• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Karakter

Dalam dokumen RATNA SUSANTI S841008024 (Halaman 64-70)

BAB II. KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

A. Kajian Teori

9. Konsep Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya

terdapat tindakan edukatif dan didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang

sedang bertumbuh. Dengan tindakannya mendidik, manusia mewariskan kepada

generasi berikutnya nilai-nilai budaya yang berharga bagi perkembangan dan

pertumbuhannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Dalam kegiatan

mendidik ini, manusia menghayati adanya tujuan-tujuan pendidikan. Perbedaan

sudut pandang, perbedaan konsepsi tentang manusia membuat penentuan tujuan

commit to user

persoalan. Tanpa gagasan tentang tujuan pendidikan, praksis pendidikan karakter

akan kehilangan visi. (Doni Koesoema, 2007: 2)

Doni Koesoema (2007: 3) juga menjelaskan bahwa karakter merupakan

struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati kebebasannya dan

mengatasi keterbatasan dirinya. Struktur antropologis ini melihat bahwa karakter

bukan sekadar hasil dari suatu tindakan, melainkan secara simultan merupakan

hasil dan proses. Karakter merupakan kondisi dinamis struktur antroplogis

individu, yang mau tidak mau sekadar berhenti atas determinasi kodrati,

melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi

determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya secara

terus-menerus.

Lebih lanjut Doni Koesoema (2007: 5) mengatakan bahwa karakter lebih

bersifat subjektif sebab berkaitan dengan struktur antropologis dan tindakannya

dalam memaknai kebebasannya sehingga ia mengukuhkan keunikannya

berhadapan dengan orang lain. Sementara itu, pendidikan senantiasa berkaitan

dengan dimensi sosialitas manusia. Manusia sejak kelahirannya telah

membutuhkan kehadiran orang lain dalam menopang hidupnya. Oleh karena itu,

pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi

dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar

pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya. Selanjutnya, ia dapat

semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan

perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Secara singkat, pendidikan

commit to user

bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang

lain di dunia.

Sebagaimana pendapat John Luther (dalam Ratna Megawangi, 2007: 11)

berikut ini.

” Good cha ra cter is more to be praised tha n outsta nding ta lent. Most ta lent are to some a xtent a gift. Good cha ra cter, by contranst, is not given to us. We ha ve to build it pea ce by pea ce –by thought, choice, coura ge, a nd determination.”

Menurut Ratna Megawangi (2007: 9), pendidikan karakter adalah untuk

mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, a nd a cting

the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi,

dan fisik sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi ha bit of the mind, heart, a nd

ha nds.

Sebagaimana pendapat Thomas Lickona yang dikutip Ratna Megawangi

(2007: 10) mengenai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Senada dengan pendapat Thomas Lickona, Ratna Megawangi (2007: 10)

juga menyebutkan pilar-pilar pendidikan karakter yang berjumlah sembilan, yaitu:

(1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) tanggung jawab, disiplin, dan

mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama,

commit to user

kepemimpinan, (8) baik hati dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai, dan

persatuan.

Menurut Doni Koesoema (2007: 15), pendidikan karakter yang utuh dan

menyeluruh memberikan beberapa alternatif pengembangan keutamaan untuk

membentuk karakter individu menjadi pribadi keutamaan. Pilihan prioritas

keutamaan itu didasarkan pada tiga matra pendidikan karakter yang menjadi dasar

bagi pengembangan pendidikan karakter utuh dan menyeluruh, yaitu matra

individual, matra sosial, dan matra moral. Lebih lanjut Doni Koesoema (2007: 17)

menguraikan ketiga matra tersebut dalam 12 pilar keutamaan pendidikan karakter

berikut ini. Penghargaan terhadap tubuh; (2) transendental; (3) keunggulan

akademik; (4) penguasaan diri; (5) keberanian; (6) cinta kebenaran; (7) terampil;

(8) demokratis; (9) menghargai perbedaan; (10) tanggung jawab; (11) keadilan,

dan (12) integritas moral.

Kedua belas pilar keutamaan pendidikan karakter di atas dapat diuraikan

satu per satu sebagai berikut. Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan

fundamental yang perlu dikembangkan dalam diri setiap orang, termasuk di

dalamnya kesediaan dan kemampuan menjaga dan merawat kesehatan jasmani.

Pengembangan keutamaan transendental, baik yang bersifat religius maupun

keagamaan, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang

membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran Ilahi

merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter.

Keunggulan akademik sebagai keutamaan pendidikan karakter menurut

commit to user

Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik mencakup cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaran intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan.

Keutamaan pendidikan karakter lain adalah penguasaan diri yang merupakan

kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau

menundukkan seluruh dorongan emosi pada tujuan yang benar selaras dengan

panduan akal budi. Keberanian merupakan keutamaan individu untuk melakukan

sesuatu dan merealisasikan cita-citanya, di antaranya, kesediaan berkorban demi

nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, dan kerja keras.

Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, yang

memungkinkan seseorang berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran

yang diyakininya. Keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan

identitas manusia sebagai pribadi berkarakter (Doni Koesoema, 2007: 20)

Syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh adalah memiliki

berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan bagi

perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional.

Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan,

kompeten dalam bidang yang digeluti juga merupakan dasar bagi keberhasilan

hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya inilah seorang individu

commit to user

Selain pilar-pilar keutamaan pendidikan di atas, Doni Koesoema (2007:

20-21) masih menguraikan pilar-pilar lain, yaitu demokratis. Masyarakat global hidup

dalam kebersamaan dengan orang lain. Setiap individu belajar hidup bersama dan

mengatur tatanan kehidupan secara bersama sehingga inspirasi dan aspirasi

individu dapat tercapai. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan

penumbuhan semangat demokrasi. Selain demokrasi, pilar pendidikan karakter

lainnya adalah menghargai perbedaan, tanggung jawab, keadilan, dan integritas

moral.

Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaaan merupakan sikap

fundamental yang harus ditumbuhkan dalam diri individu. Tanggung jawab

merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait

dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

Bersikap adil dan mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang

memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia

memiliki kecenderungan untuk antisosial. Integritas moral merupakan sasaran

utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter yang memberikan

penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai

makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apa pun kondisi dan keadaannya.

(Doni Koesoema, 2007: 21)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan

commit to user

karakter dirinya. Selanjutnya, ia mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan dirinya dan sebagai anggota masyarakat.

Dalam dokumen RATNA SUSANTI S841008024 (Halaman 64-70)

Dokumen terkait