• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola Asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh” yang berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tepat.

Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau satu lembaga.20 Lebih jelasnya kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan hubungan sehingga orang tetap hadiri dan menjalani hidup secara sehat.21

Pola asuh dapat diartikan sebagai proses interaksi total antara orang tua dengan anak, yang mencakup proses pemeliharaan (pemberian makan, membersihkan dan melindungi) dan proses sosialisasi mengajarkan perilaku yang umum dan sesuai dengan aturan dalam masyarakat.22 Dengan kata lain pola asuh ini meliputi kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmani anak.

Pola asuh menurut Walgito adalah suatu model atau cara yang digunakan pendidik untuk mendidik anak dalam usaha membentuk

20 TIM Penyusun Kamus Pustaka Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) Cet 1, hlm. 692

21 Eleine Donelson, Asih, Asah, Asuh dan Keutamaan Wanita (Yogyakarta: Kanisius, 1990) Cet 1, hlm. 5

22 Seto Mulyadi, dkk, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Teori-Teori Baru dalam Psikologi, (Depok: Rajawali Pres, 2017), hlm. 184

18

pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakatpada umumnya.23 Dengan demikian sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang baik.

Menurut John W Santrock “Pengasuhan (parenting) memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit pendidikan moral mengenai tugas ini”. 24 dalam pengasuhan anak, orang tua kebanyakan mengeluarkan sisi emosi yang besar seperti emosi positif yaitu bahagia dan tertawa namun tidak jarang pula orang tua yang mengeluarkan emosi negatif dengan cara marah dan bersikap kasar.

Menurut Hasnida dalam bukunya Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini “Pola Asuh merupakan suatu ara pendidik dan pembinaan yang diberikan orang tua atau pendidik terhadap anak adalah mengasuh dan mendidiknya dengan penuh pengertian.”

Adapun Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan pernikahan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia dan menjawab secara jelas tentang suatu yang tidak dimengerti oleh anak.

23 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Penerbit Andi, 2010), hlm.

217

24 John W Santrock, Child Development, Terj Mila Rahmawati dkk, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2017), hlm. 163

19

Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya.25

Atas pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah upaya orang tua dalam mengasuh, merawat, membesarkan dan mendidik seorang anak yang dapat mempengaruhi kualitas anak baik biologis, psikologis, atau sosial. Dimana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat dan berorientasi untuk sukses.26

Dasar pengasuhan anak terdapat dalam firman Allah SWT.

Sebagai berikut:

َع ُةَراَجِحْلاَو ُساذنلا اَهُدْوُقَو اًر َنَ ْ ُكُْيِلْهَأَو ْ ُكُ َسُفْنَأ ْوُق اْوُنَماَء َنْيِ ذلَّا اَ هيَُّأَي لَم اَ ْيَْل

ٌدا َد ِش ٌظَلاِغ ٌةَكِئ

ًن ْو ُرَمْؤُي اَم َن ْوُلَعْفَيَو ْ ُهُ َرَمَأ اَم َالله َن ْو ُصْعَي ذلَّ

۶

“ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan“ (Qs.

At-Tahrim {66} : 6).

25 Adil Patawai Anar (2017), Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, diakses pada tanggal 06 Mei 2017 dari http://news.rakyatku.com/read/47833/2017/05/06/pengertian-orang-tua-serta-tanggung-jawabnya-terhadap-anak

26 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 5

20

Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu yang terdiri dari istri, anak dan saudara, kerabat, sahaya wanita dan laki-laki untuk taat kepada Allah. Kamu larang dirimu beserta keluargamu untuk tidak melakukan kemaksiatan. Kamu ajari dan didik mereka serta pimpin mereka dengan perintah Allah. Kamu perintahkan mereka untuk melaksanakannya dan kamu bantu mereka dalam merealisasikannya. Bila kamu melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah maka cegah dan larang mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim, yaitu mengajarkan kepada orang yang berada dibawah tanggung jawabnya segala sesuatu yang telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah SWT kepada mereka.27

Dari penafsiran Al-Qur’an diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk menjaga keluarga dari api neraka. Orang tua bertanggung jawab untuk mengasuh anak yaitu mendidik, menjaga, membimbing, mengajarkan dan mengarahkan anak-anak agar berperilaku baik sesuai dengan perintah agama.

2. Tipologi Pola Asuh Orang Tua

Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Dalam hal ini sejumlah penelitian telah mengkaji beragam jenis pola asuh yang digunakan para orang tua dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh yang berbeda-beda berkaitan erat dengan sifat kepribadian yang berbeda-beda pada anak.28

27 Ibnu Katsir, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Terj. Muhammad Nasib ar-Rifa’i, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 751

28 Eva Latifah, Psikologi Dasar, (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2017), hlm.

220

21

Menurut Elizabeth B Hurluck, sebagai ahli psikologi perkembangan mengatakan bahwa ada 3 pola asuh yaitu: Pola Asuh Otoriter, Pola Asuh Demokratis dan Pola Asuh Laisses Fire. Menurut Diana Baumrind (1967), seorang psikolog klinis dan perkembangan ada empat tipe pola asuh yang dapat dikembangkan dalam pengasuhan, yaitu: Pola Asuh Otoriter, Pola Asuh Demokratis, Pola Asuh Permisif, dan Pola Asuh Penelantar. Adapun menurut Stewart dan Koch (1983) terdiri dari tiga kecenderungan dari pola asuh orang tua yaitu: Pola Asuh Otoriter, Pola Asuh Demokratis dan Pola Asuh Permisif.29

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, pada dasarnya terdapat tiga pola asuh orang tua yang sering diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya menurut Hurlock. Pola asuh tersebut antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga pola asuh tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pola asuh otoriter (Authoritarian Parenting)

Menurut Santrock (2011) pola asuh otoriter adalah gaya membatasi dan menghukum ketika orang tua memaksa anak-anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka. Hurlock menjelaskan bahwa penerapan pola asuh otoriter sebagai disiplin orang tua secara otoriter yang bersifat disiplin tradisional. Dalam disiplin yang otoriter orang tua menetapkan peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan tersebut. Anak tidak diberikan penjelasan mengapa harus

29 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,..., hlm. 11-12

22

patuh dan tidak diberi kesempatan mengemukakan pendapat meskipun peraturan yang ditetapkan tidak masuk akal.30

Pola asuh otoriter merupakan pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.31 Sesuai namanya, pola asuh otoriter merupakan pola asuh di mana orang tua membuat suatu peraturan sepihak yang harus dilakukan dan dituruti oleh anak tanpa melihat apakah anak menyukainya atau tidak. Dengan kata lain, pola asuh semacam ini terlihat seperti memaksakan kehendak pada anak.32

Banyak aspek yang menyebabkan orang tua menetapkan pola asuh ini terhadap keluarga dan anaknya. Beberapa aspek penyebab tersebut bisa karena kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan anak, menegakkan wibawa dan kekuasaan, sikap tidak mau disalahkan, menghentikan argumentasi, membungkam sikap kritis anak, atau karena memang memiliki keinginan untuk memaksakan kehendak.33

Pola asuh otoriter lebih banyak menerapkan pola asuhnya dengan aspek-aspek sebagai berikut:34

1) Orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman anaknya.

30 Nur Istiqomah Hidayati, Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Keerdasan Emosi, dan Kemandirian Anak SD, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No. 01, Januari 2014, hlm. 3

31 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,..., hlm. 12

32 Shantika Ebi CH, Golden Age Parenting, (Bantul: PT Anak Hebat Indonesia, 2017), hlm. 52

33 Shantika Ebi CH, Golden Age Parenting,..., hlm. 53

34 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,..., hlm. 13

23

2) Orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berdialog, mengelola dan mengemukakan pendapat, anak harus menuruti kehendak orang tua tanpa peduli keinginan dan kemampuan anak.

3) Orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak walaupun tidak sesuai dengan keinginan anak.

4) Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk berinisiatif dalam bertindak dan menyelesaikan masalah.

5) Orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

6) Orang tua menuntut anaknya untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak harus bertanggung jawab.

Pola pengasuhan yang seperti ini dapat berdampak buruk pada anak, dengan mengikuti semua peraturan yang dibuat oleh orang tuanya dapat menjadikan anak kurang percaya diri, menjadi pribadi yang pendiam, kurang kreatif dan inisiatif bahkan tidak menutup kemungkinan anak dengan pola pengasuhan otoriter dapat mengalami stres dan depresi berat karena hidup dibawah tekanan.

Jika dilihat dari segi positif pola pengasuhan otoriter ini dapat menjadikan anak menjadi penurut dan cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan yang terapkan orang tua. Namun, ketika beranjak dewasa, anak dengan pola pengasuhan otoriter juga bisa menentang dan tidak mau menuruti permintaan orang tuanya. Bisa jadi juga si anak menyimpan dendam dan rasa benci karena orang tua

24

yang slalu menghukum dan memaksanya. Karena itu pola asuh otoriter sebaiknya kita hindari.35

b. Pola asuh permisif (Permissive Parenting)

Menurut Dariyo (2011:207) bahwa “Pola asuh permisif ini orang tua justru merasa tidak peduli dan cenedrung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya.” Sedangkan menurut Yatim dan Irwanto (1991:96-97) bahwa : Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat.36

Pola asuh permisif dapat diartikan juga dengan pola asuh orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Adapun kecenderungan orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

35 Shantika Ebi CH, Golden Age Parenting, (Bantul: PT Anak Hebat Indonesia, 2017), hlm. 5

36 Isni Agustiawati,2014 Pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 26 Bandung. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. 2014. Hlm. 14-15

25

Sifat-sikap dimiliki orang tua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh anak.37

Pola asuh ini sering dimiliki oleh orang tua yang sibuk bekerja. Orang tua cenderung menyerahkan tanggung jawabnya kepada baby sitter dan hanya berkomunikasi dengan anak seperlunya saja. Saat anak ingin bercerita tentang teman ataupun sekolahnya, orang tua akan lebih memilih untuk mengerjakan berbagai pekerjaan kantornya.

Padahal, sejatinya seorang anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Karena itulah, anak yang hidup dengan pola asuh seperti ini biasanya kekurangan perhatian dan kasih sayang yang membuatnya memiliki perilaku yang salah. Ada anak yang menjadi pribadi tertutup dan ada juga yang justru menjadi pribadi yang keras. Selain itu, anak dengan pola pengasuhan ini dapat menjadi pribadi yang bebas dalam bergaul karena tidak ada orang yang memerhatikannya atau menegurnya saat ia melakukan kesalahan.38

Pada pola pengasuhan permisif, orang tua menerapkan pola pengasuhannya dengan aspek-aspek sebagai berikut:39

1) Orang tua tidak peduli terhadap pertemanan atau persahabatan anaknya.

2) Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya. Jarang sekali melakukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta pertimbangan.

37 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,...hlm. 14

38 Shantika Ebi CH, Golden Age Parenting, (Bantul: PT Anak Hebat Indonesia, 2017), hlm. 55

39 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,...hlm. 15

26

3) Orang tua tidak eduli terhadap pergaulan anaknya dan tidak perlu menentukan norma-norma yang harus diperhatikan dalam bertindak.

4) Orang tua tidak peduli dengan masalah yang dihadapi anaknya.

5) Orang tua tidak peduli dengan kegiatan kelompok yang diikuti anaknya.

6) Orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang dilakukannya.

Orang tua tipe permisif akan menerima, responsif, sedikit memberikan tuntutan pada anaknya. Namun dengan begitu dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh atas sikap-sifat anak, seperti :40

a) Bersikap impulsif dan agresif b) Suka memberontak

c) Kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri d) Suka mendominasi

e) Tidak jelas arah hidupnya f) Prestasinya rendah

c. Pola asuh demokratis (Authoritative Parenting)

Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan acara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran.41

40 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,..., hlm. 15

41 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,..., hlm. 16

27

Menurut ahli dan akademisi, polo asuh demokratis merupakan pola asuh paling ideal diantara pola asuh lainnya. Orang tua dengan pola asuh demokratis memiliki cara dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu yang anak ingin lakukan, namun tetap dalam pengawasan, kontrol dan juga bimbingan dari orang tua.

Pada umumnya pola asuh demokratis menunjukkan ekspresi penuh cinta dan tanggap kepada anak-anaknya. Mereka menunjukkan kehangatan, kepekaan pada kebutuhan anak-anak, serta mampu mengembangkan pola komunikasi yang baik sejak dini. Batasan-batasan perilaku selalu didiskusikan, disesuaikan dan diterapkan secara tegas tetapi hukuman yang diberikan tidak keras. Orang tua dengan pola asuh ini cenderung menghindari teknik-teknik yang mengedepankan kekuasaan.42

Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah (two ways communication). Kedudukan antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak (win win solution). Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya apa yang dilakukan anak tetap harus ada di bawah pengasuhan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan.43

42 Janet Kay, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hlm. 42

43 Helmawati, Pendidikan dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 139

28

Orang tua yang memilih pola pengasuhan demokratis selalu menerapkan pola pengasuhannya dengan aspek-aspek sebagai berikut:44

1) Orang tua bersikap acceptance dan mengontrol tinggi.

2) Orang tua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.

3) Orang tua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

4) Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk.

5) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak.

6) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.

7) Orang tua menjadikan dirinya sebagai model panutan bagi anak.

8) Orang tua hangat dan berupaya membimbing anak.

9) Orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan.

10) Orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam keluarga, dan

11) Orang tua menghargai disiplin anak.

Adapun dampak dari pola asuh ini dapat membentuk perilaku anak seperti:

a) Memiliki rasa percaya diri b) Bersikap bersahabat

c) Mampu mengendalikan diri (self control) d) Bersikap sopan

e) Mau bekerja sama

44 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 17

29

f) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

g) Mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas h) Berorientasi terhadap prestasi

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan ataupun menghambat kemampuan berpikir kritis anak. Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat-pendapat anggota keluarganya, maka ia akan menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif dan percaya diri.

Lain halnya jika seorang anak dibesarkan dengan pola asuh yang mengutamakan kedisiplinan yang tidak diimbangi dengan toleransi, wajib mentaati peraturan dan selalu memaksakan kehendak.

Maka generasi yang muncul adalah generasi yang tidak memiliki visi di masa depan, tidak memiliki keinginan untuk maju di masa depan.45

Begitu pula dengan kemampuan berpikir kritis anak dapat diukur dari pola pengasuhan orang tua dalam kesehariannya. Dalam pola pengasuhan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi serta melatarbelakangi orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan pada anak-anaknya. Menurut Hurlock, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, antara lain:

45 Yeni Rahmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 8

30 a) Tingkat sosial ekonomi

Orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan orang tua yang berasal dari sosial ekonomi rendah. Orang tua dengan status sosial ekonomi niasanya lebih memberikan kebebasan kepada si anak untuk explore atau mencoba hal-hal yang lebih bagus. Sementara orang tua dengan status ekonomi lebih rendah lebih mengajarkan anak kerja keras.46

b) Tingkat pendidikan

Latar belakang pendidikan orang tua atau tinggi rendahnya pendidikan orang tua akan cenderung berbeda dalam menerapkan pola asuh terhadap anak.47 Orang tua memiliki banyak informasi tentang pengasuhan tentu saja melalui buku, seminar dan lain-lain akan lebih terbuka untuk mencoba pola asuh yang baru di luar didikan orang tuanya.

c) Kepribadian orang tua

Kepribadian orang tua meliputi bagaimana pengalaman pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Terkadang orang tua bisa mempraktekkan hal-hal yang pernah ia dengar dan rasakan dari orang tuanya sendiri.

46 Aku Ibu Sehat (2018), 10 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlok, diakses pada tanggal 19 Juli 2018 dari

https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Tips-si-Kecil/3-6-Tahun/10-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Pola-Asuh-Orang-Tua-Menurut-Hurlock

47 Dessy Izzatun Nisa, 2019 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini (Studi Kasus Wali Murid Pada Kelas B1 Di RA Permata Belia Kalipancur Ngaliyan Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018). Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 2019. Hlm. 11

31 d) Jumlah anak

Jumlah anak menentukan pola asuh yang diterapkan orang tua.

Orang tua yang memiliki banyak anak cenderung mengasuh dengan pola asuh yang berbeda-beda. Sedangkan orang tua yang hanya memiliki sedikit anak, maka orang tua akan cenderung lebih intensif dalam mengasuh anak.48

e) Agama atau keyakinan

Nilai-nilai agama juga mempengaruhi pola asuh anak. Mereka akan berbicara tentang apa yang dia ketahui benar-benar akan dilakukan dengan baik, sopan, terima kasih atau syarat. Semakin kuat keyakinan orang tua, semakin kuat pula pengaruhnya kompilasi mengasuh si kecil.49

f) Pengaruh Lingkungan

Orang tua muda atau yang baru memiliki anak, akan menjadikan suatu pengalaman itu sebagai pembelajaran. Pengalaman dari orang-orang di sekitarnya baik keluarga atau teman-teman. Baik atau buruk pendapat yang dia dengar akan dia balikan untuk dipraktekkan ke anak-anaknya.

48 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Masa edisi ke V, (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm.. 234

49 Aku Ibu Sehat (2018), 10 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlok, diakses pada tanggal 19 Juli 2018 dari https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Tips-si-Kecil/3-6-Tahun/10-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Pola-Asuh-Orang-Tua-Menurut-Hurlock

32

Sedangkan menurut Santrock, menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orang tua dalam keluarga, diantaranya:50

a) Penurunan metode pola asuh yang didapatkan sebelumnya

Orang tua menerapkan pola asuh kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang didapatkan sebelumnya.

b) Perubahan budaya

Dalam hal pengasuhan seperti nilai, norma serta adat istiadat antara dahulu dan sekarang.

Berdasarkan beberapa faktor tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua antara lain: status sosial ekonomi, kepribadian orang tua, tingkat pendidikan, jumlah anak, agama atau keyakinan, pengaruh lingkungan, pengalaman pola asuh orang tua dan pengaruh budaya.

4. Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua

Dari Pola pengasuhan yang sudah disebutkan sebelumnya, setiap pola asuh memiliki ciri khas tersendiri. Berikut akan dijelaskan ciri-ciri dari masing-masing pola asuh.

Pola asuh Otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.

• Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat.

50 Dessy Izzatun Nisa, 2019 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini (Studi Kasus Wali Murid Pada Kelas B1 Di RA Permata Belia Kalipancur Ngaliyan Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018). Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 2019. Hlm. 12

33

• Anak hampir tidak pernah memberi pujian.

• Orang tua yang tidak mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.

Lain halnya dengan pola asuh permisif yang memiliki ciri sebagai berikut:

• Orang tua bersikap aeptance tinggi namun kontrolnya rendah, anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri.

• Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.

• Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hampir tidak pernah menggunakan hukuman.

Selain kedua pola asuh di atas, pola asuh demokratis juga memiliki ciri sebagai berikut:

• Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal.

• Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

• Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat orang tua menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika terbukti anak secara sadar menolak melakukan apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih bersikap edukatif.

• Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.

• Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

Dokumen terkait