• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebaran penduduk di Pulau Lombok cukup timpang, yaitu sebagian besar terkonsentrasi di Kota Mataram, dan kemudian menyebar di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Namun dari aspek pertumbuhan penduduk, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur memiliki pertumbuhan yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Pulau Lombok disajikan pada tabel di bawah ini.

95

Tabel 10. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk pada Kabupaten Sample di Pulau Lombok Tahun 1971-2007 Kabupaten Jumlah Penduduk (000) Tahun Pertumbuhan Penduduk (%) Tahun 1971 1980 1990 2000 2007 71-80 80-90 90-00 00-07 Lombok Barat 510 655 584 666 796 2,80 2,75 1,37 2,58 Lombok Tengah 476 577 679 746 831 2,11 1,64 0,98 1,55 Lombok Timur 596 725 865 973 1.056 2,19 1,78 1,22 1,18 Total 1582 1957 2128 2385 2.683 7,1 6,17 3,57 5,31 Sumber. Profil Sosial Ekonomi Provinsi NTB tahun 2007.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan pertumbuhan penduduk di Pulau Lombok pada periode tahun 1971-2000. Namun terjadi kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan pada setiap kebupaten periode tahun 2000-2007. Keadaan ini terjadi hampir merata pada seluruh kabupaten.

Pertumbuhan penduduk tertinggi pada periode tahun 2000-2007 terdapat di Kabupaten Lombok Barat (2,58%), kemudian Kabupaten Lombok Tengah (1,55%) dan Kabupaten Lombok Timur (1,18%). Keadaan ini memberikan indikasi bahwa angka kelahiran dan migrasi masuk relatif lebih tinggi pada Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah daripada Kabupaten Lombok Timur. Makna lainnya bahwa Kabupaten Lombok Timur lebih berhasil mengendalikan jumlah penduduknya melalui program keluarga berencana daripada Kabupaten lainnya di Pulau Lombok.

Bila dihubungkan antara luas wilayah dan jumlah penduduk, maka diperoleh kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Pulau Lombok masuk dalam katagori kepadatan sedang yaitu 663 jiwa/km2. Kota Mataram merupakan wilayah terpadat yaitu 7.601 jiwa jiwa/km2 dan kemudian disusul oleh Kabupaten Lombok Tengah yaitu 894 jiwa/km2, Kabupaten Lombok Timur yaitu 553,57 jiwa/km2 dan kabupaten dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Kabupaten Lombok Barat dengan kepadatan penduduk sebesar 44 jiwa/km

Berdasarkan lapangan usaha yang dimasuki oleh angkatan kerja, maka ditemukan gambaran bahwa sebagian besar angkatan kerja berkerja pada lapangan usaha pertanian untuk ketiga kabupaten di Pulau Lombok kecuali Kota Mataram. Lapangan usaha selain pertanian yang menyerap tenaga kerja relatif banyak di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur adalah industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Sebaliknya untuk Kota Mataram

sebagian besar angkatan kerja terserap pada lapangan usaha jasa, industri pengolahan dan perdagangan.

Dalam bidang pertanian seperti kehutanan ternyata cukup menyerap tenaga kerja. Rumahtangga yang bekerja pada sub sektor kehutanan cukup banyak dan sebagai usaha pokoknya adalah usaha pertanian. Tabel di bawah ini menyajikan jumlah rumahtangga yang memiliki usaha pada sub sektor kehutanan.

Tabel 11. Jumlah Rumahtangga dan Anggota Rumahtangga yang Bekerja pada Sub Sektor Kehutanan di Pulau Lombok.

No Kabupaten Rumahtangga (RT)

Anggota Rumahtangga yang Bekerja di Sub Sektor

Kehutanan Jumlah

(Unit)

Persen (%) Jumlah (org) Persen (%)

1 Lombok Barat 1.636 30,00 2.352 30,29

2 Lombok Tengah 3.328 61,02 4.924 63,40

3 Lombok Timur 490 8,98 490 6,31

Total 5.454 100,00 7.766 100,00

Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2004. Hasil Survei Rumahtangga Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dari tabel di atas nampak bahwa rumahtangga dan anggota keluarga yang bekerja di subsektor kehutanan terbesar berada di Kabupaten Lombok Tengah. Kemudian diikuti oleh rumahtangga di Kabupaten Lombok Barat dan terendah adalah rumahtangga di Kabupaten Lombok Timur. Hal ini memberikan makna rumahtangga pedesaan di Pulau Lombok terutama yang berdomisili di sekitar kawasan hutan masih sangat tergantung kehidupannya dari kawasan hutan.

Dari sejumlah 5.454 rumahtangga yang bekerja di sub sektor kehutanan sebanyak 61,02% berada di Kabupaten Lombok Tengah, 30% di Kabupaten Lombok Barat dan hanya 8,96% di Kabupaten Lombok Timur. Keadaan ini hampir sama dengan anggota rumahtangga yang bekerja di sub sektor kehutanan. Dari sejumlah 7.766 orang anggota keluarga yang bekerja di sub sektor kehutanan 63,40% berada di Kabupaten Lombok Barat, 30,29% di Kabupaten Lombok Tengah dan hanya 6,31% di Kabupaten Lombok Timur.

Jenis aktivitas yang diusahakan atau dimasuki oleh anggota rumahtangga > 10 tahun, baik di dalam kawasan hutan dan disekitarnya di Pulau Lombok berupa pemungutan hasil hutan, penangkar satwa liar, jasa penebangan kayu, usaha pembibitan (hanya di Kabupaten Dompu), budidaya tanaman kehutanan dan jasa kehutanan lainnya (sebagai buruh). Jenis usaha yang dimasuki oleh setiap

97

rumahtangga dan tenaga kerja lainnya adalah cukup bervariasi antar wilayah. Hal ini disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Jumlah Anggota Rumahtangga > 10 tahun dan Bekerja pada Lapangan Usaha di Sub Sektor Kehutanan di Pulau Lombok

Kabupaten Lapangan Usaha Jumlah Pemungut Hasil Hutan Penangkar Satwa Liar Jasa Tebang Kayu Usaha Pembi bitan Budidaya Tanaman Hutan Jasa Kehuta- nan Lainnya 1. Lombok Barat 1.832 0 162 0 179 179 2.352 2. Lombok Tengah 4.392 300 0 0 232 0 4.924 3. Lombok Timur 294 98 98 0 0 0 490 Total 6.518 398 260 0 411 179 7.766

Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2004. Hasil Survei Rumah- tangga Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa dari 7.768 orang tenaga kerja yang bekerja pada lapangan sub sektor kehutanan sebagian besar sebagai pemungut hasi hutan (6.518 orang), kemudian anggota rumahtangga juga bekerja sebagai pembudidaya tanaman hutan (411 orang), penangkar satwa liar (398 orang), jasa penebangan kayu (260 orang) dan sebagian kecil saja bekerja pada jasa kehutanan lainnya termasuk tenaga kerja serabutan (176 orang).

Dari gambaran data tersebut dan bila dikaitkan dengan usaha konservasi kawasan ternyata di Pulau Lombok belum ada usaha pembibitan yang dapat menyediakan kebutuhan tanaman konservasi dan aktivitas masyarakat yang berdomisili di dalam dan sekitar kawasan hutan lebih bersifat ekstraktif (pemungutan hasil), meskipun ada juga masyarakat yang membudidayakan tanaman hutan namun jumlahnya relatif sedikit karena jumlah tenaga kerja yang bekerja pada kegiatan tersebut sedikit pula. Adanya tenaga kerja bekerja pada jasa penebangan kayu merupakan indikasi masih adanya aktivitas penebangan kayu dalam dan disekitar kawasan hutan. Hal ini tentunya berimplikasi pada ancaman terhadap kelestarian hutan.