E. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan HLGL
E. 1 Permasalahan kebijakan pengelolaan HLGL .1 Kehadiran unit pengelola HLGL .1 Kehadiran unit pengelola HLGL
E. 1.3 Konflik melalui pendekatan kebijakan .1 Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu .1 Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu
E.1.3.3 Konflik antar stakeholder
Menurut SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya menyebutkan bahwa pelaksanaan rekonstruksi batas melibatkan tokoh masyarakat adat setempat tetapi dalam pelaksanaan tidak dilakukan bahkan pemberitahuan kepada pihak desa setempat juga tidak dilakukan. Menurut PP 44 tahun 2004 pasal 20 ayat 4 menyebutkan bahwa panitia tata batas harus dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak-hak atas tanah di dalam kawasan dan di sepanjang batas kawasan hutan. Tokoh masyarakat ada dilibatkan sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi penataan batas kawasan HLGL untuk dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak milik masyarakat secara turun temurun (hak tenurial) dan hak milik berdasarkan adat (hutan adat).
SK Bupati Pasir No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut tidak mengikutsertakan tokoh masyarakat adat sekitar dan dalam HLGL dalam pengelolaan HLGL. Hal ini menjadi sangat perlu, untuk menjaga agar kegiatan pengelolaan HLGL yang dilakukan oleh anggota dari kelompok kerja ini tidak bertentangan dengan kearifan lokal yang ada di desa sekitar dan dalam kawasan HLGL. Dan juga pelibatan pihak desa sekitar hutan belum ada.
Rencana strategis Dinas Kehutanan Pasir 2001-2005 menyatakan program-program yang berkaitan dengan pengelolaan HLGL yaitu penyuluhan kehutanan,
penataan batas, pengawasan dan pengendalian perusakan kawasan hutan, pembuatan papan himbauan, inventarisasi flora dan fauna, pemeliharaan batas hutan lindung, dan penataan hutan. Tetapi dalam implementasi di lapangan belum ada. Program yang baru dapat terpenuhi hanya dalam hal penataan batas walaupun tidak secara benar dilakukan karena tidak sesuai dengan SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001. Kurangnya personil Polisi Kehutanan dan terlalu luasnya kawasan yang harus dikelola menjadi hal yang harus diperhatikan.
Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial Kabupaten Pasir masih juga belum melibatkan tokoh masyarakat adat setempat sebagai bahan pertimbangan.
RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 yang telah ditetapkan oleh Bupati Pasir juga masih memiliki kendala dalam hal pelibatan masyarakat sekitar dan dalam kawasan. Hal ini dapat dilihat dari ketidaktahuan masyarakat sekitar dan dalam kawasan bahwa kawasan HLGL termasuk dalam kawasan lindung dari Kabupaten Pasir. Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, hak setiap orang dalam ikut serta menyusun RTRW.
Laporan Hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003 memperlihatkan bahwa kerjasama antara Dinas Kehutanan dan UPTD Planologi Balikpapan masih belum erat. Dalam panitia orientasi tata batas tidak adanya anggota yang berasal dari Dinas Kehutanan Pasir. Menurut PP No.44 tahun 2004 yang bertanggung jawab dalam hal penataan batas adalah Pemerintah Kabupaten dan yang membentuk tim penataan batas adalah juga Pemerintah Kabupaten Pasir. Pemerintah Propinsi hanya mengeluarkan pedoman penyelenggaran penataan batas saja.
Tabel 10. Analisis isi dan implementasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh para stakeholder Jenis Kebijakan/Kearifan Instansi yang
mengeluarkan
Isi Implementasi Evaluasi
Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya
Pemerintah daerah
Adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat
Pada saat pelaksanaan, terjadi konflik karena batas HLGL melewati batas kebun rotan milik warga
Bentuk pal tidak sesuai dengan semestinya
Sosialisasi yang kurang kepada masyarakat dan pelibatan langsung tokoh
masyarakat dalam penyusunan tata batas HLGL
Pengawasan rekonstruksi oleh yang berwenang Keputusan Bupati No. 340 tahun 2005
tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan HLGL Pemerintah daerah Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan HLGL
Masih dalam proses Tidak adanya pelibatan masyarakat khususnya ketua adat setempat
Keputusan Bupati Pasir No. 357 tahun 2005 tentang Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial kabupaten pasir
Pemerintah daerah
Para stakeholder HLGL ikut serta dalam forum tersebut
Tokoh masyarakat adat
setempat tidak diikutsertakan dalam forum tersebut
Tidak adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat tidak diikutsertakan dalam forum tersebut
Renstra Dinas Kehutanan Pasir 2001-2005
Dinas Kehutanan
• Program penyuluhan • Kegiatan penataan batas • Patroli tidak ada
• Program penyuluhan belum tercapai
• Pelaksanaan penataan batas yang tidak sesuai dengan Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001
Implementasi secara penuh untuk setiap pelaksanaan kebijakan
Kurangnya personil PolHut
RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 Bappeda Pasir Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam menyusun RTRW Kabupaten
Dalam penyusunan batas HLGL, masyarakat desa sekitar
dan dalam kawasan tidak diikutsertakan
Masyarakat tidak diikutsertakan, minimal ketua
SATS (SK MenHut No. 62 Kpts-II 1998)
BKSDA Pasir Semua jenis tumbuhan atau satwa yang berasal dari kawasan hutan yang berada di Kabupaten Pasir berada dalam pengawasan BKSDA Pasir • Belum adanya pengawasan yang dilakukan oleh BKSDA Pasir dalam pelaksanaanya • Masyarakat masih memanfaatkan jenis satwa yang dilindungi
• BKSDA harus segera melakukan pengawasan rutin terhadap pengumpul
• Penyuluhan terhadap masyarakat dalam dan sekitar kawasan akan status dari jenis-jenis yang dilindungi
• Kerjasama antara BKSDA Pasir dan Dinas Kehutanan Pasir
Laporan hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003
UPTD Planologi Balikpapan
Penataan batas kawasan HLGL
Belum temu gelang Rekonstruksi ulang untuk penataan batas
Tidak adanya kerja sama dengan Dinas Kehutanan
Kearifan lokal Masyarakat Pelarangan tentang
perburuan satwa induk dan jumlah yang dibatasi (tidak boleh lebih dari 1 ekor per jenis)
Masyarakat dalam dan sekitar kawasan tidak pernah melakukan perburuan dengan skala besar
Pengawasan di pasar, khususnya terhadap para pengumpul
Kearifan lokal Masyarakat Pelarangan penebangan pohon madu (Koompasia malacensis)
Masyarakat tidak pernah menebang pohon jenis ini karena menyangkut masa depan suatu keluarga