• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

2.2 Konsep

Sebelum mengacu pada uraian teori, perlunya dijelaskan beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep yang dijelaskan adalah konsep yang ada kaitannya dengan judul dari penelitan historis ini.

2.2.1 Korespondensi

Istilah korespondensi bermula dari hukum bunyi yang dikumandangkan oleh aliran Junggramatiker dengan tokohnya Jacob Grim. Dikatakannya bahwa bunyi-bunyi akan memiliki pergeseran secara teratur antara bahasa satu dengan bahasa lain tanpa kecuali. Mengingat hukum bunyi dirasakan mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat, maka istilah ini diganti dengan korespondensi fonemis atau kesepadanan bunyi. Maksudnya segmen-segmen yang berkorespondensi bagi glos yang sama baik dilihat dari segi bentuk maupun makna dalam bermacam-macam bahasa diperbandingkan satu sama lain. Kesejajaran atau kesesuaian ini terlihat pada kesamaan atau kemiripan bentuk dan arti (Crowley, 1992: 91).

2.2.2 Fonem

Fonem adalah satu bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung

beberapa faktor, terutama posisinya dalam hubungannya dengan bunyi lain. Fonem berbentuk bunyi. Contoh kata perang; perkataan yang terdiri dari enam unit bunyi, unit-unit bunyi itu disebut fonem, jika /p/ diganti dengan /b/, maka parang akan menjadi barang. Oleh itu, /p/ dan /b/ merupakan unit yang membedakan makna (Kridalaksana, 1982:23).

2.2.3 Etimon

Bentuk proto atau etimon adalah protokata yang menurunkan leksem-leksem pada bahasa-bahasa sekerabat. Dengan kata lain, etimon adalah protoleksem pada tataran leksikal. Bentuk proto atau etimon ini merupakan hasil terakhir dari kegiatan rekonstruksi yang dihipotesiskan sebagai bentuk asal dari bahasa-bahasa turunan sebelum mereka terpisah pada ribuan tahun yang lalu, di samping sebagai penentuan kriteria pengelompokan bahasa melalui inovasi. Bentuk ini ditandai dengan asterisk (*) (Blust, 1977: 25).

2.2.4 Protobahasa

Protobahasa merupakan suatu bentuk yang dirancang bangun atau dirakit kembali sebagai gambaran tentang masa lalu suatu bahasa. Ini merupakan gagasan teoretis yang dirancang dengan cara yang amat sederhana guna menghubungkan sistem-sistem bahasa kerabat dengan menggunakan sejumlah kaidah. (Bynon, 1979:71).

2.2.5 Retensi

Retensi adalah unsur warisan, baik bentuk maupun makna yang tertinggal atau bertahan pada bahasa-bahasa turunan sama dengan yang terdapat pada protonya (Anderson, 1979:103; Crowley, 1992:164).

2.2.6 Inovasi

Inovasi adalah unsur warisan dari bahasa asal yang telah mengalami perubahan pada bahasa sekarang (Hock, 1988:581). Jika dalam perkembanganya terjadi perubahan pada kelompok bahasa turunan tertentu dan tidak terjadi pada kelompok bahasa lain, maka ini disebut inovasi bersama yang eksluksif (exclusively shared linguistic innovation) (Greenberg, 1957:49).

2.2.7 Perangkat kognat

Aspek bahasa yang paling cocok untuk dijadikan bahan studi perbandingan adalah bentuk. Dalam kenyataan, struktur formal suatu bahasa tidak banyak menimbulkan masalah dalam perbandingan apabila dibandingkan dengan struktur makna. Dapat bahwa bentuk–bentuk yang dimiliki itu akan lebih meyakinkan kalau bentuk-bentuk itu memperlihatkan kesamaan-kesamaan semantik. Kesamaan atau kemiripan bentuk dan makna yang dapat dikembalikan ke dalam bentuk protonya yang disebut kata-kata kognat (cognat set) karena setiap bahasa memiliki bentuk-bentuk tertentu yang dikaitkan dengan maknanya untuk memudahkan referensi (Keraf, 1996: 33-34).

2.2.8 Fitur distingtif

Fitur distingtif atau ciri pembeda adalah ciri yang menandai suatu fonem segmental. Dalam kajian fonologi generatif ciri pembeda merupakan satuan terkecil. Ciri pembeda ini merupakan unsur-unsur terkecil fonetik, leksikal, dan suatu transkripsi yang dibentuk oleh kombinasi dan rangkaian (Schane, 1973:24). Misalnya, bunyi [i] ditandai dengan seperangkat ciri yang kompleks, yaitu [+silabis, -konsonan, +tinggi, -belakang, -bulat].

Konsep ciri pembeda atau distinctive feature pertama kali diperkenalkan oleh N. Trubetzkoy dari aliran Praha. Dia menemukan adanya ciri-ciri pada bunyi segmental dalam konteks yang kontras. Kontras yang diamatinya ada yang bersifat bilateral dan ada juga yang bersifat multilateral. Kontras-kontras inilah yang membedakan antara satu bunyi segmental dan bunyi segmental lain. Kontras ini menunjukkan ciri pembeda. Misalnya, kontras antara bunyi [p] dan [b].

Fitur distingtif digunakan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan atarsegmen dalam bahasa karena secara ideal membentuk seperangkat parameter yang universal untuk mengklasifikasikan segmen-segmen yang ada. Mempunyai sifat fonetis karena ciri itu dibuat berdasarkan sifat artikulatoris (seperti koronal, tinggi) atau perseptual (seperti silabis, bertekanan). Mampu menjelaskan kelas wajar yang memiliki sifat fonologis yang sama dalam perubahan bunyi. Sangat berguna, terutama, dalam hubungan dengan penjelasan kaidah perubahan bunyi. Fitur dikelompokkan ke dalam enam macam golongan, yaitu: (1) golongan fitur kelas utama meliputi fitur; silabis, sonoran, konsonantal. Fitur [+silabis] dimiliki oleh bunyi yang berpotensi menjadi puncak kenyaringan suku kata, fitur

[+sonoran] dimiliki oleh bunyi yang memiliki sifat nyaring, fitur [+konsonantal] dimiliki oleh bunyi yang mendapat hambatan di rongga mulut saat pembentukannya, (2) golongan fitur cara artikulasi yang dibedakan menjadi lima macam, yaitu; malar (kontinuan), pengelepasan tidak segera (PTS), kasar (striden), nasal, dan lateral. Fitur [+ malar] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan geseran terus-menerus, seperti bunyi frikatif, sedangkan bunyi yang dimulai dengan hambatan total (afrikat) tergolong fitur [+ PTS], fitur [+ kasar] dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan oleh udara yang keluar mengenai gigi atau uvula, fitur [+ nasal] dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan udara keluar dari hidung, fitur [+lateral] dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan lidah, sehingga terjadi hambatan, tetapi sisi lidah yang satu atau keduanya diturunkan untuk memungkinkan udara keluar melewati mulut, (3) golongan fitur daerah artikulasi dibedakan atas fitur [+ anterior] dan fitur [+ koronal]. Fitur [+ anterior] dimiliki oleh konsonan yang dihasilkan oleh penyempitan sebelum alveolum sedangkan fitur [+ koronal] dimiliki oleh konsonan yang dihasilkan oleh penyempitan oleh artikulator daun lidah, (4) golongan fitur batang lidah dan bentuk bibir dibedakan menjadi lima empat, yaitu; fitur [+ tinggi] dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan lidah, fitur [+ rendah] dengan menurunkan lidah, fitur [+ belakang] dihasilkan oleh lidah bagian belakang, dan fitur [+ bundar] dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan pembundaran bibir, (5) golongan fitur tambahan meliputi, antara lain, fitur [+ tegang], [+ bersuara], [+ aspirasi], dan fitur [+ glotalisasi]. Fitur tegang dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan ketegangan otot, fitur bersuara dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan

getaran pita suara, fitur aspirasi serta glotalisasi dimiliki oleh bunyi yang beraspirasi dan bunyi yang dihasilkan oleh glottis, dan (6) golongan fitur prosodi dibedakan atas tekanan dan panjang yang dimiliki oleh bunyi yang dihasilkan dengan bertekanan [+tekanan] dan suara panjang [+panjang] (Schane, 1973:24— 33).

Dokumen terkait