• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman–temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. (Isjoni, 2009, hal. 21). Model pembelajarankooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial.

(Isjoni, 2009, hal. 27).

Tujuan penting pertama model pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli bependapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi siswa kelompok bawah memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu.

Tujuan penting kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yangluas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah pengembangan keterampilan sosial (kooperatif) untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dimiliki karena di dalam masyarakat, banyak pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara kerja sama dalam suatu organisasi yang saling bergantung satu sama lainnya.

6. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa teori dalam kita mempelajari cooperative leraning. Tiga diantaranya adalah sebagaimana berikut ini (Isjoni, 2009, hal. 35-40) :

a). Teori Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.Menurut Ausubel pemecahan masalah yang cocok adalah lebihbermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yangefisien dalam pembelajaran.

b). Teori Piaget

Menurut Piaget setiap individu mengalami tingkat–tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut :

(1). Sensori motor (0-2 tahun) (2). Pra operasional (2-7 tahun) (3). Operasional konkret (7-11 tahun) (4). Operasional formal (11 tahun ke atas).

Dalam hubunganya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkansecara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif. Cooperative learning adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif.

c). Teori Vygotsky

Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah.

Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak

sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dan dipelajari di sekolah.

Sumbangan dari teori Vygostky adalah penekanan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnyapembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zona of proximal development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini.

Ide penting lain yang diturunkan Vygostky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh atau yang lainnya yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri.

7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2008, hal. 249-250):

a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain

b) Mengembangkan kemampuan ide atau gagasan dengan kata–kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala kekurangannya serta menerima segala perbedaan,

d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar

e) Untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial

f) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamanya sendiri, menerima umpan balik.

g) Meningkatkan kemampuan siswamenggunakan informasi dankemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h) Interaksi antar kelompok dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Disamping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan atau kelemahan, diantara kelemahannya adalah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2008, hal. 250-251):

a. Membutuhkan waktu, antara siswa yang satu dengan yang lainya tidak sama untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan, sehingga keadaan ini dapat menghambat kerja sama dalam kelompok

b. Keberhasilan dengan strategi pembelajaran ini dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan tidak mungkin hanya dengan satu atau sesekali penerapan

c. Penilaian yang diberikan didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

8. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share

Model Think Pair Share merupakan salah satu dari model pembelajaran cooperative learning. Model ini juga disebut dengan berpikir-berpasangan-berempat.

Model belajar Think Pair Sharedikembangkan oleh Frank Lyman (Universitas Maryland) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. (Anita Lie, 2007, hal. 57).

Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara implisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab permasalahan dan saling membantu satu sama lain. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedimikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berfikir serta merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa.

Think Pair Share (TPS) mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Ini merupakan cara yang efektifuntuk mengelola pola diskursus di dalam kelas, strategi ini menentang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban dan ditunjuk.

Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think Pair Share

ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain, yaitu pada saat guru mempresentasikan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan di dalam tim mereka. (Anita Lie, 2007, hal. 57).

Think (memikirkan )

Think (memikirkan) yaitu guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan tersebut.

Pair (berpasangan)

Setelah siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan itu, kemudian siswa berpasangan dengan pasangannya untuk berdiskusi untuk mencapai jawaban tersebut.

Share (berbagi)

Setelah berpasangan untuk berdiskusi akhirnya siswa diminta untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati tersebut kepada semua siswa dikelas.

Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Cara pembelajaran dalam model Think Pair Share (Anita Lie, 2007, hal. 58):

a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasanganya.

d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Teknik ini mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan yang didapat dalam model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) adalah melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan/idenya, melatihsiswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain,menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial, memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menghemat waktu dalam mengorganisir kedalam kelompok, mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep sulit karena siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah..

Sedangkan kekurangan dari teknik Think Pair Share adalah kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok, membutuhkan koordinasi secara

Dokumen terkait