BAB II. KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
A. Kajian Teori
9. Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya
terdapat tindakan edukatif dan didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang
sedang bertumbuh. Dengan tindakannya mendidik, manusia mewariskan kepada
generasi berikutnya nilai-nilai budaya yang berharga bagi perkembangan dan
pertumbuhannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Dalam kegiatan
mendidik ini, manusia menghayati adanya tujuan-tujuan pendidikan. Perbedaan
sudut pandang, perbedaan konsepsi tentang manusia membuat penentuan tujuan
commit to user
persoalan. Tanpa gagasan tentang tujuan pendidikan, praksis pendidikan karakter
akan kehilangan visi. (Doni Koesoema, 2007: 2)
Doni Koesoema (2007: 3) juga menjelaskan bahwa karakter merupakan
struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati kebebasannya dan
mengatasi keterbatasan dirinya. Struktur antropologis ini melihat bahwa karakter
bukan sekadar hasil dari suatu tindakan, melainkan secara simultan merupakan
hasil dan proses. Karakter merupakan kondisi dinamis struktur antroplogis
individu, yang mau tidak mau sekadar berhenti atas determinasi kodrati,
melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi
determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya secara
terus-menerus.
Lebih lanjut Doni Koesoema (2007: 5) mengatakan bahwa karakter lebih
bersifat subjektif sebab berkaitan dengan struktur antropologis dan tindakannya
dalam memaknai kebebasannya sehingga ia mengukuhkan keunikannya
berhadapan dengan orang lain. Sementara itu, pendidikan senantiasa berkaitan
dengan dimensi sosialitas manusia. Manusia sejak kelahirannya telah
membutuhkan kehadiran orang lain dalam menopang hidupnya. Oleh karena itu,
pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi
dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar
pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya. Selanjutnya, ia dapat
semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan
perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Secara singkat, pendidikan
commit to user
bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang
lain di dunia.
Sebagaimana pendapat John Luther (dalam Ratna Megawangi, 2007: 11)
berikut ini.
” Good cha ra cter is more to be praised tha n outsta nding ta lent. Most ta lent are to some a xtent a gift. Good cha ra cter, by contranst, is not given to us. We ha ve to build it pea ce by pea ce –by thought, choice, coura ge, a nd determination.”
Menurut Ratna Megawangi (2007: 9), pendidikan karakter adalah untuk
mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, a nd a cting
the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi,
dan fisik sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi ha bit of the mind, heart, a nd
ha nds.
Sebagaimana pendapat Thomas Lickona yang dikutip Ratna Megawangi
(2007: 10) mengenai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Senada dengan pendapat Thomas Lickona, Ratna Megawangi (2007: 10)
juga menyebutkan pilar-pilar pendidikan karakter yang berjumlah sembilan, yaitu:
(1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) tanggung jawab, disiplin, dan
mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama,
commit to user
kepemimpinan, (8) baik hati dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai, dan
persatuan.
Menurut Doni Koesoema (2007: 15), pendidikan karakter yang utuh dan
menyeluruh memberikan beberapa alternatif pengembangan keutamaan untuk
membentuk karakter individu menjadi pribadi keutamaan. Pilihan prioritas
keutamaan itu didasarkan pada tiga matra pendidikan karakter yang menjadi dasar
bagi pengembangan pendidikan karakter utuh dan menyeluruh, yaitu matra
individual, matra sosial, dan matra moral. Lebih lanjut Doni Koesoema (2007: 17)
menguraikan ketiga matra tersebut dalam 12 pilar keutamaan pendidikan karakter
berikut ini. Penghargaan terhadap tubuh; (2) transendental; (3) keunggulan
akademik; (4) penguasaan diri; (5) keberanian; (6) cinta kebenaran; (7) terampil;
(8) demokratis; (9) menghargai perbedaan; (10) tanggung jawab; (11) keadilan,
dan (12) integritas moral.
Kedua belas pilar keutamaan pendidikan karakter di atas dapat diuraikan
satu per satu sebagai berikut. Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan
fundamental yang perlu dikembangkan dalam diri setiap orang, termasuk di
dalamnya kesediaan dan kemampuan menjaga dan merawat kesehatan jasmani.
Pengembangan keutamaan transendental, baik yang bersifat religius maupun
keagamaan, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang
membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran Ilahi
merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter.
Keunggulan akademik sebagai keutamaan pendidikan karakter menurut
commit to user
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik mencakup cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaran intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan.
Keutamaan pendidikan karakter lain adalah penguasaan diri yang merupakan
kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau
menundukkan seluruh dorongan emosi pada tujuan yang benar selaras dengan
panduan akal budi. Keberanian merupakan keutamaan individu untuk melakukan
sesuatu dan merealisasikan cita-citanya, di antaranya, kesediaan berkorban demi
nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, dan kerja keras.
Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, yang
memungkinkan seseorang berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran
yang diyakininya. Keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan
identitas manusia sebagai pribadi berkarakter (Doni Koesoema, 2007: 20)
Syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh adalah memiliki
berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan bagi
perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional.
Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan,
kompeten dalam bidang yang digeluti juga merupakan dasar bagi keberhasilan
hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya inilah seorang individu
commit to user
Selain pilar-pilar keutamaan pendidikan di atas, Doni Koesoema (2007:
20-21) masih menguraikan pilar-pilar lain, yaitu demokratis. Masyarakat global hidup
dalam kebersamaan dengan orang lain. Setiap individu belajar hidup bersama dan
mengatur tatanan kehidupan secara bersama sehingga inspirasi dan aspirasi
individu dapat tercapai. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan
penumbuhan semangat demokrasi. Selain demokrasi, pilar pendidikan karakter
lainnya adalah menghargai perbedaan, tanggung jawab, keadilan, dan integritas
moral.
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaaan merupakan sikap
fundamental yang harus ditumbuhkan dalam diri individu. Tanggung jawab
merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait
dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Bersikap adil dan mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang
memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia
memiliki kecenderungan untuk antisosial. Integritas moral merupakan sasaran
utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter yang memberikan
penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apa pun kondisi dan keadaannya.
(Doni Koesoema, 2007: 21)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan
commit to user
karakter dirinya. Selanjutnya, ia mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya dan sebagai anggota masyarakat.