• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN DIVERSI DALAM SISTEM HUKUM DI

C. Konsep Restoratif justice

Konsep restoratif justice diawali dari pelaksanaan sebuah program penyelesaian kasus pidana yang dilakukan oleh anak diluar mekanisme peradilan konvensional yang dilaksanakan oleh masyarakat yang disebut victim offender

62Elisabet Juniarti, Fatwa Fadilah, Edy Ikhsan, Marjoko, M.Mitra Lubis, Op.Cit. hal, 22.

63Ibid,hal, 23.

mediation program ini dilaksanakan di negara kanada pada tahun 1970. Program ini pada awalnya dilakukan sebagai tindakan alternatif dalam memberikan hukuman yang terbaik bagi anak pelaku tindak pidana. Pelaku dan korban dipertemukan terlebih dahulu dalam suatu perundingan untuk menyusun suatu usulan hukuman bagi anak pelaku yang kemudian akan menjadi pertimbangan bagi hakim untuk memutus perkara ini. Program ini menganggap pelaku dan korban sama-sama mendapatkan manfaat yang sebaik-baiknya sehingga dapat mengurangi angka residivis dikalangan anak-anak pelaku tindak pidana serta memberikan rasa tanggng jawab bagi masing-masing pihak.64

Konsep restoratif justice, proses penyelesaian tindakan pelanggaran hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa korban dan pelaku (tersangka) bersama-sama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama-sama berbicara. Dalam pertemuan tersebut mediator memberikan kesempatan kepada pihak pelaku untuk memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai tindakan yang telah dilakukannya.65

Pihak pelaku yang melakukan pemaparan sangat mengharapkan pihak korban untuk dapat menerima dan memahami kondisi dan penyebab mengapa pihak pelaku melakukan tindak pidana yang menyebabkan kerugian pada korban.

Selanjutnya dalam penjelasan pelaku juga memaparkan tentang bagaimana dirinya bertanggung jawab terhadap korban dan masyarakat terhadap korban dan masyarkat atas perbuatan yang telah dilakukannya. Selama pihak pelaku memaparkan tentang tindakan yang telah dilakukanya dan sebab-sebab mengapa

64Marlina, Op.Cit,hal,74.

65Marlina, Op.Cit. hal 180.

46

sampai tindakan tersebut dilakukan pelaku, korban wajib mendengarkan dengan teliti penjelasan pelaku. Selanjutnya pihak korban dapat memberikan tanggapan atas penjelasan pelaku. juga hadir pihak masyarakat yang mewakili kepentingan masyarakat. Wakil masyarakat tersebut memberikan gambaran tentang kerugian yang diakibatkan oleh telah terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku.

Dalam paparanya tersebut masyarakat mengharapkan agar pelaku melakukan suatu perbuatan atau tindakan untuk memulihkan kembali keguncangan/kerusakan yang telah terjadi karena perbuatanya.66

Wright M menjelaskan bahwa konsep restoratif justice (keadilan restoratif) pada dasarnya sederhana. Ukuran keadilan tidak lagi berdasarkan pembalasan setimpal dari korban kepada pelaku (baik secara fisik, psikis atau hukuman) namun perbuatan menyakitkan itu disembuhkan dengan memberikan dukungan kepada korban dan masyarakat, pelaku untuk bertanggung jawab, dengan bantuan hukum keluarga dan masyarakat bila diperlukan.

Penanganan anak yang berhadapan dengan hukum konsep pendekatan restoratif justice sistem (keadilan restoratif) menjadi sangat penting karena menghormati dan tidak melanggar hak anak. Restoratif justice sistem setidak-tidaknya bertujuan untuk memperbaiki/memulihkan to restore perbuatan kriminal yang dilakukan anak dengan tindakan yang bermanfaat bagi anak, korban dan lingkungannya67

Konsep pendekatan restoratif justice merupakan suatu pendekatan yang lebih menitikberatkan pada kondisi terciptanya keadilan dan keseimbangan bagi

66Ibid, hal, 180-181

67Diah Sulastri Dewi, Implementasi Restoratif Justice Di Pengadilan Anak Indonnesia, Varia Peradilan, Jakarta, tahun XXVI No.306 Mei 2011, hal 82-83.

pelaku tindak pidana serta korbannya. Mekanisme tata acara dan peradilan pidana yang berfokus pada pemidanaan diubah menjadi proses dialog dan mediasi untuk menciptakan kesepakatan atas penyelesaian perkara pidana yang lebih adil dan seimbang bagi pihak korban dan pelaku.68

Restoratif justice itu sendiri memiliki makna keadilan yang merestorasi, apa yang sebenarnya direstorasi?. Didalam proses peradilan pidana konvensional dikenal adanya restitusi atau ganti rugi terhadap korban, sedangkan restorasi memiliki makna yang lebih luas. Restorasi meliputi pemulihan hubungan antara pihak korban dan pelaku. Pemulihan hubungan ini bisa didasarkan atas kesepakatan bersama antara korban dan pelaku. Pihak korban dapat menyampaikan mengenal kerugian yang dideritanya dan pelaku pun diberi kesempatan untuk menebusnya, melalui mekanisme ganti rugi, perdamaian, kerja sosial, maupun kesepakatan-kesepakatan lainnya.69

Persoalan pelaku tindak pidana anak, bukan hanya persoalan di Indonesia saja, tetapi merupakan masalah dunia. Dalam kehidupan masyarakat diberbagai penjuru dunia, terdapat perilaku anak yang dianggap menyimpang disekitarnya.

Sehubungan dengan hal itu United Nations Children Fund (UNICEF) mengembangkan konsep Restorstif Justice untuk melindungi pelaku tindak pidana anak. Konsep resotratif justice atau keadilan pemulihan dari UNICEF didasarkan

68Lanka Asmar, Kebijakan Penegakan Keadilan Hukum Restoratif Justice,Varia Peradilan, Jakarta, tahun No.381 Agustus 2017, hal 122

69Ibid, hal 122-123

48

pada instrumen-instrumen hukum internasional bagi anak yang mempunyai masalah hukum yaitu.70

1) Resolusi Majelis Umum PBB 40/33, tanggal 29 November 1985, mengenai “ United Nations Standard Minimum Rules For The Administration Of Juvenile Justice” ( ‘The Beijing Rules”).

2) Resolusi Majelis Umum PBB 44/25, tanggal 20 november 1989, mengenai “ Convention On The Rights Of the Child’’ (konvensi hak anak-anak)

3) Resolusi Majelis Umum PBB 45/12, tanggal 14 desember 1990 mengenai “ United Nations Guidelines For The Prevention Of Juvenile Delinquency (“the Riyadh Guidelines”)

4) Resolusi Majelis Umum PBB 45/113, tanggal 14 desember 1990, mengenai

“United Nations Rules for the Protection of Juvenile Deprived of their Liberty”

Proses pemulihan menurut konsep Restoratif justice adalah melalui diversi yaitu, pengalihan atau pemindahan dari proses peradilan kedalam proses alternatif penyelesaian perkara, yaitu melalui musyawarah pemulihan atau mediasi. Langkah pengalihan dibuat untuk menghindarkan anak dari tindakan hukum selanjutnya dan untuk dokumen komunitas, disamping itu pengalihan bertujuan untuk mencegah pengaruh negatif dari tindakan hukum berikutnya yang dapat menimbulkan stigmatisasi. Pengalihan dapat dilakukan atas dasar kewenangan diskresi dari penyidik atau penuntut umum atau hakim, sesuai dengan tingkat pemeriksaan melalui suatu penetapan. Apabila perkaranya tidak

70Wagiati Soetedjo, Melani,,Hukum Pidana Anak, PT Refika Aditama, Bandung,Cetakan ke-IV,edisi revisi,2013, hal,113-134.

dapat diselesaikan secara mediasi sistem peradilan pidana anak harus mengacu pada due procces of law , sehingga Hak Asasi anak yang diduga melakukan tindak pidana dan/ atau telah terbukti melakukan tindak pidana yang dapat dilindungi.71

Restoratif justice adalah suatu proses ketika semua pihak yang berhubungan dengan tindak pidana tertentu, duduk bersama-sama untuk memecahkan masalah dan memikirkan bagaimana mengatasi akibat dimasa mendatang. Keadilan untuk anak, adalah bagaimana Restoratif justice diterapkan.

Defenisi tersebut mensyaratkan adanya suatu kondisi tertentu yang menempatkan keadilan restoratif sebagai nilai dasar yang dipakai dalam merespons suatu perkara pidana. Dalam hal ini disyaratkan adanya keseimbangan fokus perhatian antara kepentingan pelaku dan korban serta memperhitungkan pula dampak penyelesaian perkara pidana tersebut dalam masyarakat. Karena kelemahan dari peradilan pidana yang ada saat ini adalah pada posisi korban dan masyarakat yang belum mendapatkan posisinya sehingga kepentingan keduanya menjadi terabaikan. Sementara dalam model penyelesaian perkara pidana dengan menggunakan pendekatan keadilan restoratif peran aktif kedua pihak ini menjadi penting di samping peran pelaku.72

Restoratif Justice berbeda dengan peradilan pidana biasa dalam beberapa hal:pertama, melihat tindakan kriminal secara komprehensif. Tidak saja mendefinisikan kejahatan sebagai pelanggaran hukum semata, namun memahami

71Ibid,hal, 134-135.

72Hosiana M. Sidabalok, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Pemerkosaaan Yang Dilakukan Oleh Anak, Varia Peradilan, Jakarta, Tahun No. 325 Desember 2012,hal, 44-45.

50

bahwa pelaku merugikan korban, masyarakat bahkan dirinya sendiri. Kedua, Restoratif justice melibatkan banyak pihak dalam merespons kejahatan, tidak hanya sebatas permasalahan pemerintahan dan pelaku kejahatan, melainkan permasalahan korban dan masyarakat. Terakhir,Restoratif Justice mengukur kesuksesan dengan cara yang berbeda, tidak hanya dari seberapa besar hukuman yang dijatuhkan, namun juga mengukur seberapa besar kerugian yang dapat dipulihkan atau dicegah.73

Konsep Restoratif Justice telah digulirkan sebagai alternatif penanganan perkara pidana dengan pelaku anak. Konsep ini mengakomodasi nilai-nilai yang ada dalam Konvensi hak anak yaitu pendekatan kesejahteraan dan kesepadanan.

Restoratif Justice merupakan pendekatan import dari barat. Namun sebenarnya tidak demikian, karena Restoratif Justice diadopsi dari nilai-nilai positif yang berkembang di masyarakat dan tidak melanggar Hak asasi manusia dari bangsa-bangsa di dunia, yaitu cara penyelesaian melalui musyawarah.74

Dokumen terkait