• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II.GAMBARAN UMUM

E. Pengetahuan Nelayan Terhadap Gejala Alam,

E.1. Pengetahuan Tentang Gejala Alam

Faktor penting yang selalu mempengaruhi operasi penangkapan ikan para nelayan walaupun pengaruhnya relatif berdampak langsung kepada nelayan adalah faktor kondisi cuaca. Hanya kondisi cuaca yang sangat dahsyat, buruk atau tidak mengenal kompromi yang sanggup total menonaktifkan aktiofitas para nelayan melaut. Sebagian nelayan dengan teknologi yang moderen telah mampu menjinakkan atau meminimalisasikan pengarug cuaca seperti badai, hujan, dan lain-lain, namun sebagian besar nelayan masih ada yang mempertahankan alat tangkap tradisional dan terbatas kemampuannya, tentunya sangat merasakan dampak cuaca tersebut. Di sisi lain ada juga nelayan yang menyelaraskan operasi penangkapan dengan pengaruh-pengaruh gejala alam baik nelayan moderen maupun tradisional.

Nelayan secara umum mengetahui beberapa jenis perubahan cuaca atau musim yang mengalami rotasi namun musim tidak lagi menjadi patokan baku komunitas nelayan, sebab adanya kecenderungan perubahan yang tidak stabil di saat-saat musim itu tiba dan kontribusi teknologi penangkapan moderen serta kondisi kebutuhan sosial ekonomi yang mendesak mendorong para nelayan semakin mengabaikan faktor cuaca atau musim.

Para nelayan mengenal beberapa musim yang populer yang di dasarkan pada arah angin yang berhembus adalah musim angin Barat (musim Barat), musim Angin Timur (Musim Timur), musim Angin Selatan (Musim Selatan), dan musim peralihan. Musim Barat terjadi bulan Desember, Januari, Februari, Maret (4 bulan) dimana frekuensi angin Barat Daya dan hujan sangat tinggi dalam satu atau dua minggu pasti kondisi hembusan cuaca memburuk melanda sehingga nelayan mengalami kendala besar dalam beroperasi menangkap ikan. Memasuki bulan April dan Mei terjadi musim Selatan atau musim Peralihan dari musim Barat menuju musim Timur, angin Barat masih berhembus tetapi kecepatannya dan kemampuannya berkurang. Dalam bulan ini arah angin sudah tidak menentu berhembus dari segala arah mata angin. Periode ini dikenal juga musim pancaroba awal tahun (paceklik) yang berimbas dari musim Barat. Kemudian memasuki bulan Juni, Juli, Agustus, September terjadilah apa yang disebut musim Timur, masa-masa panennya nelayan sebab peluang beroperasi cukup besar dengan dukungan keadaan cuaca, arah mata angin, dan gelombang laut sangat tenang. Setelah itu memasuki bulan Oktober dan November musim peralihan terjadi lagi dari musim Timur ke musim Barat arah mata angin kembali tidak menentu.

Menurut pengalaman para nelayan angin yang membuat suasana paling kondusif untuk beroperasi menangkap ikan adalah angin tenang, angin yang berhembus dari beberapa penjuru mata angin berfrekuensi sedang dan lambat (Barat Daya, Timur, Selatan, Utara) kondisi ini dapat terjadi pada segala jenis angon musim tetapi paling dominan terjadi pada bulan-bulan musim Timur yang memungkinkan para nelayan dapat menangkap berbagai jenis ikan perairan laut.

Musim penangkapan berhubungan dengan ukuran (besar/kecil) dan jenis tangkapan baik ikan-ikan dasar laut, ikan yang biasa di permukaan laut, maupun udang, cumi-cumi yang tertangkap, karena adaptasi alamiah dan siklus ekologi. Bagi nelayan Pekan Tanjung Beringin dan Pantai Cermin Kanan, mereka mengidentifikasikan hasil tangkap ikan tertentu berdasarkan lamanya musim suatu koloni ikan.

Khususnya saat musim Timur nelayan akan mendapatkan hasil tangkapan berupa jenis-jenis ikan pelagis antara lain ikan aso-aso/gembung, gembung kuring, dencis, selar, tongkol, dan lain-lain. Sedangkan saat musim Barat, maka yang timbul adalah jenis-jenis udang, kepiting/rajungan. Tetapi bila diamati secara umum nelayan di dua wilayah ini mendapatkan jenis ikan yang beraneka ragam, dikategorikan atas ikan yang hidup didasar perairan disebut kelompok ikan demersal, ikan yang hidup dipermukaan laut disebut kelompok ikan pelagis dan kelompok non ikan seperti udang-udang dan cumi-cumi, sotong dan lain-lain. Dari ukurannya ikan pelagis dapat dibedakan atas ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan sebagainya, dan ikan pelagis kecil misalnya aso-aso/gembung, jenis ikan layang, ikan selar, tenggiri, ikan

tongkol, bawal dan sebagainya, disamping itu terdapat ikan-ikan pelagis yang sangat peka terhadap cahaya misalnya ikan badar/teri, dencis dan lainnya.

Disamping angin musim, masyarakat nelayan juga mengetahui dan memanfaatkan angin laut dan angin darat. Angin laut dan angin darat terjadi karena perbedaan pemanasan dan pendinginan antara daratan dan lautan pada siang hari dan malam hari, sedangkan angin musim terjadi karena perbedaan pemanasan dan pendinginan antara benua dengan laut luas pada musim panas dan musim dingin. Angin laut adalah angin permukaan yang berhembus dari arah laut ke arah darat dan terjadi pada siang hari. Sebaliknya angin darat ialah angin permukaan yang berhembus dari darat ke arah laut yang terjadi pada malam hari.

Segolongan nelayan tradisional memanfaatkan angin darat sekitar jam 05.00-06.00 pagi untuk pergi beroperasi menangkap ikan sebab menurut mereka suasana angin, arus laut tenang tidak bergelombang besar dan pagi hari bertepatan dengan tabiat ikan-ikan akan muncul dan mencari makanan sampai batas bertiupnya angin laut jam 10.00-11.00 pada siang hari, perairan bergelombang, air laut keruh serta ikan-ikan menjadi liar. Begitu juga disaat sore hari perubahan air laut menuju angin darat nelayan juga memanfaatkannya dengan baik. Nelayan yang sering memanfaatkan rotasi angin darat, angin laut dan sebaliknya angin laut dan angin darat untuk beroperasi adalah nelayan dengan alat tangkap jaring gill net, pemancing tradisional, pukat tepi, dan lain-lain.

Selain peredaran musim untuk memahami gejala-gejala alam nelayan berpegang juga kepada sandi atau tanda-tanda alam dengan mengamati posisi bintang, bulan yang

diyakini nelayan menentukan, berpengaruh terhadap kondisi berikutnya yang akan datang atau sesuatu akan melanda mereka saat beroperasi ditengah laut.

Bulan beredar mengelilingi bumi dengan bantuan cahaya matahari planet bulan menyinari belahan bumi pada saat malam hari. Peredaran cahaya bulan berpengaruh terhadap aktifitas nelayan di lingkungan laut sebagai tempat perburuan ikan-ikan. Pengaruhnya sangat dirasakan nelayan yang menggunakan rangsangan cahaya (gejala fotoaksis) dengan bantuan alat tangkap lampu dalam operasi penangkapannya yaitu meliputi nelayan bagan pancang, bagan boat dan pukat cincin.

Peredaran rotasi bulan dimulai dari arah Timur 1 hari bulan dari kuartir pertama menuju kuartir kedua berusia 7 hari bulan berada tepat di tengah angkasa, setelah itu bergerak ke kuartir ketiga menuju arah Barat, terbit berbentuk bulan purnama (15 hari bulan) dari arah Barat, kembali bergerak menuju kuartir ke empat terbit tepat berada di tengah angkasa 23 hari bulan kemudian berakhir menuju kuartir ke empat dari peredarannya kembali ke arah Timur 30 hari bulan (bulan mati/kalam bulan).

Khususnya bagi nelayan yang beraktifitas di hutan bakau desa Hajoran, nelayan jala, jaring belanak, memungkinkan mereka mendapatkan hasil yang banyak sebab kondisi waktu-waktu pasang besar koloni-koloni ikan akan menuju pinggir ke dalam zona hutan bakau (wilayah penangkapan), mereka akan memanfaatkan momen-momen tersebut sebaik mungkin agar mendapatkan produksi penangkapan yang maksimal. Sebaliknya nelayan pencari biota-biota laut: kerang, ketam, kepiting dan lainnya, kondisi pasang besar akan menghambat aktifitas pencarian biota-biota tersebut. Mereka lebih aktif beroperasi saat-saat kondisi pasang air laut surut serendah-rendahnya.

Disamping hal tersebut diatas, secara umum pengetahuan mengenai gejala alam semakin lama semakin ditinggalkan para komunitas nelayan di desa Pekan Tanjung Beringin dan desa Pantai Cermin Kanan sebab dianggap kurang efektif seperti sediakalanya dulu. Banyak nelayan tidak mau tahu akan hal ini, yang paling utama bagi mereka adalah bagaimana meningkatkan kecanggihan alat tangkap agar mampu meningkatkan produksi dan bersaing dengan nelayan yang telah lebih dahulu menggunakan alat tangkap yang canggih dan moderen, menurut mereka teknologi alat tangkap yang moderen tidak lagi terlalu dipengaruhi gejala-gejala alam. Secara langsung ataupun tidak moderenisasi teknologi kelautan ikut andil menekan nelayan tradisional kehilangan tradisi pengetahuan lokal mereka.

Dokumen terkait