• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengaruh metode ceramahdan brainstorming (CEBRA) terhadap pengetahuan remaja putri kelas XII dalam penanganan dysmenorrhea

Metode ceramah dan brainstorming(CEBRA) diberikan pada remaja putri kelas XII di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya sebanyak 2 kali pertemuan dengan membahas tentang dysmenorrhea dan penanganannya dan dievaluasi melalui post-test setelah 2 hari dari seluruh intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan melalui metode ceramahdan brainstorming

(CEBRA) dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden dalam penanganan dysmenorrhea. Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan pemberian metode ceramahdan brainstorming (CEBRA) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang dan cukup dan setelah diberikan metode cerahdan brainstorming (CEBRA) mayoritas terjadi peningkatan pengetahuan klien menjadi baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik terjadi peningkatan dari 20 orang (54%) menjadi 34 orang (91%). Sedangkan pada kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi tingkat pengetahuan responden juga terjadi perubahan, saat pre-test sebagaian besar tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (54%) dan meningkat pada kategori baik tetapi hanya meningkat menjadi 23 orang (62%).

Peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol yang hanya sedikit untuk nilai yang didapat terjadi pada sebagian responden saat post-test, hal ini dapat disebabkan karena adanya intervensi yang diberikan berupa ceramah oleh peneliti. Seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan dapat bertambah karena tambahan informasi dari media cetak, elektronik maupun petugas kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2015) dengan judul “Pengaruh Small Group Discussion Terhadap Pengetahuan Dismenore

Pada Siswi Di SMPN 2 Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro” yang menyatakan bahwa sebelum diberikan intevensi hanya sedikit yang berpengetahuan baik dan setelah diberikan intervensi sebagian besar memiliki pengetahuan sangat baik. Hal tersebut diketahui dari pertanyaan kuesioner yang sebelumnya salah menjadi benar.

Pada penelitian ini hasil yag didapat menunjukan setelah diberi intervensi ketika post-test sebagian besar pengetahuannya menjadi baik, namun masih ada beberapa yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup dan kurang. kelompok perlakuan sebanyak 3 orang (8%) untuk kategori cukup dan kelompok kontrol terdapat 1 orang (3%) untuk kategori kurang dan 13 orang (35%) untuk kategori cukup.Peningkatan nilai pengetahuan yang signifikan terjadi pada kelompok perlakuan yaitu responden KA26. Responden memiliki selisih nilai yang tinggi dari pre-test ke post-test. Hal tersebut terjadi juga dapat dipengaruhi oleh proses penerimaan informasi, sumber informasi yang didapatkan responden dan usia mereka saat ini. Pada responden tersebut usia mereka adalah 17 tahun dan sumber informasi yang didapat lebih banyak dari orang tua dan teman. Sama hal nya pada kelompok kontrol yaitu responden KB5memiliki selisih nilai yang sangat tinggi daripada responden yang lain dari pre-test ke post-test. Nilai yang mereka dapat selain dikarenakan pemberian intervensi ceramah, ketiga faktor diatas juga dapat berpengaruh pada nilai mereka. Pada responden tersebut usia mereka adalah 17 tahun dan sumber informasi yang didapat juga lebih banyak dari orang tua dan teman. Pada kelompok ini terdapat satu responden yang tidak mengalami perubahan pada post-test, yaitu responden KB32. Hal ini dapat dipengaruhi proses penerimaan informasi dan waktu pelaksaan kegiatan yang dilakukan siang hari setelah kegiatan sekolah berakhir sehingga dirasa kurang optimal dalam menerima materi.

Informasi yang di peroleh responden mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo 2007). Proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Pada saat intervensi berlangsung dan responden yang sibuk sendiri, tidak fokus, maka informaasi yang didapatkan kurang optimal dan menyebabkan pengetahuan responden tersebut tidak mengalami peningkatan (Nursalam 2013). Hal ini juga didukung pernyataanoleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan meskipun stimulus yang diberikan sama bagi beberapa orang, namun respon tiap orang berbeda.Hasil penelitian juga menunjukan baik kelompok perlakuan maupun kontrol bahwa sebagian besar responden berusia 17 tahun. Menurut Nursalam (2009), semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikit dan bekerja. Semakin tinggi usia siswi, maka cara berfikir mereka akan berkembang dan meningkat. Hasil penelitian pada kelompok perlakuan dan kontrol juga menyatakan sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi mengenai dysmenorrhea paling banyak berasal dari orang tua dan teman. Hal ini didukung pendapat Alfriane (2008) yang menyatakan bahwa orang tua dan teman adalah orang yang dianggap paling dekat dengan mereka dan kebanyakan mereka akan pergi ke petugas kesehatan jika nyeri yang dirasakan sangat hebat. Pada penelitian juga menunjukan sebgian responden pernah mengalami

dysmenorrhea pada rentang usia 16-17 th. Hal ini sesuai dengan penelitian Novia (2008) yang menyatakan dysmenorrhea primer sebagian besar terjadi pada usia 15-25 tahun.

Hasil analisis diatas menunjukan adanya pengaruh dari metode ceramah dan

brainstorming (CEBRA) yang dapat meningkatkan pengetahuan para responden. Pengetahuan sendiri adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo 2012). Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan siswi tentang dysmenorrhea terutama dalam penanganannya juga dapat dikarenakan pengalaman sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar besar responden pernah mengalami dysmenorrhea. Oleh karena itu pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan masalah (Wawan & Dewi 2011). Selain faktor pengalaman, usia, pendidikan dan informasi juga mempengaruhi pengetahuan.

Pendidikan kesehatan menurut Green (1991) adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana yang dikombinasikan dengan pengalaman pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan seseorang. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre test dan post test. Hal tersebut dapat terjadi apabila informasi dalam pendidikan kesehatan brainstorming dapat diterima dan direspon dengan baik. Sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh Green (1991) yang menyebutkan bahwa dengan pemberian pendidikan kesehatan dapat merubah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. PRECEDE PROCEED Model

pada penelitian ini adalah dalam PRECEDE terdapat faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan sikap sehingga diberikannya pendidikan kesehataan dengan metode CEBRA tentang penanganan dysmenorrhea. Sedangkan dalam PRECEDE setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan brainstorming

(CEBRA) dapat menstimulasi indra pendengaran dan pengelihatan dalam proses belajar, ketika pembelajaran secara audio meningkat dan minat serta konsentrasi untuk berpendapat para responden juga meningkat hal tersebut terdapat penyerapan materi pada responden. Hal ini menjadikan presepsi positif dalam proses CEBRA sehingga perilaku responden terutama pengetahuannya meningkat.

Pengaruh metode ceramahdan brainstorming (CEBRA) ini dalam peningkatan pengetahuan sesuai dengan penelitian dari Utomo (2015) bahwa terdapat peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan metode ceramahdan brainstorming

(CEBRA) yang mana terjadi peningkatan pengetahuan tentang penanganan

dysmenorrhea.Hasil penelitian lain yang mendukung adalah penelitian oleh Habibi (2015) yang meneliti tentang pengaruh CBD (Ceramah, Brainstorming,dan Demonstrasi) terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) pada balita (6-24 bulan). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI dengan metode CBD (Ceramah,

Brainstorming, Demosntrasi) pada kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan pendidikan kesehatan tentang MP ASI dengan metode CBD terjadi perubahan pengetahuan namun tidak signifikan pada pre-test dan post-test. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Utomo (2015) dan Habibi (2015) adalah pemberian pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan responden serta menggunakan metode ceramah dan brainstorming pada penyampaian informasi. Perbedaan dengan penelitian tersebut hanya sedikit yaitu terletak pada penggunaan media, dimana media yang digunakan oleh peneliti sebelumnya hanya menggunakan papan tulis dan flip chart sedangkan pada penelitian ini menggunakan LCD dan hand out. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media dan kedua metode ini akan membantu dalam penyampaian lebih baik karena responden akan mendapatkan informasi yang tepat melalui aktif berpikir dalam metode brainstorming.

Pemberian informasi melalui metode ceramahdan brainstorming (CEBRA) sangat bermanfaat bagi responden dalam mendapatkan materi karena kedua metode ini memiliki kelebihan masing-masing sehingga informasi yang akan disampaikan

bisa diterima dengan tepat dan dipahami oleh responden. Metode ceramah adalah cara mengajar yang sejak dulu ada dan sudah tidak asing lagi dalam pendidikan. Metode ini cukup membosankan oleh karena itu butuh ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya sehingga dapat menarik perhatian siswa. Beberapa keunggulan dalam metode ini antara lain dapat menyampaikan materi yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas. Sehingga metode ini masih tetap penting digunakan dengan tujuan para siswa mendapatkan informasi tentang suatu persoalan tertentu. Selain memiliki keunggulan metode ini memiliki kekurangan yaitu kurangnya interaksi antaa pemateri dengan peserta sehingga peserta terkadang menjadi tidak fokus pada materi yang diberikan (Anas 2014). Pada metode brainstorming juga sangat efektif dalam menambah pengetahuan karena merupakan suatu metode yang memunculkan berbagai ide dan informasi dari suatu kelompok dan dapat digunakan kapan saja dengan berbagai intervensi. (Mubarak et al 2007). Selain itu proses diskusi aakan diikuti oleh proses pertukaran pendapat dan informasi, perhatian para responden juga akan lebih terpusatkan ketika proses belajar mengajar berlangsung sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam pembelajaran (Sagala 2010).

5.2.2 Pengaruh metode cermah dan brainstorming (CEBRA) terhadap sikap remaja putri kelas XII dalam penanganan dysmenorrhea

Sikap kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi dengan kategori positif sebanyak yaitu 23 orang (62%) dan negatif sebanyak 14 orang (38%). Pada kelompok kontrol yang memiliki sikap dengan kategori positif sebanyak 20 orang (54%) dan kategori negatif sebanyak 17 orang (46%), tetapi pada hasil setelah dilakukan intervensi terdapat perbedaan yang signifikan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi terdapat peningkatan pada sikap responden dengan kategori positif yaitu menjadi 30 orang (81%) dan berkurang pada kategori negatif sebanyak 7 orang (19%). Pada kelompok kontrol terjadi sebaliknya, responden

mengalami penurunan pada kategori postif sebanyak 11 orang (30%) dan mengalami peningkatan pada kategori negatif sebanyak 26 orang (70%). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara sikap responden pada kelompok perlakuan dan kontrol.

Pada kelompok perlakuan terdapat beberapa responden yang mengalami penurunan cukup signifikan nilai sikap dari positif menjadi negatif, yaitu responden KA14. Sedangkan pada kelompok kontrol yang mengalami penurunan nilai yaitu pada responden KB23, KB24. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang adalah faktor emosi dan pengalaman. Para responden tersebut rata-rata berusia 17 tahun dimana terbilang masih remaja sehingga tingkat emosi dan pengalaman yang dimiliki terhadap informasi baru masih belum matang. Sesuai dengan teori Stuart & Sundeen (2007) menyatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan, emosi dan kekuatan seseorang akan berfikir lebih matang. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah intervensi yang diberikan berlangsung dalam waktu relatif singkat sehingga belum dapat meningkatkan sikap secara bermakna, karena proses pembentukan sikap memerlukan waktu yang cukup lama.

Penelitian ini telah menunjukan bahwa sebagian besar responden pernah mengalami nyeri dysmenorrhea dan dari jumlah tersebut didapatkan derajat nyeri yang berbesa dari ringan hingga berat. Hal ini menunjukan jika responden di MAN cukup banyak sehingga berdampak pada kegiatan mereka karena responden mengalami “kelumpuhan” sementara untuk melakukan aktivitas (Novia, 2008). Hal ini berpengaruh terhadap upaya mereka dalam menangani dysmenorrhea. Pada penelitian menunjukan kelompok perlakuan sebanyak 22 orang (60%) dan kelompok kontrol sebanyak 20 orang (54%) yang mengalami dysmenorrhea pada derajat ringan dan hanya sedikit yang mengalami dysmenorrhea pada derajat berat. Sehingga adanya

perubahan sikap menjadi positif yaitu dengan adanya upaya penanganan

dysmenorrhea walaupun tidak semua melakukan upaya penanganan. Hal ini dikarenakan suatu sikap yang sudah dilandasi oleh pengetahuan belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour). Sehingga untuk meujudkan sikap menjadi perubahan yang nyata perlu adanya faktor pendukung seperti fasilitas atau support dari pihak lain (Notoatmodjo 2003).

Nilai yang didapatkan saat post-test pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah setelah mendapatkan intervensi atau perlakuan berupa metode ceramah dan

brainstorming (CEBRA), yang mana kelompok perlakuan mendapatkan intervensi keduanya sedangkan kelompok kontrol hanya memperoleh intervensi berupa ceramah. Oleh karena itu terdapat perbedaan pada nilai T antara kedua kelompok untuk menentukan sikap positif dan negatif. Menurut Walgito (2003) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang salah satunya adalah pengetahuan, dan pengetahuan pada penelitian ini diperoleh dari metode ceramah dan

brainstorming (CEBRA). Metode CEBRA ini diberikan kepada responden dengan tujuan supaya remaja putri mengetahui dan mampu menghadapi dysmenorrhea

dengan melakukan penanganan yang tepat. Pengetahuan sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dalam menangani dysmenorrhea.

Menurut teori bahwa pengetahuan merupakan domain penting untuk terbentuknya sikap. Pengetahuan yang dimiliki responden menjadi dasar untuk menentukan sikap, sehingga sikap responden dengan kategori pengetahuan cukup cenderung positif (Notoatmodjo 2010). Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup atau belum diwujudkan terhadap suatu stimulus (Wira 2016). Perubahan sikap dapat terjadi ketika responden diberikan stimulus pendidikan kesehatan salah satunya metode ceramah dan brainstorming (CEBRA). Hal ini terjadi

jika klien dapat menerima informasi, merespon materi yang disampaikan dan menyelesaikan permasalah serta menghargai materi yang disampaikan, sehingga klien dapat merubah perilaku menjadi lebih baik.

Lawrence Green (1991) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, dengan mewujudkannya melalui program promosi kesehatan yang dikenal dengan adanya model pengkajian dan penindaklanjutan (PRECEDE PROCEED Model). Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Perilaku terbentuk dari faktor predisposisi (atau faktor dari dalam diri individu ini meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai dan norma yang dianut.), faktor pendukung (sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan dan keterampilan terkait kesehatan) dan faktor pendorong (keluarga, guru, teman sebaya, petugas kesehatan, tokoh masyarakat / orang yang berpengaruh, dan pengambil keputusan). Sesuai dengan PRECEDE PROCEED Model pada penelitian ini pada sikap hampir serupa dengan pengetahuan hanya saja yang membedakan yaitu dalam PRECEDE ketika presepsi responden menjadi positif dalam proses CEBRA maka perilaku responden terutama pengetahuannya meningkat dan sikap menjadi positif(Lawrence Green 1991).

Penelitian yang mendukung yaitu penelitian oleh Habibi (2015) tentang pengaruh CBD (Ceramah, Brainstorming, Demonstrasi) terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) pada balita (6-24 bulan). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan perilaku baik pengetahuan, sikap dan tindakan dari ibu setelah dilakukan edukasi melalui ceramah, brainstormingi, dan demostrasi. Penelitian ini sama-sama memberikan pendidikan kesehatan kepada

responden dalam peningkatan sikap dan menggunakan metode serta media, tetapi metode yang digunakan berbeda yaitu peneliti hanya menggunakan ceramah dan

brainstorming. Metode ini semua peserta dituntut untuk berpikir untuk berbagi dengan anggota yang lain dalam 1 kelompok, kemudian pendapat yang disampaikan disepakati bersama, sehingga semua peserta akan cepat mengingat, memahami serta meningkatkan keyakinan dalam diri sendiri mengenai cara berperilaku yang baik, sehingga akan berpengaruh dalam pembentukan sikap responden. Penelitian yang selaras yaitu penelitian oleh Buanasari (2016) bahwa terdapat perubahan sikap ibu menjadi positif tentang pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini sama-sama menggunakan metode brainstorming, tetapi tidak menggabungkan dengan metode ceramah dalam penyampaian informasi tetang ASI eksklusif tersebut.

Sesuai penjelasan sebelumnya jika metode ceramah adalah cara mengajar yang sejak dulu ada, namun cukup membosankan oleh karena itu butuh ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya sehingga dapat menarik perhatian siswa. Beberapa keunggulan dalam metode ini antara lain dapat menyampaikan materi yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas (Anas 2014). Metode brainstorming digunakan untuk pemecahan suatu masalah dengan cepat, dimana metode ini melibatkan seluruh reponden untuk mengusulkan semua pendapatnya tentang dysmenorrhea dan penanganannya. Metode inisangat efektif dalam menambah pengetahuan namun juga sangat efektif dalam mengembangkan sikap positif karena mengenali peserta dari setiap anggota kelompok, namun kelemahannya tidak dapat memberi hasil yang maksimal jika para peserta tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang topik yang akan didiskusikan (Mubarak et al 2007). Oleh karena itu peneliti menggabungkan metode ceramahdengan metodebrainstorming. Penggabungan dua metode ini dapat mengubah

tingkat pengetahuan responden menjadi lebih baik dan dapat mengubah sikap responden dalam menangani dysmenorrhea.

Dokumen terkait