• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Karakteristik Stakeholder Pengelolaan HLGL 1. Masyarakat Desa Rantau Layung

B.3 Masyarakat Dusun Mului

Dusun Mului merupakan komunitas suku Paser yang berada di dalam kawasan HLGL, yang secara administratif masuk ke dalam Desa Swanselutung, Kecamatan

Muara Komam, dengan luas wilayah 496,78 km2. Mempunyai batas wilayah utara

berbatasan dengan Desa Kepala Telake, selatan dengan Desa Muara Payang, timur dengan Desa Long Sayo, dan barat dengan Desa Lusan12.

Dusun Mului terdiri dari 18 kepala keluarga dengan 118 jumlah jiwa yang menempati 58 rumah yang berada di sepanjang jalan logging PT. Rizky Kacida Reana kilometer 58. Dusun Mului termasuk RT 8 yang merupakan bagian dari Desa Swanselutung.

Pada tahun 1970-an warga Mului hidup berpencar antara satu keluarga dengan yang lainnya yaitu di daerah hulu Sungai Sowan dan Sungai Mului atau yang lebih dikenal dengan daerah Mului Lama. Mereka beralih tempat pada tahun 2001 atas bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Pasir warga Mului direlokasi dari tempatnya yang lama ke tempat yang baru dalam bagian dari proyek masyarakat tertinggal. Dinas Sosial berrtujuan menempatkan mereka ke daerah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan lingkungan daerah yang lama dirasakan tidak sehat lingkungan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang relatif tidak bertambah dari tahun ke tahun karena banyaknya balita masyarakat Dusun Mului yang menderita sakit penyakit dan meninggal sebelum tumbuh remaja.

12

Gambar 9. Sejarah perpindahan warga Dusun Mului Sumber: Tropenbos Internasional Indonesia

Masyarakat Dusun Mului hidup dari bercocok tanam padi ladang yang ditanam secara bergulir dari satu daerah ke daerah yang lain, yang meraka namakan ladang bergulir. Mereka menolak ungkapan ladang berpindah karena apa yang mereka lakukan berbeda, yaitu dengan kembali ke tempat semula setelah berpindah beberapa kali. Luas dari ladang mereka berbeda-beda antara satu keluarga dengan yang lainnya tergantung kesanggupan masing keluarga.

Tanaman lain yang menjadi komoditi warga Mului berupa kopi, rotan, pisang, durian, elai, dan tanaman buah-buahan lainnya. Tanaman tersebut mereka tanam di sekitar dusun mereka tempati. Hasil dari tanaman buah tersebut dijual dan dapat menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat. Selain bertani mereka juga berternak ayam karena mudah dipelihara dan dapat mencari makanannya sendiri.

Warga Mului sangat bergantung pada HLGL. Hal ini dapat dilihat dari untuk memenuhi kebutuhan biaya lainnya warga Mului mencukupi kebutuhannya dengan cara mengambil hasil hutan ke dalam kawasan HLGL. Adapun yang mereka ambil

seperti burung, rotan, madu, gaharu, menjerat binatang seperti kancil, rusa, kijang, babi hutan, dan juga ikan.

Warga Mului memiliki kebijakan adat sendiri dalam mengatur pola pemanfaatan hasil hutan yang bertujuan untuk mencegah terjadi kerusakan hutan dan juga untuk kesejahteraan masyarakat Mului sendiri.

Madu yang dimanfaatkan oleh warga Mului diambil dari pohon madu (Koompasia malacensis) yang berada tersebar di dalam kawasan HLGL. Karena hal tersebut maka pohon madu dikeramatkan oleh warga Mului dan akan dikenai denda yang sangat besar bila ada yang menebang pohon tersebut karena itu sama saja dengan membunuh penghidupan dari suatu keluarga.

Setiap kepala keluarga atau orang yang telah dewasa akan memiliki satu atau lebih pohon madu sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Khusus untuk orang yang baru dewasa dapat mencari pohon madu yang ada di dalam kawasan yang belum dimiliki oleh warga yang lain dan segera melaporkannya kepada ketua adat pohon madu akan mulai dibersihkan pada waktu akhir musim hujan dan lebah akan mulai menghinggapi pohon madu tersebut pada waktu awal musim kering dan madu akan siap dipanen pada saat akhir musim kering atau awal musim hujan. Tetapi dalam satu tahun belum tentu pohon madu akan menghasilkan sarang madu karena tergantung dari banyak sedikitnya hujan yang turun di daerah tersebut. Semakin sedikit atau tidak turun hujan maka kesempatan untuk mendapatkan madu akan lebih besar.

Dalam satu pohon madu dapat dijumpai 1 atau lebih sarang madu yang memiliki hasil madu kira-kira 5 liter sampai dengan 20 liter dengan harga 1 liter madu di dalam desa dijual dengan harga Rp. 50.000.

Rotan yang dimanfaatkan oleh warga Mului berasal dari luar kawasan HLGL tetapi tidak jarang dari mereka juga mengambil rotan dari dalam kawasan. Sebab rotan yang ada di dalam kawasan HLGL relatif masih besar dan panjang-panjang. Mereka mengambil rotan dengan tidak terjadwal, artinya mereka hanya mengambil rotan diwaktu senggang mereka saja.

Warga Mului menangkap burung di kawasan HLGL. Burung yang mereka tangkap biasanya dijual kepada pengumpul yang berasal dari kota Pasir yang datang

khusus ke dusun mereka walau tidak pasti kapan. Biasanya warga Mului menangkap burung pada musim kering, karena musim kering memudahkan mereka untuk melihat burung yang akan mereka tangkap.

Burung merak Kalimantan atau burung kuau diburu khusus untuk di jadikan pangan mereka atau bulu dari burung tersebut dijadikan hiasan di rumah-rumah. Untuk jenis burung yang dijual biasanya adalah murai batu, dan punai selain itu burung-burung tersebut dijadikan binatang piaraan mereka karena bunyi yang menurut mereka bagus.

Berburu hewan buruan seperti kijang kancil (Tragulus napu), rusa (Cervus

timorensis), babi hutan (Sus barbatus), dan juga kijang (Muntiacus muntjak) dilakukan oleh warga Mului untuk memenuhi kebutuhan protein mereka dan juga sebagai sumber penghasilan tambahan. Cara yang paling sering mereka lakukan adalah dengan jerat. Hasil buruan dibawa mereka langsung ke pasar dan dijual.

Tabel 6. Interaksi Masyarakat Dusun Mului dengan Kawasan HLGL Keluarga Berladang Mengumpulkan

madu Berburu Mencari gaharu Mencari burung Mencari rotan 1 9 9 9 9 9 9 2 9 9 9 __ __ __ 3 9 9 __ __ 9 __ 4 9 9 __ 9 9 9 5 9 9 __ 9 9 __ 6 9 9 __ 9 __ 9 7 9 __ 9 9 __ 9 8 9 9 9 9 __ 9

Dokumen terkait