• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

6. Konsep Pendidikan Karakter

Dalam Bahasa Indonesia, pendidikan, berasal dari kata „didik‟, diartikan sebagai proses perubahan pikiran dan perasaan, perilaku secara keseluruhan baik terhadap individu maupun kelompok. Dalam pengertian luas pendidikan juga melibatkan lingkungan sosial, struktur sosial, institusi sosial. Pada tujuan terakhirlah, sebagai cita-cita yang berkaitan dengan dimensi masyarakat secara keseluruhan, masyarakat damai dan sejahtera, di dalam individu, kelompok, bangsa, dan negara, atas dasar keberhasilannya dalam meningkatkan pendidikan, terjadi sikap saling menghargai, saling menghormati, bahkan saling mengkritik dalam arti positif.77

Sementara itu, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan negara.78

Pendidikan sejatinya merupakan hak dasar bagi setiap individu. Pendidikan adalah sarana penumbuhan dan pengembangan dimensi-dimensi kemanusiaan menuju terwujudnya kehidupan yang memposisikan pada derajat kemanusiaan yang hakiki. Pendidikan bukanlah tempat membentuk manusia yang

77

Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hlm. 74

78

Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta: Rhineka Cipta, 2013) hlm. 11

hanya mementingkan aspek kecerdasan (kognitif), seperti yang selama ini tampak dalam kebanyakan realitas pendidikan di Indonesia ataupun sebagai sarana melestarikan hegemoni atau penindasan terhadap kaum lemah oleh individu ataupun kelompok yang dominan dan hegemonik. Pendidikan adalah upaya mencapai kemerdekaan, pembebasan, dan kesetaraan bagi setiap individu maupun kelompok yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi peserta didik.79

b. Definisi Karakter

Watak atau karakter berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai stempel / cap. Jadi, watak itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Watak sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat berbeda. Namun, watak amat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan dan lain-lain.80

Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah.

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerjasama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love),

79

Mukhrizal Arif, dkk, Pendidikan Posmodernisme (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 247

80

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif (Depok: RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 76-77

29

tanggungjawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity).81

Jadi, karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Adanya karakter itulah kualitas seorang pribadi diukur.82 Karakter seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

(lingkungan sosial budaya dan lingkungan fisik). Karakter menjadi akar atau dasar dari semua tindakan baik tindakan baik maupun jahat.

c. Definisi Pendidikan Karakter

Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal positif yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya.83 Pendidikan karakter menurut

Scerenko seperti yang dikutip oleh Muchlas Samani dan Hariyanto, dapat dimaknai sebagai upaya yang dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi tokoh bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan makna dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).84

Pengertian pendidikan karakter secara luas adalah melindungi diri sendiri, membentuk kepribadian mandiri yang didasarkan atas keyakinan tertentu, baik yang bersifat individu maupun kelompok, dan dengan sendirinya bangsa dan

81

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 43

82

Sutarjo Adisusilo, op. cit, hlm. 78

83

Muchlas Samani dan Hariyanto, loc.it.

84

negara. Pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia harus sesuai dengan jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.85 Pendidikan karakter

menjadi sarana pengembangan kemampuan yang bersinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai. Menurut Plato seperti yang dikutip oleh Doni Koesoema, pendidikan karakter merupakan sebuah kinerja dari sebuah sistem pembinaan dan pembentukan untuk menciptakan sosok pribadi pemimpin yang akan membawa masyarakat pada suatu kebaikan dan keadilan.86

d. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan utama pendidikan karakter adalah menumbuhkan seorang individu menjadi pribadi yang memiliki integritas moral sekaligus mampu mengusahakan sebuah ruang lingkup kehidupan yang menghayati integritas moralnya dalam tatanan kehidupan masyarakat. Ruang lingkup pendidikan karakter tidak hanya individual tetapi juga melibatkan lingkungan sosial. Pendidikan karakter bertujuan sebagai acuan bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama.87

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.88 Pendidikan karakter akan

memperluas wawasan para pelajar tentang nilai-nilai moral sehingga mereka

85

Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 132

86

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Gramedia, 2010) hlm. 104-112

87

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 52

88

31

semakin mampu dalam mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral.89

e. Fungsi Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter telah dirumuskan oleh Pusat Kurikulum, sebagai berikut:90

1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Pendidikan karakter berfungsi membentuk manusia cerdas yang berbudi, membaangun semangat dan tekad dengan pikiran yang positif dan sikap optimis, serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi.91

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Pendidikan karakter menyadarkan bahwa pluralitas suku, bahasa, agama justru memberikan kekayaan milik bersama yang harus dipelihara dan dikembangkan.92

3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter mengajarkan manusia terbiasa disiplin dan kerja keras. Karakter disiplin dan kerja keras mampu menjadikan peradaban bangsa sebagai bangsa yang memiliki daya saing di dalam pergaulan dunia.

f. Pendidikan Karakter dalam Kehidupan Sehari-hari

Pendidikan karakter bisa diselenggarakan dalam bentuk formal seperti yang dilakukan dalam dunia pendidikan dan juga bisa diselenggarakan secara non

89

Dony Koesoema, op. cit, hlm. 116

90

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm.52

91

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 104

92

Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan implemantasi, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 81

formal. Tanpa disadari pendidikan karakter di tengah masyarakat justru lebih banyak dilakukan karena sejak lahir hingga dewasa manusia selalu berhubungan dengan masyarakat. Pada dasarnya karakterisasi terbentuk sepanjang hayat sehingga pendidikan karakter adalah keseluruhan hidup itu sendiri.93

Masyarakat menjadi laboratorium bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan menemukan verifikasi nilainya secara nyata (konkret) ketika pembelajaran akan norma dan perilaku yang membentuk individu itu semakin lama menjadi sistem nilai bersama yang mampu menjaga stabilitas masyarakat.94

Masyarakat dimaknai sebagai tempat di mana pada akhirnya pendidikan karakter itu hadir. Pendidikan karakter juga sebagai sarana pedagogis bagi masyarakat luar sehingga dapat menumbuhkan perilaku dan tata nilai yang bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Hasil yang baik dari pendidikan karakter bukan hanya dilihat dari peserta didik saja tetapi juga masyarakat yang bergerak bersama.95

Dokumen terkait