• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

2. Konsep Metode Role Playing

a. Pengertian Metode Role Playing

Metode menurut bahasa adalah: “cara kerja” (Soekanto, 1995: 48). Secara istilah,

menurut Wina Sanjaya, metode adalah upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal (Sanjaya, 2007: 126). Dalam hal ini metode dapat dikatakan sebagai suatu cara teratur dan sistematis dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang diinginkan yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil yang efektif dan efisien.

Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan ketrampilan sosial dan fisik. Secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana senang. Dengan bermain, peserta didik akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri yaitu tentang kelebihan yang dimilikinya, sehingga dapat memmbantu pembentukan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

Role Playing adalah sebuah permainan dalam sebuah cerita dengan tujuan atau cerita yang jelas. Sedangkan dalam dunia pendidikan, Role Playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Menurut Sanjaya (2007: 161), Role Playing adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian yang mungkin akan muncul pada masa mendatang. Jadi metode ini adalah pembelajaran yang mana seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pembelajaran tentang suatu konsep.

Pada dasarnya metode Role Playing adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan masalah sosial. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam

al-Qur‟an yang menceritakan kisah antara Qobil dan Habil yang terdapat dalam Q.S. Al-Ma‟idah ayat 5:

ِم ْلَّبَقَ تُ ي َْلََو اَِهِِدَحَأ نِم َلِّبُقُ تَ ف ًاناَبْرُ ق اَبَّرَ ق ْذِإ ِّقَْلْاِب َمَدآ َْنَْ با َأَبَ ن ْمِهْيَلَع ُلْتاَو

ُلَّبَقَ تَ ي اََّنَِّإ َلاَق َكَّنَلُ تْ قََلَ َلاَق ِرَخلآا َن

َينِقَّتُمْلا َنِم ُهّللا

-٧٢

Artinya: Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain

(Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya Menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”

Jadi, pembelajaran dengan metode Role Playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditentukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran dengan Role Playing.

Dengan demikian Role Playing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dimana peserta didik menjadi aktif dalam memainkan peran-peran tertentu, sehingga pada dasarnya Role Playing atau bermain peran merupakan salah satu sarana yang membantu peserta didik untuk belajar. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik berusaha menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya.

Menurut Usman (2002: 5) metode Role Playing cocok digunakan pada: Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak, seperti mata pelajaran sejarah; serangkaian peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa lampau, sehingga sangat cocok jika memakai metode Role Playing; Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.

b. Tujuan Metode Role Playing

Metode sosiodrama dan Role Playing dapat dikatakan sama artinya dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Tjuan yang diharapkan dalam penggunaan metode Role Playing menurut Djamarah (2014: 88) adalah sebagai berikut:

1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain 2) Agar siswa dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab 3) Agar siswa dapat belajar bagaimana mengambil keputusan secara

spontan

4) Untuk merangsang siswa agar berfikir memecahkan masalah.

c. Langkah-Langkah Metode Role Playing

Adapun langkah-langkah metode bermainn peran menurut kiromim (2011: 151), terdiri dari 3 langkah yaitu:

1) Persiapan Role Playing

a) Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.

b) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Skenario juga dapat dibuat oleh siswa.

c) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario sebelum kegiatan belajar mengajar.

2) Pelaksanaan Role Playing

a) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

b) Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk memerankan skenario yang sudah dipersiapkan.

c) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya masing-masing, sambil memperhatikan danmengamati skenario yang sedang diperagakan.

d) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing mahasiswa diberikan kertas sebagailembar kerja untuk membahas. e) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil

kesimpulannya.

f) Guru memberikan kesimpulan secara umum g) Evaluasi

3) Penutup

a) Mengakhiri Role Playing dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada skenario tersebut.

b) Memberi penguatan terhadap konsep/materi dalam permainan Role Playing.

c) Salam.

Selain itu menurut Uno (2007: 26-28), prosedur Role Playing terdiri atas sembilan langkah, yaitu:

1) Pemanasan (warming up)

Guru berupaya memperkenalkan kepada siswa tentang metode Role Playing. 2) Memilih pemain

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kemudian guru menyiapkan materi yang akan digunakan nanti.

3) Menyiapkan pengamat (observer)

Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat atas peran yang sedang dilakukan.

4) Menata panggung

Dalam hal ini, guru dan siswa berdiskusi tentang peran yang akan dimainkan, apa saja kebutuhan yang diperlukan saat akan melaksanakan Role Playing.

5) Memainkan peran

Pelaksanaan Role Playing yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok secara bersungguh-sungguh.

6) Diskusi dan evaluasi

Guru meminta tiap kelompok untuk berdiskusidan mengevaluasi atau memberi ppendapat tentang peran yang telah dilakukan.

7) Memainkan peran ulang

Setelah melakukan diskusi dan evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah peran ulang, agar peran yang kedua ini bisa berjalan lebih baik, dari permainan peran yang pertama.

8) Diskusi dan evaluasi kedua

Seperti tahap pertama, diskusi dan evaluasi pada tahap kedua ini, tidak jauh berbeda, yaotu guru meminta tiap kelompok untuk berdiskuaai dan mengevaluasi peran yang sudah dilaksanakan.

9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Pada tahap ini, siswa diajak untuk berbagi pengalamannya tentang peran yang sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.

Berdasarkan tahapan tersebut, terlihat bahwa terdapat dua tahap pemeranan dalam Role Playing. Namun, tahapan ini masih dapat dimodifikasi. Dua diantara kemungkinan modifikasi yang dapat digunakan adalah: Pertama, Role Playing dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga untuk sub materi pertama dapat diperaknan oleh kelompok pertama, untuk sub materi kedua dapat diperankan oleh kelompok kedua, dan seterusnya. Hal ini berarti Role Playing dengan modifikasi seperti ini, hanya terdapat satu tahapan

pemeranan untuk setiap kelompok. Kedua, Role Playing dilakukan oleh sekelompok pemeran yang telah dibentuk bersama oleh guru dan siswa. Tahapan pemeranan untuk sub-sub materi yang akan dipelajari dapat sepenuhnya dilakukan oleh pemeran yang ditunjuk atau satu sub materi diperankan oleh pemeran yang

ditunjuk sebagai contoh dan sub materi lain diperankan oleh kelompok pemeran yang lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.

Sedangkan menurut Djamarah (2014: 89), langkah-langkah menggunakan metode Role Playing adalah:

1) Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.

2) Ceritakan kepada peserta didik mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.

3) Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan perannya di depan kelas.

4) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama/Role Playing sedang berlangsung.

5) Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan perannya.

6) Akhiri kegiatan Role Playing dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan maslah persoalan yang ada pada kegiatan tersebut.

7) Jangan lupa menilai hasil Role Playing tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.

Dengan demikian, dari beberapa uraian di atas, adapun langkah-langkah metode Role Playing yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Guru membuat bahan atau permasalahan yang sesuai dengan materi, yaitu Al-Khulafaurrasyidin penerus perjuangan Nabi Saw. 2) Guru menunjuk beberapa siswa sesuai dengan jumlah siswa untuk

dijadikan kelompok.

3) Siswa diminta berunding terlebih dahulu untuk memahami materi dan membagi tugas.

4) Siswa melakukan drama atau bermain peran.

5) Guru menyuruh siswa yang lainnya untuk mengamati jalannya cerita/drama tersebut sebagai bahan kritikan dan mengeluarkan pendapat terhadap kelompok yang telah selesai memainkan peran dan mendiskusikan tugas kelompok.

6) Menyimpulkan pembelajaran dengan cara masing-masing kelompok mengungkapkan hasil diskusi mereka.

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing

Dengan metode ini, siswa lebih tertarik perhatiannya dengan pelajaran, bagi siswa dengan bermain peran seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi, dan cinta terhadap sesama makhluk. Selain itu, penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.

Menurut Syaiful Basyri Djamarah (2014: 89), Role Playing mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya yaitu:

1) Siswa berusaha untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami,

menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.

4) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

Sedangkan kelemahannya anatara lain yaitu:

1) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.

2) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.

3) Sering kali kelas lain menjadi terganggu oleh suara pemain dan para menonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

Dokumen terkait