• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II.GAMBARAN UMUM

E. Pengetahuan Nelayan Terhadap Gejala Alam,

E.2. Konflik-konflik Nelayan

Kebebasan penerapan dan penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan di perairan laut memberi peluang besar bagi pihak-pihak nelayan moderen berperan lebih menonjol dalam operasi penangkapan di lokasi-lokasi zona penangkapan tradisional sementara nelayan tradisional kalah bersaing terhadap teknologi penangkapan mutakhir, kondisi lautnya pun semakin hari produktifitasnya menurun drastis. Persaingan bebas antara nelayan menimbulkan kecemburuan sosial yang menjurus ke konflik terbuka karena salah satu pihak merasa dirugikan terus menerus oleh pihak lain. Persaingan antar nelayan ini menimbulkan konflik yang semakin hari berlarut-larut yang mengakibatkan para nelayan mengambil sikap diam dalam menanggapi semua persaingan yang ada. Bukan hanya persaingan antara nelayan tradisional dan nelayan

moderen saja yang timbul namun sesama nelayan tradisional pun selalu merasa dirugikan satu dan yang lainnya.

E. 2. 1. Konflik Sesama Nelayan Tradisional

Pemanfaatan zona perairan perikanan pantai yang semakin padat oleh para nelayan tradisional antara lain pukat tepi, jaring udang, jaring salam, jaring kepiting dan nelayan yang menggunakan alat pancing sederhana mengakibatkan persaingan diantara mereka dalam penangkapan dan perebutan lokasi tangkap. Walaupun secara tidak langsung, tetapi mereka akan berusaha mempertahankan lokasi mereka bila mereka mendapatkan hasil yang banyak dari suatu lokasi tangkap. Mereka tidak akan memberitahukan kepada nelayan lain bila suatu waktu mereka menemukan lokasi tangkap yang kebetulan mempunyai banyak hasil tangkap. Walapun masing-masing nelayan memiliki lokasi-lokasi tertentu dalam pengoperasiannya, tidak jarang diantara mereka juga terjadi keributan kecil akibat terjadinya perebutan wilayah secara tidak sengaja ataupun disengaja. Hal tersebut dikibatkan ketidak adannya keterbatasan nelayan untuk menangkap ikan di perairan laut.

Contoh lainnya adalah saat komunitas nelayan jaring gembung di desa Pekan Tanjung Beringin atau komunitas nelayan jaring Kepiting di desa Pantai Cemin Kanan sangat terganggu bila pendirian bagan pancang semakin menjamur tanpa mengenal batas-batas perairan daerah pembangunannya, baik yang didirikan di pinggir maupun agak ke tengah perairan terlihat seperti perumahan kecil berderet di tengah laut. Rasa keberatan mereka berupa alasan bahwa bekas-bekas reruntuhan bagan pancang yang berada didalam perairan laut dapat mengganggu kelancaran kegiatan menangkap ikan

sebab jaring akan mudah tersangkut dan mengalami kerusakan parah Begitu juga yang dirasakan penjaring udang dan pukat tepi jika bagan-bagan tersebut sudah sangat banyak berdiri dan tegak ke tepi akan mengganggu jaring yang dibentangkan, maka tindakan yang mereka ambil adalah meruntuhkan bagan-bagan yang berdiri seenaknya saja tanpa sepengetahuan sipemilik bagan. Lalu oleh si pemilik bagan yang diruntuhkan tersebut dengan ikhlas hati harus rela memindahkan bagan miliknya.

Konflik yang sering juga terjadi pada nelayan jaring kepiting di desa Pantai Cermin Kanan, dimana para nelayan ini sering sekali kehilangan jaring mereka ketika sedang di tinggalkan oleh pemiliknya di tengah laut. Cara penggunaan jaring kepiting yang mengharuskan nelayan tersebut pergi untuk memasang jaringnya ketika pagi-pagi buta sekitar jam 05.00 Wib dan meninggalkan jaringnya di tempat dimana mereka biasa melakukan penangkapan, lalu akan kembali lagi ke lokasi untuk melihat hasil tangkapan sekitar jam 10.00 Wib. Namun tidak jarang mereka sering kehilangan jaring akibat adanya pencurian oleh nelayan lainnya. Bila hal tersebut terjadi biasanya mereka tidak dapat melakukan apapun. Alasannya, mereka tidak bisa menuduh siapapun dan bila mereka menuduh tanpa bukti maka si nelayan akan di cap pembuat onar. Nelayan yang kehilangan jaring hanya bisa diam dan segera mengganti jaring tersebut dengan yang baru.

Dikalangan interen nelayan, pembangunan unit yang saling berdekatan akan menimbulkan kecurigaan satu sama lainnya, terutama operasi mekanisme penangkapannya sama maka salah satu diantaranya harus pindah membangun bagan baru yang jaraknya relatif jauh. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya

kecurigaan antar nelayan bila suatu waktu salah satu dari jaring mereka terjadi kerusakan atau kehilangan. Hal tersebutlah yang biasa dilakukan untuk mencegah terjadinya keributan.

E. 2. 2. Konflik Antar Nelayan Tradisional Dan Nelayan Moderen

Persaingan yang sangat menonjol dalam pengelolaan sumberdaya laut terlihat antara nelayan tradisional dengan mereka yang menerapkan teknologi penangkapan moderen (nelayan moderen). Daya jelajah yang tinggi memungkinkan bagi nelayan moderen untuk leluasa beroperasi pada seluruh wilayah penangkapan baik lokasi penangkapan tradisional dan lokasi penangkapan bebas. Nelayan-nelayan bagan boat, pukat cincin, dan pukat trawl (pukat harimau) sering kali melakukan aktifitas penangkapan yang sebenarnya melanggar aturan yang berlaku. Menurut nelayan di dua wilayah ini, perilaku tersebut merupakan unsur kesengajaan meskipun telah beberapa kali mendapat keluhan dan protes dari nelayan-nelayan tradisional yang melihat langsung aktifitas mereka.

Nelayan sangat mengeluh akan beroperasinya kelompok-kelompok nelayan moderen karena dirasa dapat berpengaruh mengurangi produksi penangkapan, dimana ikan-ikan terhambat, terlebih dahulu dieksploitasi dan lebih banyak kepada nelayan moderen sehingga nelayan tradisional yang beroperasi agak kepinggir dengan mengaplikasikan teknologi apa adanya kalah bersaing dalam memperoleh sumberdaya ikan yang memadai.

Protes-protes keras berdatangan dari para nelayan tradisional. Mereka pernah melakukan protes kepada pihak-pihak yang berwenang seperti polisi laut, hingga ke

pemerintah setempat dan DPRD. Mereka meminta agar pengusaha yang mengoperasikan pukat harimau hendaknya di usut secara hukum, menghentikan operasionalnya pada wilayah tradisional karena melanggar hukum serta dapat merusak kelestarian laut yang akan berpengaruh terhadap mata pencaharian komunitas nelayan tradisional. Pertama mereka menyikapi protes tersebut dengan sikap positif dan terbuka. Namun karena banyaknya faktor-faktor kepentingan dari nelayan moderen, pihak-pihak yang memiliki otoritas selalu saja tidak mampu berlaku di lapangan. Permasalahan pelanggaran zona penangkapan selalu saja mewarnai pemanfaatan pengelolaan sumberdaya laut dan nelayan tradisional menduka hal tersebut merupakan bentuk kerja sama antara pihak nelayan moderen dengan pihak polisi laut dan pihak-pihak terkait lainnya sehingga pelanggaran-pelanggaran wilayah operasi tersebut hingga saat ini tetap ada.

Dokumen terkait