• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sosial Masyarakat di Wilayah Studi

Dalam dokumen KAJIAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT DI K (Halaman 68-74)

BAB IV HASIL SURVEY DATA LAPANGAN

4.1. Survei Lapangan Kepada Masyarakat di Kawasan

4.1.2. Kondisi Sosial Masyarakat di Wilayah Studi

Faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menyoroti masalah sosial adalah dalam hal banyaknya tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan anggota keluarga dan kepala keluarga. Banyaknya tanggungan akan berhubungan dengan tingkat stressing, reaksi sosial dan motivasi kepala keluarga untuk berusaha dalam rangka bertahan hidup. Sedangkan tingkat pendidikan berkenaan dengan bekal kepala keluarga dalam berusaha dan mendukung pekerjaan, serta berkenaan dengan kemampuan adaptasi terhadap perubahan-perubahan sosial di masa depan.

Tabel 4.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

No Tanggungan Keluarga Jumlah Presentase (%)

1 3 < 108 36,0

2 3 – 5 161 53,7

3 6 – 8 31 10,3

Total 300 100

Berdasarkan Tabel 4.2. di atas maka dapat diketahui bahwa variasi tanggungan keluarga pada masyarakat di wilayah studi menunjukkan bahwa tanggungan keluarga yang jumlahnya kurang dari 3 orang jumlahnya mencapai 36%, sedangkan yang tanggungan keluarganya antara 3-5 orang jumlahnya mencapai 53,7%, sementara yang jumlahnya 6 – 8 orang mencapai 10,3%. Kondisi tersebut di atas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata kepala rumah tangga masyarakat pada wilayah studi memiliki tanggungan keluarga yang cukup besar.

Oleh karena itu, beban hidup dan tanggung jawab kepala keluarga secara ekonomi bagi masyarakat di sekitar kawasan industri/kawasan peruntukan industri juga relatif berat, sehingga memerlukan perhatian berupa kebijakan yang dapat membantu meningkatkan pendapatan rumah tangganya agar kehidupannya dapat lebih sejahtera.

Beban tanggungan keluarga terkait dengan jumlah anak dalam rumah tangga. Secara umum, distribusi jumlah anak dalam rumah tangga masyarakat di wilayah studi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3.

Distribusi Jumlah Anak dalam Keluarga Pada Keseluruhan Responden di Wilayah Studi

No. Distribusi anak

dalam keluarga Jumlah

Persentase (%)

1 Tidak ada/tanpa anak 41 13,7

2 1 anak 80 26,7

3 2 anak 88 29,3

4 3 anak 42 14,0

5 4 anak 27 9,0

6 5 anak 9 3,0

7 Lebih dari 5 anak 13 4,3

Total 300 100

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa secara umum jumlah anak dalam setiap keluarga bagi mayoritas responden di wilayah studi adalah sebanyak 1 sampai 2 anak atau 26,7% dan 29,3%. Namun demikian, terdapat pula responden yang memiliki anak sebanyak 3 orang (14,0%), 4 orang (9,0%), dan lebih dari 4 orang (7,3%). Banyaknya anak dalam rumah tangga akan menjadikan beban tanggungan kepala keluarga bertambah besar. Tentu hal ini perlu mendapatkan perhatian, terutama dari sisi pendidikan untuk peningkatan kualitas generasi muda mereka.

Terkait dengan hal tersebut, maka selanjutnya ditelusuri dengan melihat tingkat lulusan anak-anak di dalam rumah tangga, sebagai berikut;

Tabel 4.4.

Distribusi pendidikan anak 12 tahun ke Atas Pada Wilayah Studi

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tanpa Anak / Blm 12 Thn 107 35,7

2 Tidak tamat SD 8 2,7

3 Tamat SD dan Sederajat 30 10,0

4 Tamat SLTP dan sederajat 51 17,0

5 Tamat SLTA dan Sederajat 77 25,7

6 Tamat Diploma 3 1,0

7 Tamat Sarjana (S1) 24 8,0

Total 300 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 4.4. di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan generasi muda dari responden di wilayah studi memperlihatkan gambaran yang beragam. Pada kondisi anak usia 12 tahun ke atas, semestinya tingkat pendidikan yang sudah ditempuh minimal sudah tamat sekolah dasar / sederajat.

Kondisi obyektif tersebut ditunjukkan oleh tingkat pendidikan bagi anak usia 12 tahun ke atas yang telah mengenyam pendidikan pada tingkat pendidikan sekolah dasar dengan jumlah 10,0%, tamat SLTP jumlahnya mencapai 17,0%, sedangkan yang berpendidikan SLTA jumlahnya mencapai 25,7%, dan untuk tingkat pendidikan Diploma hanya 1,0% dan sarjana strata satu (S1) jumlahnya mencapai 8,0%. Untuk anak usia 12 tahun ke atas yang tidak menamatkan SD jumlahnya hanya 2,7%. Semakin tinggi pendidikan anak dalam keluarga, memperlihatkan makin baiknya pemahaman kepala rumah tangga dalam mempersiapkan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang yang makin kompetitif.

Tinggi rendahnya pendidikan anak dalam keluarga sebagaimana tersebut di atas, akan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kepala rumah tangga dan besarnya tingkat penghasilan tetap yang diperoleh oleh kepala keluarga setiap bulannya. Bagaimanapun, tinggi rendahnya pendidikan akan terkait dengan besar-kecilnya pendapatan yang dimiliki oleh keluarga.

Terkait dengan hal tersebut di atas, berikut ini disajikan tingkat pendidikan kepala keluarga yang terpilih menjadi responden pada wilayah studi, sebagaimana Tabel berikut ini:

Tabel: 4.5.

Distribusi Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 10 3,3 1 Sekolah Dasar 83 27,7 2 SLTP 57 19,0 3 SLTA 126 42,0 4 Akademi/Diploma 22 7,3 5 Sarjana 2 0,7 Total 300 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa kompetensi masyarakat di wilayah studi yaitu di sekitar kawasan industri atau kawasan peruntukan industri, masih terdapat kepala keluarga yang hanya mempunyai pendidikan tertinggi tidak tamat SD (3,35%), tamatan SD (27,7%) dan tamatan SLTP (19%). Kondisi tersebut secara umum merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah studi.

Oleh karena itu, masyarakat wilayah studi perlu senantiasa didorong untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, agar mereka memiliki kemampuan untuk bersaing dalam proses kehidupan yang semakin kompetitif di masa datang.

Aspek kondisi sosial masyarakat lainnya yang perlu pula dicermati di wilayah studi, antara lain; adalah mengenai status tempat tinggal atau rumah, sumber kebutuhan air bersih, kelengkapan sarana MCK dan sarana penerangan rumah yang digunakan dalam rumah tangganya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6.

Status Tempat Tinggal, Sumber Kebutuhan Air Bersih, Kelengkapan Sarana MCK Dan Sarana Penerangan

No Keterangan Persentse (%)

1. Status Tempat Tinggal: a. Milik Sendiri b. Sewa c. Numpang 86,7 7,0 6,3 2. Sumber Air Bersih:

a. Sumur Timba/ pompa jet b. Sungai c. PDAM 48,0 5,0 46,7 3. Sanitasi; a. MCK sendiri b. MCK Umum c. MCK di sungai 90,0 8,7 1,3 4. Penerangan Rumah; a. Listrik dari PLN 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa status tempat tingal responden dalam penelitian ini pada umumnya berstatus rumah sendiri yaitu dengan jumlah 86,7%, sedangkan yang sewa rumah sebanyak 7,0% dan yang menumpang dengan orang tua/mertua hanya 6,3%. Selanjutnya, berdasarkan sumber air bersih pada umumnya sudah menggunakan sumur/pompa jet sebanyak 48,0%, menggunakan air dari PDAM yaitu dengan jumlah 46,7%, sedangkan sumber air lainnya adalah sungai sebanyak 5,0%. Adapun kondisi sanitasi untuk MCK pada umumnya sudah memanfaatkan MCK sendiri sebesar 90,0%, akan tetapi masih ada yang menggunakan MCK umum sebesar 8,7%, dan MCK di sungai sebanyak 1,3%.

Untuk penerangan rumah tangga, masyarakat di wilayah studi sudah 100% menggunakan penerangan PLN. Memperhatikan kondisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih dan penerangan listrik pada umumnya sudah dapat terpenuhi bagi masyarakat di wilayah studi.

Dalam dokumen KAJIAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT DI K (Halaman 68-74)

Dokumen terkait