko tinggi berkaitan dengan bencana alam gempa bumi dan bahkan letusan gunung api. Karena letak dan kondisi geologinya yang dilalui oleh lajur sumber gempa bumi sesar aktif Sumatera, maka sewaktu-waktu kondisi ini dapat menimbulkan bahaya bencana gempa bumi di Kota Padang Panjang. Gambar 13 menampilkan peta zonasi resiko bencana gempa bumi atau potensi bencana gempa bumi di Kota Padang Panjang.

Dari peta tersebut dapat dijelaskan Zona I merupakan daerah dengan kerentanan bahaya goncangan tanah tinggi. Zona ini berada pada lajur bentang alam dengan struktur gunung api dan lereng 2-15%. Batuannya merupakan Batu pasir Tufaan yang bersifat tidak padu. Zona II merupakan daerah dengan kerentanan bahaya goncangan tanah tinggi-sedang. Zona ini berada pada lajur bentang alam dengan struktur gunung api dan lereng 0,2% dan 2-15%. Batuannya merupakan Batu pasir Tufaan, Lahar, yang bersifat tidak padu. Sedangkan untuk Zona III merupakan daerah dengan kerentanan bahaya goncangan sedang-rendah. Zona ini berada pada lajur bentang alam dengan struktur gunung api, karst dan struktur sesar. Batuannya merupakan Batu Pualam, Batu pasir Tufaan, Batu Gamping, Kuarsa dan Lahar. Lebih lanjut peta zonasi resiko bencana gempa bumi dapat dilihat pada Gambar 13 dan Tabel 8.

Sumber: Bappeda Kota Padang Panjang, (2006)

Tabel 8. Matriks Resiko Bencana Goncangan Gempa Bumi di Kota Padang Panjang

Zona Deskripsi Zona

Lajur Bentang Alam

Batuan dan Sifat Fisik

Kegempaan Tata Guna Lahan Resiko Bencana Rekomendasi

I Bahaya goncangan tanah sangat tinggi Struktur gunung api, lereng 2%- 15% Batupasir Tufaan; bersifat tidak padu Intensitas maksimum VII MMI, Perioda dominan tanah > 0.4 detik 90% Pemukiman

penduduk, 10% sawah dan kebun (Kel. Silaing Bawah, Silaing Atas, Pasar Usang, Pasar Baru, Balai- balai dan Tanah

Paklambiak

Goncangan tanah kuat, retakan, pelulukan dan sesar gempa/kerusakan rumah penduduk dan infrastruktur

Bangunan tahan gempa maksimum dua lantai, lahan terbuka untuk penyelamatan dan sosialisasi IA Bahaya goncangan tanah tinggi Struktur gunung api, lereng 2%- 15% Batupasir Tufaan, Breksi, Bongkah Lava; bersifat tidak padu Intensitas maksimum VI MMI, Perioda dominan tanah > 0.4 detik 30% Pemukiman, 20% kebun, 50% sawah (Kel. Ganting, Sigando dan Ekor Lubuk

Goncangan tanah kuat, retakan, pelulukan dan sesar gempa/kerusakan rumah penduduk dan infrastruktur

Bangunan tahan gempa maksimum dua lantai, lahan terbuka untuk penyelamatan, sosialisasi dan komplek pemerintahan terpadu IB Bahaya goncangan tanah tinggi - sedang Bentukan asal gunung api, lereng 0-2% dan 2%-15%, setempat > 40% Lahar Campuran Breksi, Batupasir Tufaan, Bongkah Lava; tidak padu

Intensitas maksimum VI MMI, Perioda dominan tanah > 0.4 detik 90% Sawah, 10% pemukiman penduduk (Kel. Guguk Malintang, Ganting)

Goncangan tanah kuat, retakan tanah, kerusakan rumah penduduk

Bangunan tahan gempa maksimum dua lantai, lahan terbuka untuk penyelamatan, komplek pemerintahan terpadu, tidak membangun pada lereng > 40% II Bahaya goncangan tanah sedang Bentukan struktural gunung api, lereng 0-2% dan 2%-15%, setempat > 40% Batupasir Tufaan, Lahar, (Breksi, Batupasir Tufaan, Lava); tidak padu

Intensitas maksimum V MMI, Perioda dominan tanah 0.2-0.4 detik

90% Sawah dan hutan, 10% pemukiman penduduk (Kel. Bukit Surungan, Silaing Bawah, Tanah Palambiak, Ganting, Sigando dan Ekor Lubuk)

Goncangan tanah kuat, retakan tanah, kerusakan rumah penduduk

Bangunan tahan gempa maksimum tiga lantai, lahan terbuka untuk penyelamatan, komplek pemerintahan terpadu, tidak membangun pada lereng > 40% III Bahaya goncangan tanah rendah Karst, struktural gunung api dan struktur sesar Pualam, Kuarsa, Batu Sabak, Batugamping, Batupasir Tufaan dan Lahar Intensitas maksimum IV MMI, Perioda dominan tanah < 0.2 detik 50% Hutan, 40% sawah, 10% pemukiman Goncangan tanah kuat, retakan tanah, longsor

Bangunan tahan gempa > tiga lantai, lahan terbuka untuk penyelamatan, komplek perkantoran terpadu, tidak

Dokumen terkait