• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCAPAN TERIMA KASIH

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.5. Konsep Pendapatan Usahatan

Pendapatan dalam mengukur suatu usahatani dapat dilakukan dengan menggunakan arus uang tunai. Akan tetapi arus uang tunai tidak dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya karena terutama pada petani yang subsisten maupun semisubsisten masih banyak pendapatan yang tidak berupa uang tunai (Soekartawi et al. 1986). Fick (1975) dalam Soekartawi et al. (1986) menyatakan penilaian produk usahatani yang subsisten menggunakan nilai pasar sulit digunakan apabila produk tersebut tidak diperdagangkan dipasar setempat sehingga penulis dapat menggunakan harga pasar ditempat lain ataupun harga barang substitusi berdasarkan kadar gizi yang setara. Harga pasar yang umumnya digunakan adalah harga jual bersih ditingkat petani karena dianggap lebih dapat menggambarkan besaran yang diperoleh oleh petani.

Pengukuran pendapatan usahatani dalam penelitian ini menggunakan konsep pendapatan tunai usahatani. Hal ini disebabkan saat ini sebagian besar petani di daerah pengamatan menganggap bertani adalah sumber pendapatan dan menjadi sebuah bisnis. Analisis pendapatan perhektar usahatani, pendapatan yang

21 digunakan adalah pendapatan kotor usahatani. Pendapatan kotor mencakup semua produk yang dijual ke pasar, digunakan sebagai konsumsi rumah tangga petani, digunakan usahatani untuk pakan ternak maupun sebagai bibit pada masa tanam selanjutnya, digunakan sebagai alat pembayaran, maupun sebagai inventori yang disimpan di gudang. (Soekartawi et al. 1986).

Konsep lain yang dapat dijadikan alat ukur pendapatan petani adalah pendapatan tunai petani (farm net cash receipt). Pengukuran ini dilakukan dengan nilai bersih dari pengurangan antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. Sama halnya seperti pada biaya tunai, pada penerimaan tunai, penerimaan yang berasal dari pinjaman tidak termasuk kedalam penerimaan tunai (Soekartawi et al.

1986).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia mengakibatkan kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki permintaan pangan yang besar. Beras adalah makanan pokok yang sangat penting bagi sebagian besar penduduk indonesia sehingga diperlukan peningkatan produksi untuk mengimbangi peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan areal tanam ataupun meningkatkan produktivitas. Keterbatasan lahan mengakibatkan pilihan peningkatan produktivitas menjadi lebih mungkin diusahakan. Salah satu cara meningkatkan produktivitas adalah dengan meningkatkan efisiensi.

Kabupaten Indramayu adalah salah satu sentra penghasil beras Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas areal tanam yang luas namun produktivitas yang dihasilkan masih dibawah rataan produktivitas nasional. Hal ini menjadi latar belakang dilakukannya analisis efisiensi dari petani padi sawah di daerah sentra beras Kabupaten Indramayu, yaitu Desa Kertawinangun. Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi sawah di daerah tersebut adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Lahan yang digunakan dapat berupa lahan sewa dan lahan milik sendiri. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja mesin

22 pada saat pengolahan tanah berupa traktor dan pekerjaan usahatani lain dikerjakan oleh tenaga kerja manusia. Modal yang digunakan berupa benih, pupuk, insektisida, pestisida, saprodi, gudang, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor produksi manajemen adalah faktor produksi yang lebih bersifat kualitatif.

Berdasarkan faktor produksi yang dapat dikuantitatifkan dan keluaran (output) yang dihasilkan dari usahatani, penelitian ini menganalisis nilai efisiensi relatif dari setiap usahatani yang dijadikan decision making unit dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Dengan menggunakan DEA berdasarkan efisiensi relatif dari model DMU yang ada, maka dapat diketahui nilai efisiensi teknis dari setiap usahatani.

Pendapatan adalah salah satu faktor yang penting untuk diketahui. Seseorang dapat menjadi tertarik untuk mengusahakan suatu usaha apabila usaha tersebut mampu memberikan hasil yang positif. Karena itu, diperlukan suatu analisis pendapatan untuk mengetahui besarnya pendapatan rata-rata yang diperoleh dari usahatani padi sawah di Desa Kertawinangun. Analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam analisis pendapatan pada penelitian ini adalah analisis pendapatan tunai rata-rata di Desa Kertawinangun, rasio R/C total, dan analisis pendapatan perhektar bersih.

Analisis pendapatan tunai perhektar untuk rata-rata seluruh decision making unit di Desa Kertawinangun yang selanjutnya disebut dengan pendapatan tunai perhektar Desa Kertawinangun menjadi indikator pertama pada analisis pendapatan. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Faktor yang menjadi pertimbangan digunakannya pendekatan ini adalah analisis uang tunai meskipun tidak menggunakan biaya diperhitungkan, namun menurut penulis cukup untuk menggambarkan pendapatan petani di daerah pengamatan. Selain itu, pada umumnya petani menganggap pendapatan yang mereka peroleh sebesar pendapatan tunai yang mereka peroleh. Hampir sebagian besar petani decision making unit tidak menganggap pendapatan mereka sebesar pendapatan yang telah dikurangi dengan biaya diperhitungkan. Karena itu, digunakan analisis

23 pendapatan tunai untuk mengetahui pendapatan perhektar rata-rata decision making unit di Desa Kertawinangun.

Analisis pendapatan tunai perhektar dilakukan pada pengamatan seluruh varietas dan pada masing-masing varietas. Analisis pendapatan tunai perhektar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besaran pendapatan tunai perhektar yang diusahakan di desa pengamatan, tanpa memperhitungkan varietas. Hal ini dapat berguna bagi pembaca yang ingin mengetahui secara umum besaran pendapatan tunai perhektar decision making unit di Desa Kertawinangun. Selain itu, dapat menjadi referensi bagi investor yang ingin mengusahakan padi sawah di daerah tersebut.

Analisis pendapatan tunai rata-rata pervarietas dilakukan dengan menghitung pendapatan tunai rata-rata perhektar pada decision making unit

dengan varietas Ciherang, Denok, dan Mekongga. Meskipun sebenarnya terdapat varietas SMC dan Kintani 1 yang diusahakan di Desa Kertawinangun, namun kedua varietas tersebut hanya digunakan oleh satu decision making unit sehingga tidak dapat dihitun rataannya. Analisis pendapatan tunai perhektar untuk setiap varietas dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran lebih rinci mengenai pendapatan yang diperoleh usahatani di daerah pengamatan. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada varietas yang lebih menonjol dibandingkan dengan varietas lain, baik dari segi penerimaan, biaya, maupun pendapatan tunai yang dihasilkan.

Analisis pendapatan kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio R/C. Rasio R/C adalah salah satu analisis yang sering digunakan sebagai indikator capaian efisiensi dari suatu usaha. Hal yang membedakan indikator efsiensi pada data envelopment analysis dan rasio R/C adalah data envelopment analysis menekankan pada kombinasi masukan (input) yang digunakan dan keluaran (output) yang dihasilkan, sedangkan pada rasio R/C, harga dari masukan (input) dan keluaran (output) juga mempengaruhi hasilnya. Penelitian ini menggunakan rasio R/C total. Artinya, rasio R/C yang ada pada penelitian ini menunjukan besarnya rasio antara pendapatan total dengan biaya total. Nilai dari rasio R/C yang diperoleh masing-masing decision making unit

24 pada penelitian ini kemudian akan dibandingkan dengan nilai efisiensi teknis yang dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan dua alat ukur efisiensi, maka terdapat hubungan yang berbanding lurus. Selain itu, dapat terlihat apakah decision making unit yang mampu mencapai efisiensi teknis berdasarkan data envelopment analysis juga merupakan decision making unit

yang mencapai rasio R/C yang besar.

Analisis pendapatan ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan bersih perhektar. Analisis ini dilakukan pada setiap decision making unit. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai efisiensi teknis yang diperoleh, sehingga dapat terlihat hubungan antara nilai efisiensi dengan pendapatan perhektar yang diperoleh decision making unit. Alasan penulis menggunakan analisis pendapatan bersih perhektar (tidak seperti analisis pendapatan perhektar rata-rata yang menggunakan analisis pendapatan tunai) adalah karena tujuan dari analisis ini mengetahui hubungan antara efisiensi dan pendapatan. Apabila penulis menggunakan analisis pendapatan tunai, terdapat kemungkinan decision making unit yang mengusahakan usahataninya menggunakan lahan pribadi akan mencapai pendapatan perhektar yang lebih tinggi mengingat biaya sewa lahan menjadi biaya tunai terbesar yang dikeluarkan

decision making unit di daerah pengamatan. Karena itu, agar hasil perbandingan yang dilakukan lebih objektif, penulis menggunakan pendapatan bersih pehektar pada analisis ini. Berdasarkan uraian diatas, alur kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

25 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis

Efisiensi Teknis dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Kertawinangun Tahun 20111

Peningkatan kebutuhan pangan pokok

Peningkatan permintaan padi

Analisis Pendapatan dan Rasio R/C

Saran perbaikan efisiensi usahatani Peningkatan jumlah penduduk

Diperlukan peningkatan produksi padi

Efisiensi Pendekatan data envelopment analysis di Desa Kertawinangun

Usahatani efisien

Usahatani tidak efisien

Perbedaan Karakteristik Varietas

Ciherang Denok Mekongga

26

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Kandanghaur adalah salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat, dan Provinsi Jawa Barat sebagai sentra beras nasional. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2012 hingga Juni 2012. Penelitian menggunakan data panen musim kedua tahun sebelumnya (tahun 2011) dengan pertimbangan panen yang akan datang memiliki risiko produksi yang sangat tinggi sehingga dikhawatirkan akan terjadi penurunan produksi.

4.2. Data dan Instrumentasi

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian penulis. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada petani decision making unit dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan mencakup identitas petani, faktor produksi yang digunakan, dan biaya serta pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani padi sawahnya baik yang dijual maupun yang tidak. Data primer digunakan sebagai masukan yang kemudian digunakan untuk dianalisis menggunakan alat analisis yang ditentukan.

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan bukan untuk menjawab penelitian penulis. Data sekunder diperoleh dari dinas ataupun kementerian terkait yang digunakan sebagai salah satu sumber penentuan lokasi penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data luas tanam, produksi, dan produktivitas padi nasional dari Kementerian Pertanian, data luas tanam, produksi, dan produktivitas padi Provinsi Jawa Barat dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, dan data Kecamatan Kandanghaur dalam angka dari BPS Kabupaten Indramayu. Data sekunder dalam penelitian ini digunakan dalam menentukan lokasi penelitian.

27 4.3. Definisi Operasional

Tabel 5. Definisi Variabel dan Unit Pengukuran Variabel Unit Definisi

Usia Tahun Usia dari petani j yang menjalankan usahatani Usia

Usahatani

Tahun Usia usahatani padi sawah j yang dijalankan Lama

pendidikan formal

Tahun Lama petani j mengikuti pendidikan formal

Lahan m2 Luasan lahan yang diusahakan untuk usahatani padi sawah j

Benih kg/m2 Jumlah benih yang digunakan oleh usahatani j Harga benih Rupiah/kg Biaya yang dikeluarkan usahatani padi sawah j

untuk membeli benih Tenaga kerja

dalam keluarga

Jam Kerja Jumlah jam kerja tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani padi sawah j Tenaga kerja

luar keluarga

Jam Kerja Jumlah jam kerja tenaga kerja luar keluarga yang digunakan dalam usahatani padi sawah j Tenaga kerja

mesin

Jam Kerja Jumlah jam kerja tenaga kerja mesin yang digunakan dalam usahatani padi sawah j

Upah tenaga kerja dalam keluarga

Rupiah/HOK Biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan usahatani padi sawah j

Upah tenaga kerja luar keluarga

Rupiah/HOK Biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja manusia luar keluarga yang digunakan usahatani padi sawah j

Upah tenaga kerja mesin

Rupiah Biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja mesin yang digunakan usahatani padi sawah j

Sewa lahan Rupiah/musim tanam

Biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh usahatani padi sawah j untuk menyewa sawah Biaya

pengadaan irigasi

Rupiah/musim tanam

Biaya pengadaan irigasi yang dikeluarkan usahatani padi sawah j untuk pengadaan irigasi Biaya

pengadaan saprodi

Rupiah Total biaya yang dikeluarkan usahatani padi sawah j untuk inventarisasi saprodi padi sawah Hasil panen kg GKG Jumlah hasil panen usahatani padi sawah ke i Pendapatan

Hasil Panen

Rupiah Hasil perkalian antara seluruh hasil panen padi dengan harga gabah yang diterima oleh petani

28 Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai (Soekartawi et al.

1984). Variabel dan unit pengukuran yang digunakan pada data primer dalam penelitian ini terdapat pada tabel 5. Variabel yang didefinisikan dalam bagian ini adalah variabel yang digunakan pada kuisioner penulis.

4.4. Metode Pengambilan Decision making unit

Metode pengambilan decision making unit dilakukan secara purposive. Penelitian sengaja mengambil decision making unit petani yang mengusahakan lahan yang berada di suatu hamparan tertentu di Desa Kertawinangun, Kabupaten Indramayu. Hal ini dilakukan untuk keseragaman variabel masukan (input) seperti karakteristik lahan, topologi, sistem pengairan, dan cuaca. Keseragaman hamparan menjadi sangat penting karena penelitian ini adalah penelitian mengenai efisiensi. Peneltian mengenai efisiensi menuntut standardisasi variabel-variabel yang digunakan, terutama variabel yang memiliki pengaruh terhadap produksi.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan Data Envelopment Analysis untuk mengukur efisiensi teknis relatif dari berbagai usahatani yang dijadikan sebagai decision making unit. Data yang terkumpul dari setiap decision making unit akan diolah menggunakan software

DEAP 2.1. keluaran (output) dari software tersebut akan menunjukan tingkat efisiensi relatif dari setiap decision making unit terhadap responen lain dalam usahatani yang diteliti. Penulis menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk mengolah data pada analisis pendapatan, baik pada rasio R/C, biaya, penerimaan, maupun pendapatan perhektar. Penulis juga menggunakan SPSS 16 untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden dengan nilai efisiensi teknis menggunakan pengujian Rank Spearman.

29 4.5.1. Analisis Efisiensi Teknis

Pendekatan efisiensi teknis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis. Pendekatan ini digunakan karena sederhana dan tidak membutuhkan banyak variabel. Asumsi constant return to scale dan input oriented digunakan karena pengamatan ini hanya dilakukan pada satu periode waktu, sehingga kemungkinan adanya perubahan-perubahan faktor produksi sebagai akibat dari perkembangan waktu dapat diabaikan. Waktu satu musim tanam padi sawah tergolong singkat (sekitar 100 hari) memperbesar kemungkinan tidak ada perbedaan teknologi yang mempengaruhi usahatani selama musim tanam. Penelitian ini menggunakan input oriented karena variabel masukan (input) adalah vatiabel yang lebih mudah dikontrol oleh decision making unit (Javed 2008). Analisis multistage digunakan untuk meminimalisasi adanya kesalahan sebagai akibat dari tidak dihitungnya kesalahan pada hasil perhitungan. Hal ini sesuai dengan yang direkomendasikan dalam Cooper et al. (2002) untuk tidak menggunakan analisis satu stage.

4.5.2. Analisis Hubungan Nilai Efisiensi Teknis dengan Karakteristik Decision making unit

Hubungan analisis antara nilai efisiensi teknis yang dicapai decision making unit pada perbandingan varietas dengan karakteristik decision making unit

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan, signifikansi, dan tren yang ada pada kedua varaibel yang dibandingkan. Variabel karakteristik decision making unit yang dibahas adalah adalah lama pendidikan formal, usia, pengalaman bertani, dan status kepemilikan lahan. Pemilihan variabel ini sesuai dengan penelitian Fernandez dan Nuthall (2001) yang juga menganalisis hubungan antara efisiensi teknis penndekatan Data Envelopment Analysis dengan karakteristik dari decision making unit yang menjaid objek penelitian. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Fernandez dan Nuthall (2001) adalah alat analisis hubungan yang digunakan. Fernandez dan Nuthall (2001) menggunakan

bootstrap regression sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16 dan Microsoft Office 2007.

30 Hal pertama yang dilakukan adalah pengujian hubungan dan signifikansi hubungan antara kedua variabel yang dibandingkan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat analisis SPSS 16. Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan pengujian Rank Spearman. Penulis memutuskan untuk menggunakan pendekatan ini atas dasar pengujian Rank Spearman membutuhkan asumsi skala pengukuran dari kedua variabel yang dianalisis mencapai skala ordinal. Variabel nilai efisiensi teknis menurut penulis termasuk ke dalam skala ordinal sehingga pengujian hubungan menggunakan Rank Spearman dianggap tepat untuk diaplikasikan pada penelitian ini. Variabel yang diuji hubungan dengan analisis antara nilai efisiensi teknis pervarietas adalah nilai efisiensi teknis

decision making unit pada perbandingan seluruh varietas, pendidikan formal, usia, dan pengalaman bertani. Variabel status kepemilikan lahan tidak digunakan dalam perbandingan karena skala pengukurannya tidak mencapai ordinal.

Nilai dari Rank Spearman dilambangkan dengan rs. Pengujian Rank Spearman menggunakan dua variabel, yang dinotasikan dengan variabel X dan variabel Y. Masing-masing variabel diurutkan sesuai dengan urutan tertentu, dengan aturan nilai terendah (satu) untuk observasi dengan nilai terkecil dan nilai n untuk observasi dengan nilai terbesar. Apabila terdapat observasi yang bernilai sama, maka nilai urutan yang digunakan adalah nilai rata-ratanya. Nilai rs dapat dinotasikan sebagai berikut:

(4.1)

Dimana,

x

2 =

(4.2)

y

2

=

(4.3)

keterangan:

tx = banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu

r

s =

31 ty = banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu

di = perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i i = observasi ke-i, untuk i =1,2, ..., n

∑ = jumlahkan untuk seluruh kasus angka sama

Secara umum, interpretasi dari nilai rs adalah sebagai berikut: 1) Bila nilai│rs│= 0, berarti kedua variabel tidak berkorelasi. 2) Bila nilai │rs│= 1, berarti kedua variabel berkorelasi sempurna.

3) Semakin tinggi nilai │rs│, berarti semakin kuat hubungan kedua variabel.

4) Tanda positif pada rs, menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah, yakni apabila variabel X semakin tinggi maka variabel Y akan cenderung semakin tinggi pula, atau sebaliknya.

5) Tanda negatif pada rs menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah, yakni apabila variabel X semakin tinggi maka variabel Y akan cenderung semakin rendah, atau sebaliknya.

Secara deskriptif nilai rs dapat dikategorikan secara subyektif, namun biasanya analisis bisnis mengategorikan nilai rs menjadi lima kategori berikut ini:Bila, 0<│r s│<0,2, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat lemah.

1) Bila, 0,2≤│rs│≤0,4, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi lemah.

2) Bila, 0,4≤│rs│<0,6, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sedang.

3) Bila, 0,6≤│rs│<0,8, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi kuat.

4) Bila, 0,8≤│r s│<1, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat kuat.

Hal kedua yang dilakukan adalah menggunakan gambar scatter untuk mengetahui tren yang terdapat pada hubungan antara dua variabel yang diamati. Meskipun pada output dari pengujian Rank Spearman telah memperlihatkan

32 hubungan antara kedua variabel (berbanding lurus atau berbanding terbalik) akan tetapi hasil tersebut tidak dapat menunjukan posisi dari masing-masing unit pengamatan. Karena itu, digunakan gambar scatter untuk mengetahui posisi pemetaan masing-masing decision making unit pada pemetaannya dan garis tren yang dihasilkan. Manfaat dari penggunaan gambar scatter adalah dapat membantu mengetahui posisi masing-masing usahatani dan melihat penyebaran dari data-data yang ada. Analisis ini digunakan pada tren antara nilai efisiensi teknis pervarietas dengan nilai efisiensi teknis decision making unit pada perbandingan seluruh varietas, pendidikan formal, usia, dan pengalaman bertani.

4.5.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani membahas penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan pendokumentasian seluruh penerimaan dan pengeluaran dari usahatani yang dijalankan pada musim yang menjadi objek pengamatan.

Analisis pendapatan yang digunakan untuk menunjukan kemampuan petani di daerah penelitian menghasilkan keuntungan dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan tunai. Penerimaan tunai adalah total nilai dari hasil perkalian antara total produksi yang dijual dan harga jual yang diterima

decision making unit. Pengeluaran usahatani yang digunakan adalah pengeluaran tunai, yaitu pengeluaran yang secara nominal dikeluarkan oleh decision making unit untuk membeli barang dan jasa dalam menjalankan usahatani, seperti pengeluaran untuk membeli pupuk, membayar tenaga kerja, dan lain sebagainya. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran.

Analisis pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan tunai usahatani. Analisis ini menjadi menjadi alat ukur kemampuan usahatani menghasilkan uang tunai. Secara matematis, pendapatan tunai usahatani dapat dituliskan sebagai berikut:

33 Keterangan:

FNCF = Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) FR = Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) FP = Pengeluaran tunai usahatani (farm payment)

Penelitian ini menggunakan analisis pendapatan tunai pada bagian analisis pendapatan rata-rata baik pada seluruh varietas maupun pada setiap varietasnya. Penulis memutuskan untuk menggunakan analisis pendapatan tunai dibandingkan dengan analisis pendapatan bersih dikarenakan berdasarkan hasil perhitungan, apabila menggunakan analisis pendapatan bersih, maka total pendapatan yang diperoleh rata-rata decision making unit di daerah tersebut sangat rendah. Hal ini disebabkan besarnya biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh decision making unit. Biaya diperhitungkan yang terbesar yang dikeluarkan oleh decision making unit adalah biaya opportunity cost lahan dan penyusutan. Karena itu, penulis memutuskan menggunakan analisis pendapatan tunai usahatani untuk menunjukan kemampuan petani di daerah pengamatan menghasilkan uang tunai dari usahatani yang dijalankan.

4.5.4. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya

Analisis rasio penerimaan dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio R/C ( Revenue/ Cost Ratio). Rasio R/C adalah salah satu analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan dari suatu usaha yang dilakukan. Rasio R/C dilakukan dengan membandingkan antara total penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa dalam menjalankan kegiatan usahatani pada waktu yang diamati. Penelitian ini