• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Sumatera yang terletak pada kordinat 95,0o BT – 109.2o BT dan 6,0o LU – 6.2o LS Indonesia seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Secara administrasi Pulau Sumatera dibagi menjadi 10 provinsi dan 141 kabupaten/Kota dengan luas total Pulau Sumatera sebesar 47,322,331.3 ha. Pemilihan lokasi penelitian di Pulau Sumatera didasari oleh fakta bahwa Pulau Sumatera adalah pulau ke 3 terbesar di Indonesia dengan laju deforestasi yang cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2014 – Juni 2015. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Geographic Information System –

Remote Sensing, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Iklim

Kepulauan Sumatera tergolong daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Berdasarkan iklim ini, KepulauanSumatera memiliki hutan gambut yang umumnya berada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Selain itu juga memiliki Hutan hujan tropis yang umumnya menempati daerah tipe iklim A dan B pula. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera. Hutan Mangrove berada di pantai timur Sumatera. Dari pola hujan Sumatera Utara termasuk tipe hujan equatorial artinya puncak hujan terjadi dua kali setahun pada saat posisi matahari berada di atas equator. Atau tepatnya puncak curah hujan terjadi satu bulan setelah matahari tepat di atas khatulistiwa: yaitu bulan April/Mei atau Oktober/November.

Oldeman menyebutkan, Sumatera Utara bagian timur (pantai timur dan lereng timur) semakin menuju pantai atau hilir, curah hujan semakin rendah atau tipe E2, sebaliknya semakin menuju ke lereng pegunungan atau hulu curah hujan semakin tinggi (tipe C1, B1 atau A). Bahkan di Langkat dan Simalungun daerah hulu merupakan tipe A, artinya bulan basah lebih dari 9 bulan atau hampir sepanjang tahun terjadi hujan. Sebaliknya di bagian barat (pantai barat-lereng barat) curah hujan semakin besar menuju pantai (hilir) dan semakin kecil menuju lereng pegunungan atau hulu. Demikian juga di pantai barat tipe iklimnya A artinya hampir sepanjang tahun hujan terjadi.

Curah hujan untuk bagian timur Sumatera Utara di hulu lebih besar dari di hilir, sementara di bagian barat hilir lebih besar dari di hulu. Daerah Aliran Sungai (DAS) dipantai timur umumnya panjang dan luas sehingga potensi air hujan yang ditangkap cukup besar dan perlu pengelolaan yang serius supaya supaya tidak banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. DAS di bagian barat rata-rata kecil dan tidak panjang, kecuali DAS Batang Natal. Perkembangan perkotaan mengakibatkan curah hujan di lereng yang menghadap pantai dan perkotaan pun akan bertambah besar, sebab angin ke arah lereng akan didorong angin laut yang kuat, hal ini mengakibatkan hujan orografis akan semakin mudah terbentuk, maka intensitas hujan pun akan semakin tinggi. Hujan orografis dapat terjadi dengan mudah di Sumatera dikarenakan oleh adanya deretan Pegunungan Bukit Barisan, dimana masa udara dipaksa naik oleh adanya pegunungan tersebut, sehingga terjadilah hujan orografis tersebut.

Kondisi Biofisik

Kondisi atau jenis tanah yang terdapat di Kepulauan Sumatera antara lain

alluvial Hidromorfik Kuning, Organosol, Podsolik Merah Kuning, Podsolik Coklat,

Latosol, Litosol, Andosol, dan ada beberapa jenis tanah lainnya yang juga tersebar di seluruh wilayah. Kepulauan Sumatera berada pada iklim tropis basah, dengan kondisi tersebut menyebabkan curah hujan yang banyak. Sehingga hidrologi di sana atau keadaan akuifer di Kepulauan Sumatera mudah ditemukan hampir disemua wilayah Kepulauan Sumatera.

Berdasarkan data digital elevation model (DEM) yang bersumber dari Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM), informasi distribusi kelas kelerengan lahan

disajikan dalam Tabel 1, sedangkan distribusi kelas ketinggian tiap provinsi yang ada di Kepulauan Sumatera disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 1 Kelas kelerengan (slope) pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi Kelas Slope Total

0 - 8 % 8 - 15 % 15 - 25 % 25 - 40 % > 40 %

1 Bengkulu 606,218.7 469,575.0 420,568.7 370,481.2 113,225.0 1,980,068.7 2 Jambi 3,324,050.0 482,012.5 483,062.5 490,481.2 126,731.2 4,906,337.5 3 Kepulauan Bangka Belitung 1,575,793.7 53,831.2 24,743.7 20,800.0 2,900.0 1,678,068.7 4 Kepulauan Riau 552,281.2 96,250.0 65,850.0 55,937.5 13,825.0 784,143.7 5 Lampung 2,383,762.5 381,137.5 323,737.5 239,887.5 56,156.2 3,384,681.2 6 Nanggroe Aceh Darussalam 1,605,500.0 556,337.5 749,656.2 1,749,831.2 990,856.2 5,652,181.2 7 Riau 8,019,362.5 493,000.0 206,537.5 181,025.0 42,931.2 8,942,856.2 8 Sumatera Barat 1,033,050.0 493,793.7 1,071,812.5 1,199,406.2 397,293.7 4,195,356.2 9 Sumatera Selatan 7,179,293.7 614,562.5 394,918.7 413,081.2 119,468.7 8,721,325.0 10 Sumatera Utara 3,141,231.2 1,507,131.2 935,450.0 1,021,375.0 472,125.0 7,077,312.5 Total 29,420,543.7 5,147,631.2 4,676,337.5 5,742,306.2 2,335,512.5 47,322,331.2

Sumber :data olahan DEM Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM)

Tabel 2 Kelas ketinggian pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi Kelas Ketinggian (mdpl) Total

0 - 200 200 - 700 700 - 1200 1200 - 2000 > 2000 1 Bengkulu 854,425.0 622,912.5 330,368.7 158,350.0 14,012.5 1,980,068.7 2 Jambi 3,711,437.5 533,131.2 328,087.5 312,562.5 21,118.8 4,906,337.5 3 Kepulauan Bangka Belitung 1,668,618.8 9,450.0 0 0 0 1,678,068.7 4 Kepulauan Riau 750,831.3 31,675.0 1,637.5 0 0 784,143.7 5 Lampung 2,576,743.3 486,100.0 282,075.0 39,662.5 100.0 3,384,681.2 6 Nanggroe Aceh Darussalam 2,385,662.5 1,118,968.7 906,750.0 978,200.0 262,600.0 5,652,181.2 7 Riau 8,564,362.5 360,943.7 17,493.7 56.2 0 8,942,856.2 8 Sumatera Barat 1,579,906.3 1,477,056.2 746,675.0 359,718.7 32,000.0 4,195,356.2 9 Sumatera Selatan 7,362,968.8 716,400.0 392,400.0 222,600.0 26,956.2 8,721,325.0 10 Sumatera Utara 3,641,768.8 1,428,081.2 1,173,956.2 822,306.2 11,200.0 7,077,312.5 Total 33,096,725.0 6,784,718.7 4,179,443.7 2,893,456.2 367,987.5 47,322,331.2

Sumber :data olahan DEM Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM)

Pulau Sumatera didominasi oleh kelas lereng (62.17%) dan kelas lereng agak curam, curam dan sangat curam mencapai (26.95%). Sebagian besar Pulau Sumatera berada di bawah ketinggian 700 mdpl (84.28%) dan sisanya berada pada

ketinggian diatas 700 mdpl. Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

Kondisi Sosial Ekonomi

Secara administratif Kepulauan Sumatera terbagi dalam 10 Provinsi yakni Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Riau Kepulauan, Bangka Belitung, Sumatera Selatan dan Lampung serta 141 kabupaten/kota pada tahun 2012. Data penyebaran kepadatan penduduk pada tiap provinsi disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Rekapitulasi data kepadatan penduduk tahun 2000 – 2011 pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2000 2006 2012

1 Bengkulu 542.0 624.5 763.4

2 Jambi 241.8 268.1 342.2

3 Kepulauan Bangka Belitung 499.0 623.9 855.7

4 Kepulauan Riau 128.0 213.3 213.3

5 Lampung 590.1 638.9 818.2

6 Nanggroe Aceh Darussalam 93.8 238.3 246.3

7 Riau 157.5 154.5 201.2

8 Sumatera Barat 629.5 809.0 874.9

9 Sumatera Selatan 547.9 750.5 859.3

10 Sumatera Utara 1,425.0 1,642.0 1,728.2

Total 4,854.5 5,962.9 6,902.6

Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2000, 2006, 2012

Sebaran kepadatan penduduk per provinsi di Pulau Sumatera tidak tersebar secara merata. Provinsi yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2012 adalah Provinsi Sumatera Utara yang mencapai 1,728.2 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Provinsi Riau dengan kepadatan penduduknya sekitar 213.3 jiwa/km2 (Tabel 3). Kepadatan penduduk yang rendah memungkinkan adanya eskpansi penggunaan lahan karena banyak lahan yang secara fisik belum dikelola. Ekspansi penggunaan lahan dalam skala yang luas banyak terjadi pada pembukaan hutan untuk areal perkebunan kelapa sawit. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Kepulauan Sumatera terjadi merata di semua provinsi. Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Jambi merupakan provinsi-provinsi yang yang mempunyai luas perkebunan kelapa sawit relatif lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya.

Tabel 4 Rekapitulasi data jumlah keluarga pertanian tahun 2003 - 2011 pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi

Jumlah Keluarga Pertanian (Keluarga)

2003 2006 2011

1 Bengkulu 372,400.0 276,187.7 415,696.0

2 Jambi 327,000.0 456,407.6 415,192.0

3 Kepulauan Bangka Belitung 106,200.0 98,974.7 114,712.0 4 Kepulauan Riau 38,200.0 54,192.0 77,663.0 5 Lampung 1,638,100.0 1,263,456.3 1,642,604.0 6 Nanggroe Aceh Darussalam 635,468.4 664,744.3 722,380.4

7 Riau 592,745.3 596,904.5 709,433.3

8 Sumatera Barat 678,459.2 682,218.6 677,915.2 9 Sumatera Selatan 1,600,600.0 1,044,243.0 1,712,576.0 10 Sumatera Utara 1,416,852.2 1,431,496.1 1,503,996.2 Total 7,406,025.0 6,568,825.2 7,992,168.1 Sumber : Data Potensi Desa, Badan Pusat Statistik Tahun 2003, 2006, 2011

Pada tahun 2011 provinsi dengan jumlah keluarga pertanian yang besar adalah Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Utara. Ketiga Provinsi tersebut mempunyai jumlah keluarga pertanian yang mencapai lebih dari 1.5 juta KK (Tabel 4). Provinsi dengan jumlah keluarga pertanian paling sedikit adalah Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel 5 Rekapitulasi data jumlah penduduk miskin tahun 2002 - 2012 pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi

Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

2002 2006 2012

1 Bengkulu 372,400 359,900 310,700

2 Jambi 327,000 304,500 270,200

3 Kepulauan Bangka Belitung 106,200 117,400 70,200

4 Kepulauan Riau 38,200 92,900 83,800

5 Lampung 1,638,100 1,622,400 1,169,000

6 Nanggroe Aceh Darussalam 1,177,300 1,135,200 856,400

7 Riau 635,000 564,900 481,300

8 Sumatera Barat 496,300 578,600 398,100

9 Sumatera Selatan 1,600,600 1,447,000 1,041,700 10 Sumatera Utara 1.853,600 1,871,600 1,351,100

Total 8,244,700 8,094,400 6,032,500

Sumber : Data dan Informasi Kemiskinan, Buku 2, Badan Pusat Statistik tahun 2003, 2006, 2012 Jumlah penduduk miskin selama periode 2002-2012 telah mengalami penurunan sekitar 2.1 juta jiwa. Provinsi dengan jumlah penduduk miskin tertinggi pada tahun 2012 adalah Provinsi Sumatera Utara yang mencapai 1.3 juta Jiwa,

kemudian Provinsi Lampung (1.16 juta jiwa) dan Provinsi Sumatera Selatan (1.04 juta jiwa). Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau adalah provinsi dengan jumlah penduduk miskin terkecil yaitu secara berturut-turut 70.2 ribu jiwa dan 83.8 ribu jiwa (Tabel 5).

Tabel 6 Rekapitulasi data PDRB tahun 2003 - 2011 pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera No Provinsi PDRB (Milyar) 2003 2006 2011 1 Bengkulu 4,080.8 11,122.0 22,263.0 2 Jambi 9,285.2 25,882.0 69,058.0

3 Kepulauan Bangka Belitung 5,347.2 15,619.0 34,087.0

4 Kepulauan Riau 10,299.2 37,592.0 67,932.0

5 Lampung 22,207.7 47,491.0 106,581.0

6 Nanggroe Aceh Darussalam 28,137.1 54,472.0 79,889.0

7 Riau 44,239.8 166,088.0 338,912.0

8 Sumatera Barat 22,371.8 51,386.0 108,933.0

9 Sumatera Selatan 35,275.8 95,003.0 204,638.0

10 Sumatera Utara 61,194.2 147,399.0 339,214.0

Total 242.438.9 652.054.0 1.371.507.0

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia, Badan Pusat Statistik tahun 2003, 2006, 2012

Jumlah PDRB total seluruh provinsi selama periode 2003-2011 telah mengalami kenaikan sekitar 1,058.1 milyar. Provinsi dengan jumlah penduduk miskin tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Sumatera Utara yang mencapai 339.2 milyar, sedangkan PDRB terendah adalah Provinsi Bengkulu dengan nilai PDRB 22.3 milyar (Tabel 6).

Fungsi Kawasan

Kawasan hutan di Kepulauan Sumatera terdiri dari Hutan Konservasi (HK) seluas 4.9 juta ha, Hutan Lindung (HL) seluas 5.5 juta ha dan Hutan Produksi (HP) seluas 12.2 juta ha (Tabel 7). Total luas kawasan hutan di Kepulauan Sumatera sebesar 22.7 juta ha atau sebesar 48.1% dari luas daratan Kepulauan Sumatera. Kawasan hutan berdasarkan fungsinya ini tersebar di seluruh provinsi yang ada di Kepulauan Sumatera.

Provinsi Riau merupakan provinsi dengan luas kawasan hutan produksi terluas yakni mencapai 4.6 juta hektar, sedangkan Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan luas hutan produksi terkecil dengan luas 0.2 juta hektar. Kawasan hutan lindung dan hutan konservasi terluas terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan luas hutan lindung dan hutan konservasi terkecil. Penyebaran fungsi kawasan hutan berikut luasnya untuk masing-masing provinsi di Kepulauan Sumatera disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Data kawasan hutan pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi Fungsi Kawasan Total

APL HL HP HK Tubuh Air

1 Bengkulu 1,069,956.3 251,887.5 208,475.0 445,731.3 4,018.8 1,980,068.8 2 Jambi 2,775,718.8 181,356.3 1,244,418.8 704,837.5 6.3 4,906,337.5 3 Kepulauan Bangka Belitung 1,013,962.5 183,650.0 439,787.5 34,881.2 5,787.5 1,678,068.7 4 Kepulauan Riau 224,862.5 104,681.3 435,256.3 16,700.0 2,643.8 784,143.7 5 Lampung 2,446,731.3 317,037.5 208,300.0 398,625.0 13,987.5 3,384,681.3 6 Nanggroe Aceh Darussalam 2,296,443.8 1,742,800.0 754,843.8 845,006.2 13,087.5 5,652,181.3 7 Riau 3,403,700.0 227,762.5 4,618,218.8 625,812.5 67,362.5 8,942,856.3 8 Sumatera Barat 1,835,468.8 792,493.8 777,037.5 769,387.5 20,968.8 4,195,356.2 9 Sumatera Selatan 5,312,550.0 563,318.8 2,113,387.5 728,812.5 3,256.3 8,721,325.0 10 Sumatera Utara 4,044,868.8 1,189,931.3 1,413,737.5 423,793.7 4,981.3 7,077,312.5 Total 24,385,487.5 5,554,918.7 12,213,462.5 4,993,587.5 136,100.0 47,322,331.3

Sumber : Kementerian Kehutanan, 2012

Keterangan : APL=Areal Penggunaan Lain, HL=Hutan Lindung, HP=Hutan Produksi, HK=Hutan Konservasi

Selain pengusahaan hutan alam, di Pulau Sumatera juga terdapat Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI). Provinsi dengan luas HTI terbesar adalah Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan dimana secara berturut-turut mencapai 1,735,912.5 ha dan 1,550,325.0 ha, selanjutnya adalah Provinsi Jambi dengan luasan HTI mencapai 707,075.0 ha. Luas HTI pada masing-masing provinsi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Data penyebaran HTI pada tiap provinsi di Kepulauan Sumatera

No Provinsi Luas HTI (ha) Prosentase (%)

1 Bengkulu - 0.00

2 Jambi 707,075.0 0.14

3 Kepulauan Bangka Belitung 83,262.5 0.02 4 Kepulauan Riau - 0.00

5 Lampung 144,981.3 0.03

6 Nanggroe Aceh Darussalam 242,131.3 0.05

7 Riau 1,735,912.5 0.35

8 Sumatera Barat 84,287.5 0.02

9 Sumatera Selatan 1,550,325.0 0.32

10 Sumatera Utara 360,225.0 0.07

Total 4,908,200.0

DETEKSI DEFORESTASI MENGGUNAKAN CITRA

Dokumen terkait