• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN DIVERSI DALAM SISTEM HUKUM DI

C. Mekanisme diversi Pada tahap penyidikan, penuntutan,

3. Tahap diversi dipengadilan

Dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak upaya wajib dilakukan diversi pada tingkat pemeriksaan di sidang anak (tahap Pengadilan) diatur dalam ketentuan Pasal 7, Pasal 14 dan Pasal 52 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Apabila diperinci, diversi dilakukan di tingkat pemeriksaan di sidang Pengadilan anak lazimnya dalam praktik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut;142

a. Setelah menerima berkas perkara dari penuntut umum, ketua pengadilan wajib menetapkan hakim anak atau majelis hukum anak untuk menangani perkara anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima berkas perkara.

b. Hakim wajib mengpayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh ketua Pengadilan Negeri. Pada praktik peradilan, yang melakukan diversi disebut sebagai Fasilitator diversi yakni hakim anak yang ditunjuk oleh ketua Pengadilan untuk menangani perkara anak yang bersangkutan (Pasal 1 angka 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 tahun 2014). Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan pihak-pihak terkait dan dilakukan untuk mencapai kesepakatan diversi melalui pendekatan keadilan restoratif.

c. Apabila pelaku maupun korban setuju untuk dilakukan diversi maka hakim anak, Pembimbing Kemasyarakatan, Bapas dan Pekerja sosial Profesional memulai proses diversi penyelesaian perkara dengan melibatkan pihak terkait.

Proses diversi tersebut dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari, dengan diawali adanya penetapan hakim anak/ Majelis hakim anak tentang Penetapan

142Ibid, hal,122-139.

96

hari diversi dan proses diversi dapat dilaksanakan diruang mediasi Pengadilan Negeri dan kemudian dibuatkan berita acara proses diversi baik yang berhasil maupun yang gagal sebagaimana lampiran I, II, III dan IV, Peraturan Mahkamah Agung No. 4 tahun 2014 tanggal 24 Juli 2014 sebagaimana dibawah ini.

Pada halaman selanjutnya penulis membuat skema proses pelaksanaan diversi pada tingkat hakim (Pengadilan) yang berkaitan dengan tahap diversi di pengadilan.

Diversi Oleh Hakim Anak143 t

Skema Diversi oleh Pengadilan Negeri

143Ibid, hal 139.

Tindak Pidana Anak

Wajib Upaya Diversi

Penetapan Hasil Musyawarah Diversi

Musyawarah Diversi (Fasilitator Diversi)

Para Pihak Tidak Setuju

Persidangan sesuai dengan prosedur persidangan anak Para Pihak Setuju Dilakukan Diversi

Proses Diversi

Diversi Berhasil Diversi Gagal

Kesepakatan Diversi Penetapan Diversi KPN/Pengadilan

Pelaksanaan Diversi dengan

menerbitkan penetapan penghentian pemeriksaan perkara

Kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan sepenuhnya

Persidangan sesuai dengan prosedur persidangan anak

98

D. Hakim anak dalam melakukan musyawarah diversi.

Untuk melaksanakan diversi diperlukan beberapa hal yang berkaitan dengan persyaratan, tempat, metode, para pihak yang dilibatkan, dan langkah-langkah musyawarah yang memenuhi kriteria hukum. Hal-hal yang diperlukan dalam proses diversi dan tahapannya adalah sebagai berikut.144

1. Persyaratan Objektif dan Subjektif perkara yang dapat Di diversi di Pengadilan Negeri

Sebelum proses diversi dilakukan oleh hakim, hakim anak harus memastikan persyaratan perkara yang dapat di diversi harus memenuhi persyaratan objektif dan subjektif sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (2).

Persyaratan objektif, yaitu bahwa perkara tindak pidana yang akan diproses diversi adalah pelaku tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun. Persyaratan subjektif adalah anak tersebut bukan merupakan melakukan pengulangan tindak pidana. Jika persyaratan tersebut dipenuhi, maka hakim anak wajib melakukan proses diversi.

2. Rentang waktu maksimum proses diversi

Hakim anak wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri sebagai hakim (Pasal 52 ayat (2). Jika hakim belum melakukan diversi terhitung 7 (tujuh) sejak ditetapkan sebagai hakim yang akan memeriksa perkara anak, maka hakim tersebut terancam pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.200.000.000.,-(dua ratus juta rupiah) sebagaimana diatur dalam Pasal 96.

144Sri Sutatiek, Konkretisasi Pendekatan Keadilan Restoratif Justice Melalui Diversi Oleh Hakim Anak di Pengadilan negeri, Varia Peradilan, Jakarta, Tahun No. 323 Oktober 2012, hal 61-65.

3. Asas diversi

Dalam melaksanakan diversi, hakim wajib menggunakan asas sebagaimana diatur dalam Pasal 2, yaitu perlindungan, keadilan, nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, pembinaan dan pembimbingan anak, proporsional, perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir (ultimum remedium), dan penghindaran pembalasan.

4. Tempat diversi

Diversi oleh Hakim Anak di Pengadilan Negeri dilakukan diruang mediasi sesuai dengan Pasal 52 ayat (4). UU SPPA.

5. Teknik proses diversi

Proses diversi dilakukan dengan teknik musyawarah sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) UU SPPA.

6. Pihak yang dilibatkan dalam diversi

Pihak yang wajib dilibatkan dalam diversi adalah anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restoratif sesuai dengan Pasal 8 ayat (1). Selain itu dapat pula ditambah dengan tenaga kesejahteraan sosial, dan/ atau masyarakat (ayat(2)). Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh kuasanya dengan surat kuasa khusus, baik oleh advokad maupun orang lain yang dipercaya. Pihak ketiga yang ditemukan oleh Undang-undang dapat turut serta dan menggabungkan diri dalam proses musyawarah, apabila terdapat unsur kepentingan yang terkait dan keturutsertaanya disepakati 100

oleh pihak pelaku dan korban serta disetujui oleh hakim yang memimpin musyawarah.

7. Pendamping, pembimbing, dan pengawas diversi.

Selama proses diversi berlangsung sampai dengan kesepakatan diversi dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan wajib melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan sesuai dengan Pasal 14 ayat (2) UU SPPA.

8. Tahapan Musyawarah dalam proses diversi

Agar musyawarah dapat berjalan efesien dan efektif, perlu ada tahapan musyawarah dalam proses diversi sebagai berikut:

a. Ketua Pengadilan Negeri mengundang para pihak yang akan dilibatkan dalam musyawarah untuk proses diversi secara patut.

b. Hakim anak membuka musyawarah yang sudah dihadiri oleh para pihak sebelum memulai musyawah, hakim anak melakukan beberapa hal sebagai berikut:

1) Memperkenalkan diri dan menjelaskan posisinya sebagai pihak yang mempunyai kewajiban melakukan musyawarah dalam rangka diversi sebagai pelaksanaan UU SPPA dan berposisi netral.

2) Menjelaskan urgensi dan relevansi diversi sebagai salah satu bentuk penyelesaian perkara tindak pidana anak.

3) Menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses penyelesaian sengketa tindak pidana melalui musyawarah dalam rangka diversi.

4) Menjelaskan bahwa para pihak yang bermusyawarah mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapat masing-masing.

5) Memberi kesempatan kepada para pihak untuk memberikan usulan tentang proses musyawarah.

c. Hakim membuka musyawarah dalam rangka diversi, dan menyatakan bahwa musyawarah tersebut bersifat tertutup untuk umum.

d. Proses musyawarah dilanjutkan dengan identifikasi masalah dengan cara hakim menyilakan para pihak megemukakan tuntutan dan alternatif pemenuhan tuntutan, serta penyebab kegagalan diskresi pada tahap penyidikan dan penuntutan. Untuk itu , hakim memberi kesempatan kepada kedua pihak/pihak yang hadir untuk menyiapkan resume penyelesaian perkara tindak pidana anak baik secara lisan maupun tertulis.

e. Setelah menginventarisasi permasalahan dan alternatif penyelesaian yang disampaikan para pihak, hakim menawarkan beberpa alternatif solusi kepada pihak, dalam memberikan alternatif solusi, hakim sebagai inisiator musyawarah wajib memerhatikan beberapa faktor berikut, yaitu kepentingan korban kesejahteraan dan tanggung jawab anak, penghindaran stigme negatif, penhindaran pembalasan, keharmonisan masyarakat, kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (3). Selain itu, hakim anak wajib mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas, dan dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) UU SPPA.

102

f. Jika terjadi kebuntuhan (deadlock) dalam musyawarah, hakim dapat melakukan kaukus. Hakim menyilakan para pihak untuk melakuan Loby beberapa saat agar para pihak membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencari alternatif solusi.

g. Sebelum mengambil kesimpulan, hakim memberikan kesempatan kepada para pihak untuk merumuskan pendapat akhir atas perkara tersebut.

h. Hakim menutup musyawarah dan menyatakan apakah musyawarah berhasil atau gagal.

1) Dalam hal tidak diperoleh kesepakatan dalam musyawarah, hakim menyatakan proses musyawarah gagal, karena itu perkara tindak pidana anak akan dilanjutkan dalam tahap persidangan. Sesuai dengan ketentuan pasal 52 ayat (6) bahwa, dalam diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara dilanjutkan ketahap persidangan.

2) Dalam hal diperoleh kesepakatan, hakim merumuskn kesepakatan tersebut secara tertulis dalam suatu kesepakatan diversi. Setelah surat kesepakatan tersebut disetujui dan ditandatangani para pihak dan hakim, selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Sebagai implementasi dari ketentuan pasal 52 ayat (5) dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, hakim menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat Penetapan. Dalam hal musyawarah dilakukan oleh kuasa hukum untuk mewakili sebagian para pihak, maka dalam laporan kesepakatan harus dilampiri dengan pernyataan persetujuan tertulis dari para pihak sebagai

tanda persetujuan. Sebagai pelaksana ketentuan Pasal 9 ayat (2), bahwa kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga anak korban serta kesedian anak dan keluarganya, kecuali untuk, a. Tindak pidana yang berupa pelanggaran b. Tindak pidana ringan, c.

Tindak pidana tanpa korban, d. Nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum propinsi setempat.

9. Akibat setelah terjadinya kesepakatan diversi.

a. Kesepakatan diversi wajib dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari sesuai ketentuan Pasal 52 ayat (3). Jika diversi sudah dilaksanakan dalam jangka waktu tersebut dan berhasil maka proses perkara tindak pidana tidak dilanjutkan ke tahapan persidangan. Pelaku tindak pidana dan pihak-pihak terkait akan mendapatkan penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri yang isinya menetapkan bahwa perkara tindak pidana anak sudah diselesaikan melalui diversi dan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, menurut penulis penetapan Ketua Pengadilan Negeri tersebut juga diumukan secara transparan agar masyarakat mengetahui bahwa perkara tersebut telah selesai melalui diversi.

b. Pengawasan atas proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan yang dihasilkan berada pada atasan langsung pejabat yang bertanggungjawab disetiap tingkatrt pemeriksaan sesuai dengan pasal 14 ayat (1). Dalam hal ini bertanggung jawab adalah Ketua Pengadilan Negeri dimana proses diversi dilakukan.

104

c. Dalam hal kesepakatan diversi tidak dilaksanakan dalam waktu yang ditentukan, yaitu 30 hari setelah diversi disepakati, menurut pasal 14 ayat (3) Pembimbing kemasyarakatan segera melaporkaannya kepada pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hal ini Ketua Pengadilan Negeri. Pejabat yang bertanggung jawab dalam DIVERSI dalam hal ini ketua Pengadilan Negeri, wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari sesuai pasal 14 ayat (4) yaitu melanjutkan penyelesaian perkara tindak pidana ke tahap persidangan (Pasal 52 ayat (6)).

BAB IV

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK TERHADAP KASUS NARKOTIKA DAN

PENCURIAN (studi kasus No 51/Pid.Sus.Anak/2017/PN/Mdn dan No.39/Pid.Sus.Anak/2017/PN/Mdn).

A. KASUS PENCURIAN, FAKTA HUKUM, KESEPAKATAN DIVERSI, UNSUR-UNSUR KASUS

1. Kasus Pencurian

Pada hari kamis tanggal 25 Mei 2017 sekira pukul 21.00 Wib, yaitu di Jalan Abdul Manaf Lubis No.39 Kel Helvetia tepatnya di Toko sepatu Big Three Store melakukan pencurian terhadap 1 (satu) unit sepeda motor merek Honda Vario warna orange, tahun pembuatan 2012 No Polisi BK 5222 ADA, No rangka MHIJFB11XCK257904, No Mesin JFBIE-1253721 Atas Nama Titin Widarti.

Terdakwa Robbi Pratama melakukan pencurian sepeda motor milik korban dengan cara datang bersama dengan YOGI (DPO) dengan mengendarai sepeda motor milik YOGI (DPO) Honda beat warna hitam lalu terdakwa membuka kunci stang sepeda motor korban dengan menggunakan 1 (satu) potong besi yang ujungnya diruncingkan dan 1 (satu) buah kunci ring pas ukuran 8 milik REZA KELING yang dibawa oleh YOGI (DPO) sementara YOGI (DPO) menunggu di sepeda motornya yang berjarak 3 (tiga) meter dari sepeda motor korban, terdakwa berhasil membuka kunci stang sepeda motor korban dan pada saat hendak melarikan sepeda motor korban seorang laki-laki yang kemudian diketahui bernama SATRIA PERDANA SIREGAR berteriak maling dan mengejar terdakwa. Lalu terdakwa berhasil diamankan warga dan polisi datang lalu membawa nya ke Polsek Medan Helvetia. Adapun kerugian korban adala ditaksir sebesar Rp 12.000.000.00 (dua belas juta rupiah)

106

2. Fakta hukum

Fakta-Fakta hukum yang diperoleh selama Penyidikan dan Proses Tahap II Penuntutan:

1. Benar bahwa Terdakwa ditangkap oleh warga masyarakat

2. Benar bahwa Terdakwa di tangkap di tempat kejadian pada hari kamis tanggal 25 mei 2017 sekira pukul 21.00 Wib di Jalan Abdul Manaf Lubis Kelurahan Helvetia Timur Kec. Medan Helvetia.

3. Benar bahwa kejadian Pencurian yang Terdakwa lakukan bertempat di depan Toko Sepatu Big Three Store.

4. Benar bahwa Terdakwa melakukan Pencurian dengan teman bernama Yogi (DPO)

5. Benar bahwa Yogi (DPO) memberikan kunci 1 (satu) potong besi yang ujungnya diruncingkan dan 1 (satu) buah kunci ring pas ukuran 8 kepada Terdakwa.

6. Benar bahwa Terdakwa yang membuka kunci stang sepeda motor milik korban.

7. Benar bahwa terdakwa sempat menaiki sepeda motor milik korban, dan tiba-tiba seorang laki-laki yang merupakan karyawan toko berteriak maling-maling.

8. Benar bahwa terdakwa setelah melarikan sepeda motor tiba-tiba dalam 10 meter dari tempat sepeda motor korban berhasil ditangkap oleh Laki-laki &

warga setempat.

9. Benar bahwa sepeda motor yang dicuri terdakwa dan Yogi (DPO) sepeda motor merek Honda Vario warna orange, tahun pembuatan 2012 No Polisi BK 5222 ADA, No rangka MHIJFB11XCK257904, No Mesin JFBIE-1253721 Atas Nama Titin Widarti.

10. Benar bahwa terdakwa dan teman Yogi (DPO) sudah 8 (delapan) kali melakukan pencurian.

11. Benar bahwa terdakwa dan teman Yogi (DPO) sejak Bulan Januari 2017.

Yang pertama di Jl Kapten Muslim Kel. Dwikora Kec Medan Helvetia.

Kedua dilakukan bulan april 2017 di Jl Gatot Subroto Kel Sei Putih Barat Kec Medan Petisah. Yang ketiga bulan mei 2017 di Jl Pembangunan Kel Hekvetia Timur Kec Medan Helvetia. Keempat bulan mei 2017, Jl Kamboja IV Kel Helvetia Kec Medan Helvetia. Kelima bulan mei 2017 Jl Nusa Indah Raya Kel Helvetia Tengah Kec.Medan Helvetia. Keenam bulan mei 2017 di Jl Wijaya Kusuma Kel Helvetia Tengah Kec.Medan Helvetia. Ketujuh bulan mei 2017 di Jl Penampungan Perumahan Karya Titi II Kel Helvetia Timur Kec Medan Helvetia. Dan yang ke delapan tertangkap oleh warga.

12. Benar bahwa alat untuk melakukan pencurian adalah punya Teman yang bernama Reza Keling yang dibawa Yogi (DPO).

13. Benar bahwa terdakwa tidak mengenal pemilik sepeda motor yang menjadi korban pencurian.

14. Benar bahwa terdakwa dan Yogi (DPO) melakukan pencurian pada malam hari.

108

15. Benar bahwa awalnya Yogi (DPO) yang memberikan ide melakukan Pencurian.

16. Benar bahwa kejadian tempat pencurian dengan rumah terdakwa berjarak 5 KM.

17. Benar bahwa terdakwa mengakui Perbuatannya waktu pemeriksaan Tahap II pada proses Penuntutan.

18. Benar bahwa terdakwa telah merasa bersalah dan menyesali perbuatannya.

19. Bahwa terdakwa tidak mempunyai saksi yang meringankan.

3. Kesepakatan Diversi Dalam Kasus Pencurian Penetapan Nomor 39/Pid.Sus.Anak/2017/PN/Mdn

PENETAPAN

Nomor: 39/Pid.Sus.Anak/2017/PN/Mdn.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Ketua Pengadilan Negeri Medan

Setelah membaca:

Laporan dari Hakim anak, Nomor 39/Pid.Sus.Anak/2017/PN/Mdn. Tanggal 20 Juni 2017 perihal melakukan pencurian, dalam perkara anak

Nama lengkap : ROBBY PRATAMA;

Tempat/tgl/lahir : Padang/ 08 Agustus 1999

Umur : 17 Tahun.

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jl Peringgan Gg, Perjuangan V Desa Helvetia Kecamatan Sunggal.

Pekerjaan : Mocok-Mocok.

Berita Acara Diversi Nomor 39/Pid.Sus.Anak/2017/PN/Mdn. Tanggal 20 Juni 2017.

Kesepakatn Diversi tanggal 20 Juni 2017

Menimbang , bahwa dari laporan hakim tanggal 20 Juni 2017 antara anak dan korban telah dicapai kesepakatan Diversi tanggal 20 Juni 2017 dengan ketentuan sebagai berikut.

Pasal 1: Bahwa kedua bela pihak telah sepakat mengadakan perdamaian atas perkara pencurian sepeda motor milik korban yang dilakukan oleh anak yaitu ROBBI PRATAMA di Jl Abdul Manaf Lubis No 39 Kel Helvetia Timur Kec.

Medan Helvetia pada 25 Mei 2017.

Pasal 2: Bahwa Pihak pertama yaitu si Anak ROBBI PRATAMA telah meminta maaf kepada pihak kedua yaitu HAVRIZAL HIRVAN PRATAMA (korban) dan pihak korban telah memaafkan semua perbuatan ROBBI PRATAMA dan akibatnya.

Pasal 3; Pihak pertama akan mengganti kerugian kepada pihak kedua sebesar Rp 1.500.000.,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) untuk perbaikan sepeda motor pihak kedua;

Menimbang, bahwa kesepakatan diversi tersebut telah memenuhi dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan , sehingga beralasan untuk dikabulkan;

Memperhatikan ketentuan Pasal 12, Pasal 52 ayat (5) Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta Peraturan Perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENETAPKAN

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon Hakim Anak;

2. Memerintahkan para pihak untuk melaksanakan kesepakatan Diversi;

3. Memerintahkan Hakim Anak untuk mengeluarkan Penetapan Penghentian Pemeriksaan.

4. Memerintahkan Penuntut Umum untuk bertanggung jawab atas barang bukti sampai kesepakatan diversi dilaksanakan sepenuhnya;

5. Menetapkan barang bukti; 1 (satu) unit sepeda motor merek Honda Vario warna orange tahun pembuatan 2012 Nomor Polisi BK 5222 ADA Nomor Rangka MH1JF811XCK257904 Nomor mesin JFB1E-1253721 Atas nama TITIN WIDARTI alamat Jl Karya Gang Setia Ikhlas No. 38 Kelurahan Sei Agul Kec. Medan Barat;- dikembalikan kepada yang berhak yaitu saksi korban HAVRIZAL HIRVAN PRATAMA dalam hal kesepakatan Diversi dilaksanakan sepenuhnya;

6. Memerintahkan Panitera menyampaikan salinan Penetapan ini kepada Hakim Anak/Penuntut Umum/Pembimbing Kemasyarakatan/Anak, Orang tua, korban dan para saksi.

4. Unsur-unsur kasus pencurian pasal 363 ayat 2 KUHP

Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun

110

diketahui atau tidak dikehendaki oleh orang yang berhak. Pencurian tersebut dilakukan pada saat korban lagi bekerja dan korban tidak mengetahui bahwa sepeda motornya dicuri oleh Tersangka Robbi Pratama, kemudian diketahui bernama Satria Perdana Siregar berteriak maling dan mengejar tersangka, lalu terdakwa berhasil diamankan warga.

2. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih. Terdakwa Robby Pratama melakukan pencurian sepeda motor milik korban dengan cara dtang bersama dengan Yogi (DPO) dengan mengendarai sepeda motor milik Yogi (DPO) Honda Beat warna hitam.

3. Pencurian dilakukan dengan cara merusak, terdakwa Robby Pratama membuka kunci stang sepeda motor milik korban dengan menggunakan 1 (satu) potong besi yang ujungnya diruncingkan dan 1 (satu) buah kunci ring pas ukuran 8 milik reza keling yang dibawa oleh Yogi (DPO) Sementara Yogi (DPO) menunggu di sepeda motor nya yang berjrak 3 (tiga) meter dari sepeda motor korban. Terdakwa berhasil membuka kunci stang sepeda motor korban

B. KASUS NARKOTIKA, FAKTA HUKUM, KESEPAKATAN DIVERSI, UNSUR-UNSUR KASUS

1. Kasus Narkotika

Bahwa pada hari selasa tanggal 11 april 2017 sekira pukul 13.00 Wib terdakwa Muhammad Arip alias Arip sedang berada dirumah, orang yang bernama Siti alias Adek (DPO) memanggil terdakwa Muhammad Arip alias Arip dan menyuruh mengantarkan bungkusan yang berisi nasi dan rokok serta

makanan untuk Arifuddin alias Iyep (Paman tiri terdakwa Muhammad Arip alias Arip) ke Polda dengan mengatakan “ARIP’’, kau temani dulu Bibi kau ini ke Polda untuk mengantarkan bungkusan atau nasi ini. Lalu terdakwa Muhammad Arip alias Arip menjawab ‘’ IYA BI’’, kemudian Siti alias Adek mengatakan

“tapi coba dulu hubungin dulu BIBI kau itu apa mau dia ditemani’’ selanjutnya terdakwa Muhammad Arip alias Arip menghubungi saksi Ningsih Susanti dan bertanya “ BIBI MAU AKU TEMANI, karena si Nia juga mau ikut ke Polda?

Dijawab Ningsih Susanti mengatakan ‘’ YA,, sudah biar ada temanku dikarenakan si Nia juga mau ikut’’, selanjutnya terdakwa Muhammad Arip alias Arip dan Nia (umur 4 tahun) diantar kerumah Saksi Ningsih Susanti dan bungkusan nasi tersebut sudah ada di sepeda motor, selanjutnya terdakwa Muhammad Arip alias Arip, Ningsi Susanti dan Nia pergi ke Polda Sumatera Utara dengan menumpang ANGKOT dan terdakwa Muhammad Arip alias Arip yang membawa bungkusan tersebut sedangkan saksi Ningsi Susanti menggandeng Nia yang masih berusia 4 tahun, selanjutnya terdakwa Muhammad Arip alias Arip, Ningsi Susanti dan Nia turun didepan Polda Sumatera Utara dan saat melewati penjagaan BRIMOB Polda Sumatera Utara Saksi Witono selaku petugas yang sedang piket menanyakan identitas pengunjung dan memeriksa bungkusan yang dibawa kepada terdakwa Muhammad Arip alias Arip Saksi Witono dan setelah diperiksa dalam bungkusan tersebut ditemukan 1 (satu) bungkus rokok surya yang sudah terbuka yang didalamnya berisi 1 (satu) bungkus plastik klip bening tembus pandang yang berisikan Narkotika jenis sabu , selanjutnya Saksi Witono, Saksi Edianto dan Saksi Amin Sungkowo membawa 112

terdakwa Muhammad Arip alias Arip guna pemeriksaan lebih lanjut karena tidak mempunyai izin dari yang berwenang untuk memilik menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman.

2. Fakta Hukum

Fakta-Fakta hukum yang diperoleh selama Penyidikan dan Proses Tahap II Penuntutan:

1. Benar bahwa terdakwa ditangkap oleh piket Mapolda Brimob Sumatera Utara.

2. Benar bahwa terdakwa ditangkap pada hari selasa tanggal 11 april 2017 sekira pukul 15.00 Wib

3. Benar bahwa terdakwa ditangkap di Jalan Sisingamaraja Km 10,5 No 60 Medan tepatnya Piket Brimob Mapolda Sumatera Utara.

4. Benar bahwa terdakwa ditangkap bersama Ningsih Susanti, Perempuan, umur 29 tahun , ibu rumah tangga, islam, indonesia, alamat Simpang Melati Gang Targes Kota Medan merupakan BIBI terdakwa.

5. Benar bahwa terdakwa akan menjenguk Paman yang bernama ARIFUDIN alias IYEB di sel Tahanan Polda Sumut.

6. Benar Terdakwa hanya disuruh mengantarkan oleh Bibi tiri Terdakwa yang bernama Siti Alias Adek (DPO)

7. Benar bahwa terdakwa tidak mengetahui bahwa didalam bingkisan terdapat Narkotika.

8. Benar bahwa terdakwa dikasih Uang oleh Siti Alias Adek (DPO) sebesar Rp 100.000 (sartus ribu rupiah) untuk ongkos.

9. Benar bahwa Siti alias Adek (DPO) memanggil terdakwa dan menyuruh mengantarkan bungkusan yang berisi nasi dan rokok serta makanan untuk Arifuddin alias Iyep (Paman tiri terdakwa ) ke Polda dengan mengatakan

9. Benar bahwa Siti alias Adek (DPO) memanggil terdakwa dan menyuruh mengantarkan bungkusan yang berisi nasi dan rokok serta makanan untuk Arifuddin alias Iyep (Paman tiri terdakwa ) ke Polda dengan mengatakan

Dokumen terkait