• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TAMBANG INKONVENSIONAL (TI)

A. Konsep Sosial Ekonomi

Kondis i sosial ekonomi merupakan kondisi yang menggambarkan situasi kehidupan sosial dan perekonomian individu atau masyarakat tertentu. Kondisi sosial ekonomi suatu individu atau masyarakat bersifat tidak tetap dan akan mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial.

Agar dapat memahami pengertian kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Besar, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari kondisi sosial ekonomi tersebut. Menurut para ahli sosiologi, pengertian dari kondisi sosial ekonomi adalah51;

1. FS Chapin mengartikan bahwa kondisi sosial ekonomi berkaitan dengan status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi yang dimaksudkan ialah posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berhubungan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.

51StudiNews, “Pengertian Sosial Ekonomi, Faktor dan Kondisi Sosial”24 Oktober

2017, pada

2. Melly G Tan mengemukakan sosial ekonomi adalah kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. 3. Santrock mengemukakan sosial ekonomi adalah pengelompokan

orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi.

4. Abdulsyani mengemukakan bahwa sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok menusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

5. Soerjono Soekanto mengemukakan sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.

Dari kelima pengertian mengenai kondisi sosial ekonomi menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah suatu kondisi yang menggambarkan kedudukan (status) individu atau masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi dan pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan alokasi pendapatan.

Manusia dalam masyarakatnya terbagi dalam kelompok-kelompok status atau lapisan-lapisan status. Lapisan-lapisan masyarakat mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Max Weber berpendapat, bahwa di dalam setiap kondisi kehidupan masyarakat, warga-warga masyarakat terbagi dalam kelas-kelas (ekonomis), kelompok status (sosial), dan

partai-partai (politik). Hubungan antara ketiganya bersifat timbal balik; dan menurut Marx, bahwa dimensi ekonomis yang menentukan dimensi-dimensi lainnya.

Status dalam masyarakat ada karena kondisi sosial, ekonomi, dan ukuran-ukuran lain yang ditetapkan suatu masyarakat untuk mengelompokkan masyarakat dalam kelas-kelas. Pengelompokan ke dalam kelas-kelas disebut dengan stratifikasi sosial.

Menurut Pitirim A. Sorokin bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas lebih rendah.

Stratifikasi dapat terjadi pada setiap masyarakat bahkan terjadi pada masyarakat yang paling sederhana sekalipun. Hanya jarak dan tingkatan antara lapisan-lapisan itu yang berbeda. Menurut Soerjono Soekanto, secara teoritis semua manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaaan atas lapisan-lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.52

Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut adalah sebagai berikut53:

52Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali, 1982., hlm. 222.

1. Ukuran kekayaan. Ukuran kekayaan atau kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan. Barang siapa tang memiliki atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi.

3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada msyarakat tradisional. Biasanya mereka dalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha dilakukan untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal.

Status dicapai dengan tujuan untuk merubah status seseorang dan ada status yang merupakan status pemberian yang sifatnya tertutup dan tidak dapat berubah. Status dalam masyarakat Pulau Besar merupakan status terbuka. Artinya status tersebut dapat diusahakan melalui ukuran ekonomi masyarakat.

Menurut Weber bahwa suatu kelas mencakup orang-orang yang mempunyai peluang-peluang kehidupan yang sama, dipandang dari sudut ekonomis. Dengan peluang-peluang kehidupan dimaksudkan sebagai kondisi hidup, pengalaman hidup dan kesempatan mendapatkan benda dan jasa, termasuk kemampuan membeli rumah dan seterusnya.54

Kondisi ekonomi dan sosial menjadi penting dalam masyarakat Kecamatan Pulau Besar. Dari kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat tergambar lapisan-lapisan yang ada di dalam masyarakat tersebut.

Untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Besar, faktor-faktor penentu haruslah dijabarkan sebagai gambaran atau penunjuk kedudukan masyarakat.

1. Aktivitas ekonomi

Aktivitas ekonomi masyarakat Kecamatan Pulau Besar didukung oleh keadaaan geografis wilayahnya, yaitu memungkinkan masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian, perikanan, peternakan dan penambangan. Masyarakat di Kecamatan Pulau Besar mayoritas bekerja pada sektor petanian dan pertambangan, maka 2 sektor sumber mata pencaharian ini akan diuraikan.

a. Pada sektor pertanian

Profesi sebagai petani pada awalnya sangat menjanjikan kemakmuran pada masyarakat Bangka, khususnya masyarakat Pulau Besar. Pada tahun-tahun tertentu kenaikan harga komoditas pertanian membuat masyarakat menikmati masa kejayaannya. Di tahun 1998 harga lada melonjak hingga berada pada harga 90.000 rupiah/Kg, tetapi di tahun 1999 harga lada turun drastis menjadi 20.000 rupiah/Kg55. Keterpurukan harga lada ini turut membuat masyarakat harus beralih profesi agar dapat bertahan di kondisi yang sangat merugikan bagi para petani.

Jatuhnya harga lada membuat banyak peluang-peluang pekerjaan baru bagi masyarakat untuk tetap memiliki penghasilan yang mencukupi. Perlahan-lahan komoditas lada ditinggalkan. Masyarakat beralih profesi menjadi petani sawit dan karet.

Harga sawit dan karet memiliki grafik yang stabil, tidak seperti grafik harga lada. Dalam artian bahwa permintaan karet dan sawit masuk dalam kategori permintaan yang tidak langka atau sedang. Tidak semua masyarakat Bangka dan Pulau Besar beralih profesi menjadi petani karet dan sawit, hal ini dikarenakan modal bertani karet dan sawit yang besar, dan beberapa masyarakat masih tetap mempertahankan komoditas lada sebagai mata pencaharian mereka sembari menunggu naiknya harga lada kembali.

Kebijakan pemerintah Bangka mengenai izin penambangan timah juga turut memberikan peluang bagi masyarakat Bangka untuk beralih menjadi

55Kompas, ”Lada Putih Bangka Tergusur”. 08 Februari 2010, pada https://nasion

penambang-penambang rakyat. Belum diketahui jelas siapa pelopor pertama yang mengetahui cara penambangan timah dengan alat-alat sederhana yang dapat dirakit sendiri.

Pada awal tahun 2001 tambang-tambang inkonvensional sudah dibuka di Tanjung Sangkar Toboali. Salah satu penambang yang terlibat adalah Sugeng Prasetyo56 dan keluarganya. Sugeng Prasetyo mengetahui adanya tambang timah di Toboali berdasarkan informasi dari rekannya. Hal yang sama diutarakan oleh pekerja TI yang lainnya, Suroso, Yakobus Dasar, dan Suryani bahwa mereka tidak mengetahui bagaimana sejarah TI secara pasti, tetapi keterlibatan mereka di TI karena diajak rekannya yang sudah lebih dulu menjadi penambang.

b. Pada sektor pertambangan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang kaya akan bahan tambang seperti timah. Komoditas timah ini telah dimanfaatkan oleh penduduk Bangka dan Belitung selama ± 2 abad. Kepemilikan atas komoditas timah inipun bergulir seiring bergantinya kebijakan-kebijakan mengenai pertambangan dari pihak yang berwenang.

Sebagian besar masyarakat Bangka telah menggantungkan perkonomiannya pada aktivitas TI. Sebesar 60 persen masyarakat Bangka

56Narasumber penelitian TI mayoritas tidak mengetahui sejarah TI, informasi yang mereka dapat dari rekan kerja TI ialah bahwa timah bisa digali bebas atau untuk umum, sehingga pada akhirnya mereka ikut menggali timah dan dibeli oleh kolektor timah dengan harga mahal.

Belitung bekerja di tambang inkonvensional untuk menghidupi keluarga, ungkap Noor Nedi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Babel57.

Usaha-usaha untuk melegalkan TI terus dilakukan agar masyarakat kecil dan menengah tetap dapat sejahtera dari hasil menambang. Gubernur Eko dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa semua TI akan dilegalkan dalam upaya membantu perkonomian masyarakat ditengah terjadinya krisis ekonomi global. Hanya itu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah, perkebunan sawit, karet dan lada belum memiliki basis di perdagangan dunia, dan untuk perdagangan di pasar lokal membutuhkan waktu lama dan tidak menjanjikan dengan perdagangan internasional yang dapat dilakukan dengan perdagangan timah58.

Ketika kepemilikan timah bergulir menjadi milik rakyat, peluang-peluang mobilitas sosial dirasakan oleh penduduk Bangka, termasuk penduduk Kecamatan Pulau Besar Kabupaten Bangka Selatan. Tambang millik rakyat ini disebut dengan Tambang Inkonvensional (TI) dimana peralatan untuk menambang timah menggunakan alat-alat sederhana dan melakukan pendulangan dengan cara sederhana pula, seperti pendulangan di sungai atau menggunakan mesin semprot dengan tenaga yang kecil. Pekerjaan penambangan dan pendulangan dilakukan oleh penduduk Kecamatan Pulau Besar melibatkan orang tua sampai anak-anak

57Kompas,“60 Persen Warga Babel Hidup Dari Tambang Inkonvesional”. 16 Nov

ember 2008, pada https://tekno.kompas.com/read/2008/11/16/00170457/60.persen.warga.

babel.hidup.dari.tambang.inkonvensional.

58Kompas, “Wuih..Semua Tambang Timah Dilegalkan”. 10 November 2008,

pada

https://ekonomi.kompas.com/read/2008/11/10/21315732/wuih.semua.tambang.timah.dile galkan.

sekolah. Pemasaran produksi pasir timah dapat melalui tengkulak, kolektor timah atau bos timah di sekitar tempat tinggal penduduk atau di wilayah penambangan.

2. Pendidikan

Ketika masih berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Payung, akses pembangunan di desa-desa ini terlambat dibandingkan dengan desa yang lebih dekat dengan kecamatan. Jarak antara Kecamatan Payung dan desa-desa didekat pesisir ini terbilang jauh, dan akibatnya proses pembangunan prasarana pendidikan dan lainnya menjadi melambat.

Dari kelima desa di Kecamatan Pulau Besar, prasarana pendidikan yang dibangun pemerintah adalah; berdiri 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN), 1 Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), dan belum berdiri Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN).

Sejak berdirinya Kecamatan Pulau Besar menjadi kecamatan mandiri pada tahun 2007, pendidikan di wilayah Kecamatan Pulau Besar sudah mulai berkembang dan terbilang sedang bertumbuh untuk maju. Di tahun 2009 pemerintah membangun Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN). Tahun 2015 membangun SMAN 1 Pulau Besar, dan tahun 2016 membangun gedung SMPN 2 Pulau Besar.

Bekerja menjadi petani lada dan menjadi nelayan adalah sumber terpenting untuk melanjutkan kehidupan keluarga mereka. Setelah adanya program transmigrasi pada tahun 1995 dan 1996, daerah-daerah masyarakat Melayu Bangka yang berada di pesisir pantai ikut merasakan proses akulturasi

budaya. Begitu pula sebaliknya dengan pendatang dari Pulau Jawa yang tinggal di daerah trans.

Proses akulturasi budaya tidak terjadi dalam waktu yang cepat, perlu waktu lama untuk mengenal dan mengerti budaya baru. Proses akulturasi tersebut terjadi dalam 7 unsur budaya yaitu bahasa, sosial, ekonomi, religi, teknologi, kesenian, dan pendidikan.

Proses akulturasi kebudayaan terjadi sampai pada pemahaman pendidikan bagi masyarakat Melayu Bangka. Sebelum tahun 1995 hanya sedikit masyarakat Melayu Bangka yang menempuh pendidikan di wilayah ini.

Faktor ekonomi masyarakat menentukan tingkat pendidikan seseorang.Tetapi setelah adanya program transmigrasi, pandangan masyarakat Melayu Bangka perlahan-lahan berubah mengenai pendidikan. Pendidikan di sekolah mulai diterapkan pada anak-anak mereka untuk masuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibitiidiah.

Setelah Perda Bupati diterbitkan, pendidikan di Kecamatan Pulau Besar memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya adalah, masyarakat yang berhasil banyak dalam menambang dapat menyekolahkan anak mereka hingga jenjang SMA dan bahkan hingga perguruan tinggi. Kemudian dampak negatif yang terjadi adalah, ketika anak memilih untuk membantu orangtua bekerja di pertambangan, dan tidak melanjutkan pendidikannya. Ekonomi keluarga menentukan keberlanjutan pendidikan anak-anak di Kecamatan Pulau Besar.

3. Alokasi Pendapatan

Alokasi pendapatan adalah penentuan banyaknya uang (pendapatan) yang disediakan untuk suatu keperluan. Hasil dari bekerja TI akan digunakan oleh masyarakat TI untuk keperluan primer, sekunder dan tersier.

Pengalokasian pendapatan terbagi menjadi 3 yaitu; kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan primer yaitu pangan, sandang dan papan. Kebutuhan sekunder yaitu alat elektronik seperti televisi, smartphone, sepeda motor. Kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan tersier, kebutuhan ini seperti rumah mewah, kendaraan mewah, perhiasan, dan sebagainya.

Sebelum bekerja pada sektor pertambangan, penduduk Kecamatan Pulau Besar menghidupi kebutuhan keluarga dari bekerja di sektor pertanian, dan beberapa penduduk yang tinggal pesisir bekerja di sektor perikanan. Kebutuhan penduduk masih terbilang sederhana, kebutuhan pokok (primer) tercukupi yaitu pangan, sandang dan papan.

Setelah pekejaan masyarakat berallih ke sektor pertambangan, maka penghasilan yang didapatkan juga bertambah. Penghasilan yang didapatkan penambang yaitu Rp3.200.000 hingga Rp6.000.000 per bulannya, dibandingkan dengan penghasilan ketika bertani yaitu berkisar antara Rp1.000.000 hingga Rp 2.500.000 per bulannya.

Sumber pangan dipenuhi masyarakat dengan cara bertani dan mengandalkan kekayaan hutan. Beberapa masyarakat yang tidak bertani dapat membeli bahan pangan dari petani terdekat. Pemakaian kompor gas untuk memasak masih sedikit dan mayoritas menggunakan kompor minyak tanah dan

tungku kayu bakar. Tetapi pada perkembangannya setelah pelaksanaan TI, masyarakat sudah banyak yang menggunakan kompor gas dan sudah berdiri beberapa warung makan.

Kebutuhan sandang dipenuhi masyarakat dengan membelinya di pusat kota atau di kabupaten dan kecamatan. Masyarakat di wilayah ini tidak memanfaatkan hasil alam sebagai pemenuhan kebutuhan sandang, misalnya seperti pembuatan baju atau kain dari pelepah kayu dan kulit binatang. Kebutuhan sandang belum bisa dipenuhi secara mandiri, harus membelinya di suatu toko penjualan baju. Perkembangan yang terjadi setelah perda yaitu, beberapa warga desa membeli mesin jahit guna memenuhi kebutuhan sandang di masyarakat tersebut.

Kebutuhan papan dapat dicukupi masyarakat di wilayah kecamatan Pulau Besar. Seperti halnya rumah yang dimiliki masyarakat terbuat dari papan dan anyaman bambu. Kondisi lantai rumah masih beralaskan tanah, tetapi sudah banyak juga masyarakat yang mampu membeli semen sebagai alas rumah mereka. Di dalam rumah belum memiliki kamar mandi sendiri, sehingga masyarakat harus pergi ke luar rumah untuk buang air maupun mandi dan sumber penerangan rumah warga didapatkan dari lampu teplok. Setelah munculnya TI, terjadi perkembangan yang pesat dalam memenuhi kebutuhan papan contohnya yaitu rumah-rumah sudah banyak beralih menjadi rumah batu dan setiap rumah sudah memiliki kamar mandi sendiri. Sumber penerangan berallih dari lampu teplok ke penerangan lampu yang berasal dari diesel bersama milik warga. Lantai rumah sudah beralih ke lantai keramik.

Transportasi dilakukan dengan bersepeda atau berjalan kaki. Kendaraan roda empat sudah ada, yaitu truk dan bis umum. Truk digunakan sebagai transportasi guna membawa hasil pertanian ke wilayah lain untuk dijual. Bis digunakan sebagai alat transportasi penduduk ke ibukota provinsi atau ke kabupaten. Setelah TI berlangsung, jumlah kendaraan di kecamatan ini meningkat. Sudah ada mobil pribadi milik kolektor-kolektor timah, jumlah bis dan truk bertambah, jumlah sepeda motor berlimpah ruah. Hampir setiap keluarga memilik motor, satu anggota keluarga dapat memiliki 1-2 motor dan penggunaan sepeda sudah sangat jarang ditemui.

Kemajuan pemenuhan kebutuhan terjadi pada masyarakat tambang timah di Kecamatan Pulau Besar. Kebutuhan primer, sekunder hingga tersier sudah dapat dapat dipenuhi. Kebutuhan tersier yang dapat dipenuhi masyarakat yaitu: televisi, smartphone, sepeda motor, rekreasi, inventasi dalam bentuk tanah dan tabungan.

Tabel 5.1. Tabel Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesudah diberlakukannya Perda Perizinan Tambang Timah Inkonvensional

No Faktor Pembanding Sebelum Munculnya TI Sesudah Munculnya TI

1 Pekerjaan dan penghasilan

Masyarakat hanya bekerja sebagai nelayan dan/atau petani dan/atau peternak dengan penghasilan rata-rata sekitar Rp1.000.000. sampai Rp2.500.000

Pekerjaan masyarakat beralih dan didominasi ke pekerjaan menambang dengan

penghasilan Rp3.200.000 sampai Rp6.000.000.

2 Alokasi pendapatan

Pendapatan masyarakat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan papan.

Pendapatan masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier seperti pendidikan, televisi, smartphone, sepeda motor, rekreasi, investasi tanah, dan tabungan.

3 Kondisi tempat tinggal

Rumah masih terbuat dari papan dan anyaman bambu dengan luas bangunan yang kecil.

Lantai rumah masih berupa tanah atau semen dan atap rumah berasal dari daun kelapa.

Belum memiliki kamar mandi sendiri

Rumah terbuat dari batu dengan luas bangunan yang cukup besar.

Lantai rumah berupa keramik dan atap rumah berupa seng.

Tiap rumah sudah memiliki kamar mandi sendiri.

4 Pendidikan Rata-rata pendidikan anak hingga jenjang SD

Pendidikan anak hingga jenjang SMA/SMK dan perguruan tinggi.

5 Teknologi

Penerangan masyarakat dari lampu teplok/minyak Alat masak menggunakan

tungku kayu bakar. Transportasi sehari-hari

masyarakat dilakukan dengan berjalan kaki dan bersepeda.

Penerangan sudah menggunakan lampu dari diesel.

Alat masak sudah menggunakan kompor gas.

Masyarakat sudah memiliki kendaraan bermotor.

Dokumen terkait