• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

D. Konsep Audit

1. Pengertian Audit

Audit adalah suatu proses mengumpulan dan mengevaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang didapat dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen (Arenset. al., 2015:2).

Menurut Boynton dan Johnson (2006) dalam Alfiah (2018:10) menyebutkan bahwa,a systematic process of objectively obtaining and

evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to acertain the degree of corespondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users. Suatu

proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan

tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Boynton (2006) dalam Alfiah (2018:10)terdapat beberapa ciri penting yang terdapat dalam definisi tersebut dan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Suatu proses yang sistematis, logis, terstruktur, dan terorganisir dalam rangkaian langkah atau menjalani suatu prosedur. Pedoman profesional yang digunakan dalam proses audit berupa StandarProfesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, berarti memeriksa dasar asersi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut secara objektif dan tidak berprasangka kepada atau terhadap perorangan atau entitas yang membuat asersi tersebut.

c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat oleh peorangan atau entitas. Asersi merupakan subjek pokok auditing dan meliputi informasi yang dimuat dalam laporan keuangan, laporan operasi intern, dan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT).

d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan di mana asersi dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ekspresi kesesuaian ini dapat berbentuk kuantitatif, seperti jumlah kekurangan dana kas kecil, atau dapat juga berbentuk kualitatif, seperti kewajaran atau keabsahan laporan keuangan.

e. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa peraturan-peraturan spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan oleh manajemen. f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telahditetapkan. Penyampaian hasil ini dapat meningkatkan atau menurunkan derajat kepercayaan pemakai informasi atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit.

g. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan atau mengandalkan temuan-temuan auditor. Pada lingkungan bisnis, mereka adalah pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas.

Menurut Agoes (2012) dalam Alfiah (2018:11) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis yang dilakukan oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan, catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukung yang telah disusun oleh manajemen, dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Pengertian audit menurut Messier, Clover dan Prawitt (2014:12) adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menetukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Kegiatan pemeriksaan akuntansi (audit) merupakan suatu proses sistematis yang terorganisir dan berupa rangkaian langkah atau prosedur logis untuk dapat mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit. Pengumpulan bukti audit tersebut dilakukan secara objektif dan dengan sikap yang profesional dan independen, lalu auditor tersebut harus dapat menilai kesesuaian antara laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang diaudit dengan standar akuntansi yang berlaku berdasarkan temuan dan bukti audit yang berhasil dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Setelah auditor tersebut memberi penilaian atas kesesuaian laporan keuangan audit dengan standar keuangan yang berlaku, maka kemudian auditor akan menyampaikan hasil laporan auditnya kepada pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan seperti kreditor, investor, maupun para pemegang saham.

Dari definisi beberapa ilmuan tersebut dapat diketahui adanya beberapa karakteristik yang umumnya terdapat dalam definisi auditing, antara lain:

a. Suatu proses

Audit merupakan suatu proses, yaitu berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terencana, terorganisir dan bertujuan. 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti Proses tersebut bertujuan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha dan mengevaluasi bukti tersebut.

b. Pernyataan kegiatan dan kejadian

Yang dimaksud pernyataan kegiatan dan kejadian adalah hasil proses

yang terdiri dari proses pengidentifikasian, pengukuran dan

penyampaian informasi.

c. Menetapkan tingkat kesesuaian

Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasih pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. d. Kriteria yang ditetapkan

Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan, anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen. e. Penyampaian hasil

Penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit yang harus memuat informasi mengenai kesesuaian informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.

2. Tujuan Audit

Tujuan auditing munurut Standart Profesional Akuntan Publik (IAPI, 2011:110), dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan

kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria - kriteria yang telah ditetapkan.

Tujuan audit dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.Tujuan khusus adalah tujuan yang berasal dari asersi - asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Dengan demikian perusahaan memerlukan kegiatan audit untuk mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut telah melaksanakan prinsip akuntansi berlaku umum.

Tujuan pemeriksaan akuntansi sebagaimana yang dijelaskan oleh Bayangkara (2015:7) adalah untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengan sebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan dan kinerja manajemen pada periode tersebut. Dari hasil audit ini kemudian akuntan (auditor) memberikan opini sebagai tanda pengesahan atas laporan tersebut, untuk dapat digunakan oleh sebagian besar pemakai laporan keuangan.

Jadi, tugas utama auditor adalah untuk dapat membuat penilaian mengenai laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) apakah sudah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan juga untuk memberi penilaian bahwa laporan keuangan tersebut telah bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun

kecurangan (fraud), sehingga dapat digunakan oleh pemakai laporan keuangan.

3. Jenis – Jenis Audit

Menurut Arens, et. Al. (2015:16) Jenis-jenis audit dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Sebagai contoh, auditor mungkin mengevaluasi efisiensi dan akurasi pemprosesan transaksi penggajian dengan sistem komputer yang baru dipasang.Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan efektifitas operasi sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan jauh lebih sulit dari pada audit ketaatan dan audit keuangan. Selain itu, penetapan kriteria untuk mengevaluasi informasi dalan audit operasional juga bersifat sangat subjektif

b. Audit Ketaatan (Complience Audit)

Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pengguna luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagia besar pekerjaan jenis ini sering kali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi itu.

c. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk organisasi tersebut.dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang vital atau salah saji lainnya.

Sedangkan menurut Mulyadi (2014:30-32) auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:

a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang

membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

c. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

Selain itu, jenis – jenis audit dapat ditinjau dari luas pemeriksaan dan jenis pemeriksaan. Berikut uraiannya.

a. Berdasarkan Luas Pemeriksaan

Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas (Alfiah, 2018:11):

1) Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen dengan tujuan agar dapat memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) atau Standar Audit (SA) atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan memerhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik serta Standar Pengendalian Mutu.

2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas atau sesuai permintaan auditee yang dilakukan oleh auditor independen, namun pada pada akhir

pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.Pendapat yang diberikan oleh auditor independen terbatas pada masalah tertentu yang diperiksa, oleh karena itu prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

b. Berdasarkan Jenis Pemeriksaan

Sedangkan apabila ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas (Alfiah, 2018:12):

1) Manajemen Audit

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah

ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah

kegiatanoperasi tersebut sudah ditentukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

2) Pemeriksaan Ketaatan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peaturan-peraturan dan kebijakankebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak internal perusahaan seperti manajemen dan dewan komisaris, maupun pihak eksternal seperti Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak (DJP), dan lain-lain. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh auditor independen maupun bagian auditor internal perusahaan.

3) Pemeriksaan Intern (internal audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

4) Computer Audit

Pemeriksaan oleh auditor independen terhadap perusahaan yang menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System dalam proses data akuntansinya.

Dokumen terkait