• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah semua aktifitas yang dilakukan oleh manusia, baik aktifitas tersebut dapat dilihat secara langsung oleh indra pengelihatan, maupun yang

tidak dapat dilihat secara langsung. Perilaku yang dilakukan oleh manusia merupakan semua macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo 2007).

2.4.1 Domain Perilaku

Menurut teori Bloom (1908) yang terdapatpada Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psycomotor). Dalam pendidikan kesehatan teori ini di modifikasi menjadi:

1. Pengetahuan 1) Pengertian

Pengetahuan adalah adalah hasil yang diperoleh dari pengamatan akal. Pengetahuan muncul saat individu menggunakan akal budinya untuk mengenali obyek yang dilihat atau dirasakan. Pengetahuan sendiri berasal dari kata tahu. Sebagaian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo 2012).

2) Domain pengetahuan

Pengetahuan yang terdapat pada domain kognitif terbagi dalam 6 tingkat menurut Notoatmodjo (2012) antara lain:

(1) Tahu (know)

Kemampuan untuk mengingat kembali objek yang telah dipelajari secara spesifik.

Kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan objek yang telah dipelajari secara benar.

(3) Aplikasi (aplication)

Kemampuan untuk menggunakan sesuatu objek yang telah dipelajari ke dalam kondisi yang nyata.

(4) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjelaskan suatu objek yang masih berhubungan dengan komponen-komponennya.

(5) Sintetis (synthesis)

Kemampuan untuk membuat bagian-bagian yang sudah ada disatukan dengan bagian yang baru hingga membentuk formulasi yang lebih nyata. (6) Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk menilai suatu objek yang dilakukan secara mandiri atau sendiri dengan kriteria yang sudah ada.

3) Faktor pengetahuan

Dalam tingkatan pengetahuan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, hal tersebut telah dijelaskan oleh Novitasari (2012), yaitu:

(1) Umur

Semakin bertambahnya umur seseorang akan semakin bertambah pula pengetahuan yang diperolehnya, namun pada usia lanjut kemampuan penerimaan dan daya ingat terhadap pengetahuan akan berkurang.

(2) Intelegensi (kemampuan berfikir dan belajar)

Kemampuan seseorang untuk berfikir dan belajar guna menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga dapat diartikan bahwa perbedaan

intelegensi yang dimiliki masing-masing individu mempengaruhi tingkat pengetahuan.

(3) Lingkungan

Lingkungan merupakn tempat yang memberikan pengaruh pertama bagi individu untuk mempelajari hal-hal baik maupun yang buruk. Sehingga dalam lingkungan individu memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berfikir mereka.

(4) Sosial budaya

Budaya sangat berpengaruh pada pengetahuan seseorang karena dengan mengetahui atau memperoleh suatu kebudayaan seseorang akan mendapatkan pengalaman untuk belajar sehingga memperoleh suatu pengetahuan.

(5) Pendidikan

Suatu kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan seseorang. Tingkat pendidikan menentukan seseorang dapat memahami pengetahuan yang didapatkannya. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. (6) Informasi

Informasi memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang tersebut memiliki tingkat pendidikan rendah tetapi mendapatkan informasi yang cukup baik dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tersebut.

(7) Pengalaman

Pengalaman merupakan cara terbaik untuk meningkatkan pengetahuan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalamn

yang telah didapat untuk menjawab sebuah masalah sehingga mendapatkan pengetahuan yang baru.

4) Kategoori pengetahuan

Sedangkan dalam pengetahuan sesuai dengan Arikunto (2009) mengemukakan bahwa secara kualitas pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau taiga kategori, yaitu:

1) Tingkat pengetahuan baik dengan nilai 76-100% 2) Tingkat pengetahuan cukup dengan nilai 56-75% 3) Tingkat pengetahuan kurang dengan nilai < 55% 2. Sikap (Attitude)

1) Pengertian

Sikap adalah respon individu terhadap stimulus atau objek. Terbentuknya sikap tak luput dari pengaruh penting domain pengetahuan (Notoatmodjo 2010). Sikap sendiri adalah sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek psikologis (Azwar 2005).

2) Komponen sikap

Menurut Azwar (2005) ada tiga komponen yang berpengaruh pada sikap, yaitu (1) Komponen kognitif

Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, keyakinan, dan hal-hal yang berhubungan dengan cara mempresepsikan diri terhadap objek sikap. (2) Komponen afektif

Komponen ini berhubungan dengan perasaan seseorang seperti perasaan senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Hal tersebut menimbulkan hal yang positif maupun negatif. Sehingga jika muncul rasa senang maka

akan mengarah pada sikap yang positif sebaliknya jika muncul rasa tidak senang maka akan mengarah pada sikap yang negatif.

(3) Komponen konatif

Pada komponen ini aspek yang muncul adalah kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap seseorang. Kecenderungan berperilaku tersebut akan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

3) Sifat sikap

Menurut Ulfa (2010) sifat sikap dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Sikap positif

Dalam penanganan dysmenorrhea sikap positif remaja putri yaitu mereka mempunyai niat untuk melakukan penanganan terhadap dysmenorrhea

yang terjadi dan hal yang dilakukan tersebut didasari perasaan rileks dan menerima keadaan tersebut sebagai suatu hal yang fisiologis.

(2) Sikap negatif

Sikap negatif untuk penanganan dysmenorrhea para remaja putri tersebut tidak dapt melakukan aktifitas, emosi stress, tidak mampu merasakan sakit, tidak bisa berkonsentasi, dan lain sebagainya.

4) Ciri-ciri sikap

Menurut Azwar (2005) sikap memiliki beberapa ciri antara lain:

(1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk selama perkembangan hidup.

(2) Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan tertentu.

(3) Sikap tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan dengan objek. (4) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan.

(5) Sikap dapat berlangsung lama dan bisa juga berlangsung hanya sebentar. 5) Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang objek yang ditanyakan. Pertanyaan yang diajukan dapat berupa sebuah pendapat dengan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan. Sedangkan untuk pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang tidak langsung juga (Notoatmodjo 2007).

6) Pembentukan Sikap

Proses pembentukan sikap berlangsung secara kognitif terlebi dahulu karena semua sebagai hasil dari penginderaan terhadap pengetahuan yang didapat. Menurut Maulana (2009) ada beberapa cara untuk membentuk dan mengubah sikap individu, yaitu:

(1) Adopsi

Proses pembentukan sikap dengan mengikuti kegiatan yang berulang karena hal tersebut dapt membuat individu menyerap semua apa yang dilakukan sebagai proses mengingatnya selama terus berulang.

(2) Diferensiasi

Proses pembentukan sikap karena usia yang bertambah, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup.

(3) Integrasi

Proses pembentukan sikap dari pengetahuan dan pengalaman individu terhadap objek tertentu.

(4) Trauma

Proses pembentukan sikap yang dapat terjadi akibat dari kejadian tiba-tiba dan mengejutkan karena dapat menimbulkan kesan yang mendalam.

(5) Generalisasi

Proses pembentukan sikap yang berdasarkan pengalaman yang dimiliki individu tersebut.

7) Faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2005) sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, individu mempunyai dorongan dan motivasi untuk mengerti dengan pengalamannya terhadap pengetahuan. Sikap seseorang dapat ditunjukan dari pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang terkait.

(2) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat untuk membentuk sebuah sikap. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi didukung oleh faktor emosional.

(3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada kenyataanya individu memiliki sikap yang cenderung searah dengan orang yang dianggap penting dikarenakan hal ini untuk menghindari konflik dengan orang tersebut.

(4) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan secara tidak langsung memberikan pengaruh besar untuk membentuk sebuah sikap. Hal ini terjadi karena budaya telah memberi warna dan pengalaman pada individu.

(5) Media massa

Pada berita-berita yang telah disampaikan melalui surat kabar atau radio atau media komunikasi lainnya dipengaruhi oleh sikap penulis atau pengarangnya sehingga hal tersebut juga mempengaruhi sikap konsumennya. Dalam media massa ini juga bisa disebut dengan faktor komunikasi sosial.

(6) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Ajaran moral dan agama sangat menentukan sebuah kepercayaan pada individu sehingga konsep tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk sikap.

(7) Faktor genetik

Dalam mempengaruhi pembentukan sikap kembar identik sangat berpengaruh dalam kemiripan sikap sehingga kemiripan sikap tersebut lebih tinggi daripada kemiripan sikap pada kembar non identik atau orang lain yang tidak memiliki hubungan darah.

(8) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis berkaitan dengan usia seseorang yaitu seseorang dengan usia yang lebih mudah memiliki sikap yang lebih bebas dan berani daripada seseorang yang berusia sudah tua.

3. Tindakan (practice) 1) Pengertian

Setelah seseorang mengetahui objek yang dihasilkan dari penginderaan yang dimiliknya, individu tersebut melakukan penilain dam memberikan pendapat terhadap apa yang didapatkan. Proses selanjutnya adalah melaksanakan sesuai dengan apa yang diketahui dan disikapinya (Ulfa 2010).

2) Tingkatan

Menurut Azwar (2009) terdapat empat tingkatan dalam tindakan, yaitu: (1) Persepsi (perception)

Mengenal terhadp objek sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. (2) Respon terpimpin (guided respon)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan yang dicontohkan.

(3) Mekanisme (mechanism)

Jika seseorang sudah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diberikan dengan benar maka mekanisme yang akan dilakukan sesuai karena sudah menjadi kebiasaan untuk dilakukan.

(4) Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang berkembang dengan baik dan benar. 3) Faktor yang mempengaruhi

Menurut Ulfa (2010), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi yaitu: (1) Usia

Semakin memiki umur yang cukup tingkat kemampuan akan lebih matang dalam berfikir dan bertindak.

(2) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam tindakannya untuk memnuhi kebutuhan hidupnya.

(3) Pendapatan

Pendapat dangat berhubungan dengan pekerjaan sehingga mempengaruhi seseorang dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.4.2 Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmoodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum individu mempunyai perilaku yang baru, di dalam diri mereka terjadi beberapa proses, antara lain:

1. Awareness (kesadaran)

Individu tersebut mengerti dan menyadari akan suatu objek terlebih dahulu. 2. Interst

Individu mulai tertarik terhadap suatu objek. 3. Evaluation

Berfikir terlebih dahulu baik atau tidaknya objek tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap individu tersebut sudah lebih baik.

4. Trial

Perilaku baru tersebut sudah mulai dicoba oleh individu tersebut. 5. Adoption

Individu tersebut sudah berperilaku yang baru sesuai dengan pengetahuan, sikap positif, dan kesadaran terhadap objek yang berpengaruh terhadap individu atau juga bisa disebut stimulus.

Penelitian yang dilakukan Rogers selanjutnya mengatakan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melalui proses-proses diatas. Hanya saja jika perubahan perilaku tersebut melewati proses tersebut akan bersifat tahan lama namun sebaliknya jika tiidak didasari proses tersebut akan tidak berlangsung lama.

2.4.3 Perilaku Kesehatan

(Notoatmodjo 2010) mengemukakan perilaku kesehatan adalah semua kegiatan yang dapat dilihat maupun tidak dapat dilihat yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Klasifikasi perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Perilaku untuk menjaga kesehatan supaya tidak jatuh sakit dan usaha untuk melakukan penyembuhan jika mengalami sakit.

2. Perilaku penggunaan sistem pelayanan kesehatan (Health seeking behaviour) Perilaku atau upaya yang dilakukan seseorang yang sedang menderita penyakit atau mengalami kecelakaan.

3. Peilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial dan budaya sehingga tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.4.4 Perilaku berdasarkan teori Lawrence Green

Green (1991) mencoba menganalisis perilaku manusia dari segi tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor luar lingkungan (non behaviour causes). Perilaku kesehatan diwujudkan dengan pengelolaan menajemen yang baik melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi, penilaian, dan evaluasi. Proses pelaksanaannya, Green (1991) menggambarkan dalam bagan berikut,

PRECEDE Phase 5 Administrative and police diagnosis Phase 4 Educational and organizational diagnosis Phase 3 Behavioral and environmental diagnosis Phase 2 Epidemiological diagnosis Phase 1 Sosial diagnosis Phase 6 Implementation Phase 7 Process evaluation Phase 8 Impact evaluation Phase 9 Outcome evaluation

Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara mengubah, memelihara dan meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses pengkajian pada tahap PRECEDE dan proses penindaklanjutan pada tahap PROCEED. Dalam memperbaiki perilaku kesehetan dijelaskan dalam empat proses menurut Green (1991), sebagai berikut: 1. Kualitas hidup

Kualitas hidup adalah sasaran utama dalam pembanguanan dan sesuai dengan tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu jika kesejahteraan meningkat diharapkan kualitas hidup juga meningkat.

PROCEED

Gambar 2.2 PRECEDE PROCEED Model Green (1991)

HEALTH PROMOTION Health Education Police regulation organization Enabling factors Reinforcing factors Predisposing factors Environment Behaviour and lifestyle Quality of life Health

2. Derajat kesehatan

Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan dan hal ini dapat menggambarkan masalah kesehatan yang sedang dialami.

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis, dan sosial budaya yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi derajat kesehatan.

4. Faktor perilaku

Faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang terhadap lingkunganya.

Menurut Green (1991) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, yaitu:

1. Faktor pencetus (predisposing factor)

Faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu berperilaku dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor ini terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas-fasilitas kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor yang menguatkan perilaku, terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.

Dokumen terkait