• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI "

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA AN-NIZHOM

TELANAIPURAKOTA JAMBI

SKRIPSI

OLEH:

MA’RUF ISHAK NIM: TPG.141124

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA AN-NIZHOM

TELANAIPURAKOTA JAMBI

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Syrata-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Satu (S1)

OLEH:

MA’RUF ISHAK NIM: TPG.141124

PROGRAM STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(3)
(4)
(5)
(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagianbagian tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Jambi, Juni 2018 Mahasiswa

Ma’ruf ishak NIM: TPG141124

(7)
(8)

PERSEMBAHAN Bismillahirohmannirrohim

Seiring dengan rasa syukur yang teramat dalam atas karunia-Mu Yaa Allah, telah kau jadikan aku mansusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman, dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Dengan penuh kerendahan hati kupersembahakan karya tulis ini

Teruntuk yang tercinta :

Ayahanda Ishak Lusi dan Ibunda Syaidah

Terimakasih atas

Segala jerih payah dan upaya serta kesabaran Ayahanda dan Ibunda yang telah mendidik dan menyekolahkan peneliti hingga mencapai sarjana. Terimakasih juga atas bentuk kasih

sayang yang tiada putus-putusnya sepanjang masa yang sampai kapanpun takkan mampu tergantikan serta semangat, dorongan dan doa untuk peneliti, sehingga bisa

menyelesaikan skprisi ini.

Semua keluarga terimakasih atas kasih sayang, semangat, doa, dorongan dan bantuan serta dukungan yang diberikan.

Taklupa pula untuk dosen pembimbing I Drs. Imran, M.Pd.I dan dosen pembimbing II Dr. Sri Yulia Sari, M.Pd.I yang telah membimbing saya dalam penyelesaian skripsi

ini. Saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga

Untuk sahabat-sahabatku yang terdekat terimakasih atas kesetiaan, ketulusan dan kasih sayang dan perhatianya serta motivasi, semangat dan dorongan.

Dan terimakasih kepada teman-teman kukerta posko 8 Desa Batin, dan teman-teman lokal PGMI A Angkatan 2014.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan merampungkan penulisan skripsi ini yang berjudul :”Penerapan Pembelajaran kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah swasta An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi”

Kemudian tidak luput pula penulis kirimkan sholawat teriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan kita petunjuk dari alam kebodohan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini, yang disinari Ilmu, Iman, dan Islam.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan Ilmu Pemerintahan dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksiamal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kejanggalan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr.Hadri Hasan,MA, selaku rektor UIN STS Jambi.

2. Ibu, Dr. Hj. Armida M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. H Lukman Hakim, M.Pd selaku Wakil Dekan I bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Jawaki Afdhal Jamil, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. Kemas Imran M.Pd.I. wakil dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Drs. Mahludin M.Pd, dan Bapak Dr. Salehudin M.Pd,I, Selaku Ketua Jurusan dan sekretaris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Drs. Imran, M.Pd.I selaku Pembimbing I.

8. Ibu Dr. Sri Yulia Sari, M.Pd.I selaku Pembimbing II.

9. Ibu Ratna SPd, Selaku kepala madrasah Ibtidaiyah An-Nizhom Telanai Pura kota Jambi 10. Bapak / Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Islam

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

11. Ayah dan Ibu yang telah membimbing dan mendidik penulis sejak kecil, demi terwujudnya cita-cita penulis dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan ampunan serta kasih sayangNya kepada keduanya.

12. Kepada sahabat dan teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(10)

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini untuk edisi yang akan datang. Dengan adanya skripsi ini kiranya dapatmemotivasi kepada diri penulis pribadi khususnya dan para pembaca umumnya untuk membuat karangan ilmiah dimasa yang akan datang. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.Demikian semoga Allah SWT senantiasa memberi hidayah-Nya kepada kita semua.Amiin YaaRobbal „Alamin

Jambi, Juni 2018 Penulis

Ma’ruf Ishak NIM : TPG141124

(11)

ABSTRAK

Nama : Ma‟ruf Ishak

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : Penerapan Pembelajaran kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah swasta An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi

Proses perencanaan Pembelajaran menggunakan Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah swasta An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi di fokuskan siswa untuk mempelajari konsep KPK dan FPB dengan Menerapakan kooperatif Model Think Pair Share dengan mengerjakan Lembar Kegiatan Secara Kelompok.

Proses evaluasi pembelajaran menggunakan kooperatif Model Think Pair Share Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah swasta An-Nizhom model yang di terapkan telah berhasil sesuai dengan yang di rencanakan. Selesai itu juga dari hasil wawancara dengan siswa . Dari data hasil evaluasi dapat di buktikan bahwa Penerapan Pembelajaran kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Pada Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah swasta An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap Pelajaran Matematika yaitu terbukti dengan meningkatnya antusiasme siswa terhadap pelajaran matematika di lakukan dengan strategi kooperatif model Think Pair Share ini.

Kata Kunci : Think Pair Share, Motivasi Belajar Matematika, Pembelajaran Kooperatif.

(12)

ABSTRAC

Name : Ma‟ruf Ishak

Prodi : Education of Madrasah Ibtidaiyah Teacher

The Title : Implementation of Cooperative Learning Think Pair Share Model ( TPS ) in Improving motivation Learning Mathematics in grade Students Private Madrasah Ibtidaiyah An-Nizhom Telanaipura jambi City

Learning Planning process using Cooperative Learning Think Pair Share Model ( TPS ) in Improving motivation Learning Mathematics in grade Students Private Madrasah Ibtidaiyah An-Nizhom Telanaipura jambi City focused to student to learn concept of KPK and FPB by applying Cooperative Learning Think Pair Share Model by doing activity sheet ( Problem-practice question ) in groups.

Learning evaluation process using Cooperative Learning Think Pair Share Model ( TPS ) in Improving motivation Learning Mathematics in grade Students Private Madrasah Ibtidaiyah An-Nizhom applied strategy has been successful as planned. In addaition, also from the results of interviews with students. From the evaluation result data can be proved that the implementation of Cooperative Learning Think Pair Share Model ( TPS ) in Improving motivation Learning Mathematics in grade Students Private Madrasah Ibtidaiyah An-Nizhom Telanaipura jambi Cityproven to improve student‟s learning motivation toward the mathematics lesson that is proved by increasing of student‟s enthusiasm to the mathematics done by Cooperative Learning Think Pair Share this.

Keywords : Think Pair share. Motivational learning Mathematics, cooperative learning

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... I HALAMAN JUDUL ... II NOTA DINAS ... III LEMBAR PERSETUJUAN ... V PERNYATAAN ORISINALITAS ... VI MOTTO ... VII PERSEMBAHAN ... VIII KATA PENGANTAR ... IX ABSTRAK ... X ABSTRACT ... XI DAFTAR ISI... XII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identitas Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar Matematika ... 8

1. Konsep Motivasi Belajar ... 8

2. Fungsi Motivasi Belajar ... 9

3. Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 10

4. Teknik Motivasi ... 11

B. Matematika Di Madrasah Ibtidaiyah ... 12

1. Hakekat Matematika Di Madrasah Ibtidaiyah ... 12

2. Strategi Pembelajaran Matematika Di Madrasah Ibtidaiyah. ... 13

C. Faktor Persekutuan Terbesar dan Kelipatan Persekutuan Terkecil 14 1. Konsep Faktor Dan Kelipatan ... 14

(14)

2. Kelipatan Persekutuan Terbesar dari 2 atau 3 bilangan ... 16

3. Faktor Persekutuan Terbesar dari 2 atau 3 Bilangan ... 17

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 18

1. Konsep Strategi Pembelajaran ... 18

2. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 19

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 21

4. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif... 23

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 24

6. Teori yang melandasi Pembelajaran Kooperatif ... 25

7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 27

8. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share ... 28

E. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share pada pelajaran Matematika ... 30

F. Kerangka Berpikir ... 34

G. Studi Relevan ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 39

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 40

C. Prosudur Penelitian ... 41

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47

1. TeknikPengumpulan Data ... 47

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 49

F. Kriteria Keberhasialan ... 52

G. Jadwal Penelitian... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Penelitian ... 53

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah ... 53

2. Visi, Misi, Dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah... 53

3. Sarana Dan Prasarana ... 54

4. Kegiatan Ekstrakulekuler ... 62

5. Profil Madrasah ... 63

(15)

6. Struktur Porsenolia Guru Madrasah Ibtidaiyah ... 64

7. Keadaan Siswa ... 65

B. Paparan Hasil Penelitian ... 66

1. Siklus I ... 66

a. Paparan Data Siklus I Pertemuan I ... 66

b. Paparan Data Siklus I Pertemuan II ... 71

2. Siklus II ... 74

a. Paparan Data Siklus II Pertemuan I ... 74

b. Paparan Data Siklus II Pertemuan II ... 78

C. Temuan Penelitian ... 82

1. Siklus I ... 82

2. Siklus II ... 84

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V KESIMPIULAN ... 92 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting bagi kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potesi dirinya dan menjadikan diri sebagai manusia seutuhnya. Sebagaimana diterangkan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

(Hasbullah, 2005, hal. 4).

Pada abad 21 ini, praktek-praktek pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu diperbaharui. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran, dimana anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, pada mata pelajaran sains termasuk pelajaran matematika tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di kelas. (Wina Sanjaya, 2008, hal.1).

Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode atau strategi pembelajaran dengan baik. Strategi pembelajaran itu banyak macamnya, setiap strategi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola proses pengajaran.

Matematika sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia, matematika juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan seharihari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Sehingga matematika perlu dibekalkan pada peserta didik sejak usia dini. (Herman Hujono, 2005, hal. 35).

(17)

Matematika merupakan Ilmu Universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. (Depdiknas, 2006, hal. 387), Matematika dapat menjadikan siswa menjadi manusia yang berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri. Tetapi matematika seringnya dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami, baik teori maupun konsep-konsepnya sehingga menyebabkan prestasi belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Masalah umum matematika yang banyak orang awam tahu seperti rendahnya daya saing diajang internasional, rendahnya rata-rata NEM nasional (paling rendah dibandingkan dengan pelajaran lainnya dan untuk sekolah menengah selalu dibawah nilai rata-rata yang diharapkan), ini menunjukkan bahwa betapa lemahnya kemampuan penguasaan matematika di negara kita ini. Menurut Morris Kline bahwa jatuh bangunya suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuanya di bidang matematika. (Lisnawati Simanjuntak, 1993, hal. 64).

Keberhasilan pengajaran matematika ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, semakin aktif siswa mengambil bagian dalam proses pembelajaran maka makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Tanpa aktivitas siswa, belajar tidak akan memberi hasil yang baik. Dalam proses pembelajaran di kelas, biasanya siswa menerima informasi hanya dari guru, tanpa mencoba untuk menemukan sendiri informasi tersebut. Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh tidak bermakna dalam kehidupan sehari–hari sehingga cepat terlupakan. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat ditentukan oleh intensitas aktifitas siswa yang menyertai proses belajarnya.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai ketrampilan demi tercapainya keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa diajak untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimilikinya dan dapat berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi, saling bertukar pendapat, dengan demikian siswa menjadi lebih aktif dan mengurangi tingkat kebosanan yang selama ini dialami selama proses pembelajaran sehingga dapat menimbulkan motivasi dalam belajar khususnya belajar matematika menjadi menyenangkan. Pembelajaran

(18)

kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivis artinya siswa aktif dalam memperoleh pengetahuan dan mereka membangun sendiri pengetahuan tersebut. Model pembelajaran kooperatif ini memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi dengan orang lain. Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman. (Isjoni, 2009, hal. 12-13 ).

Pembelajaran kooperatif merupakan metodologi pengajaran yang dapat dijadikan dan efektif untuk mengajarkan dan membelajarkan matematika dan membantu menjadikan matematika menarik dan bisa di nikmati oleh siswa maupun guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika. (Shlomo Sharan, 2009, hal. 374). Terdapat beberapa pendekatan dari model pembelajaran kooperatif, yaitu:

Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK), Numbered-Head-Together (NHT), dan Think Pair Share (TPS). Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk saling membantu antar anggota dalam memahami pelajaran ataupun dalam menyelesaikan tugas belajar. Siswa yang lemah akan mendapat bantuan dari temannya yang lebih pandai. Sebaliknya, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuannya dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya kepada temannya yang berkemampuan rendah, sehingga pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantungan satu sama lain atas tugas-tugas bersama serta saling belajar untuk saling menghargai satu sama lain.

Untuk lebih meningkatkan motivasi siswa terhadap mata pelajaran matematika guru mencoba mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dalam pembelajaranya, dengan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share siswa tidak hanya bekerja dalam kelompok, namun siswa juga bisa bekerja sendiri dan setidaknya memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. (Isjoni, 2009, hal. 78).

Karena selama ini kebanyakan pembelajaran yang dilakukan adalah siswa hanya duduk mendengarkan ceramah dari guru, menulis, dan mengerjakan apa yang guru berikan. Dari situasi yang seperti ini maka tidak ada kesempatan bagi siswa untuk menuangkan kreatifitas dan menuangkan gagasan yang dimilikinya, dan berbagi (sharing) dengan temannya. Sehingga banyak masalah yang kita dapatkan seperti : 1) Siswa kurang bersemangat dalam proses pembelajaran, 2) Hasil belajar yang tidak tuntas, 3) Terjadinya

(19)

pasif learning, 4) ketakutan siswa terhadap matematika (gejala matematika phobia).

Berdasarkan pada uraian diatas maka untuk memperlancar proses pembelajaran dan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik agar tercapai pembelajaran yang efektif dan menyenangkan maka dari itu peneliti mencoba mengadakan penelitian tentang“. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V Di MI An-Nizhom Kota Jambi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-maslah yang di temukan yaitu :

1. Guru tidak menggunakan metode yang dapat menarik perhatian dan pemahaman siswa.

2. Kegiatan pembelajaran yang monoton dan tidak adanya timbal balik dari siswa.

3. Kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas V.

4. Guru belum menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair Share.

C. Batasan Masalah

Agar peneliti lebih terarah dan lebih sesuai dengan tujuan yang di harapkan, perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini di laksanakan di kelas V MI An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi.

2. Mata pelajaran Matematika dengan pokok bahasan KPK dan FPB , yang akan diterapkan menggunakan Strategi Pembelajaran kooperatif Model Think Pair Share.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukankan di atas maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah ;

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan penerapan strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dalam meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa kelas V di MI An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi?

2. Apakah Implementasi strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair Share(TPS) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa kelas V di MI An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi ?

(20)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan penerapan strategi pembelajarankooperatif model Think Pair Share dalam meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa kelas V di MI An-Nizhom Telanaipura Kota Jambi.

2. Untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa kelas V di MI An- NizhomTelanaipura Kota Jambimelalui implementasi strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS).

F. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan suatu kontribusi terhadap pengembangan diberbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini diaharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis dan praktis bagi pihak-pihak terkait.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharpkan mampu memberikan masukan-masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang pendidikan serta peneltian ini diharpakan menjadi landasan dalam melaksanakan pemebelajaran matematika agar kualitas pembelajaran matematika dapat meningkat.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Bagi lembaga / sekolah. Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penerapan strategi kooperatif model Think Pair Sharedalam proses pembelajaran Matematika serta sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga dalam memberikan kebijakan kepada guru dalam penyampaian materi, dan sebagai perbaikan sistem pembelajaran di sekolah. Diharapakan juga dapat menghasilkan calon guru-guru yang profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru yang profesional jika penelitian berhasil, sekolah mampu menghasilkan out put yang maksimal.

b. Bagi Peneliti / Guru .Manfaat bagi peneliti atau guru agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi, yaitu secara praktis, efektif dan efisien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menambah wawasan tentang strategi, metode, ataupun media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran. Selain itu guru atau peneliti dapat menyadari bahwa dalam penciptaan kondisi pembelajaran, selain menggunakan metode,

(21)

srtategi dan media juga diperlukan kreativitas dalam pengelolaan kompetensi dasar yang ada.

c. Bagi siswa. agar siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta dapat membantu siswa yang bermasalah dalam pembelajaran atau mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan adanya straregi kooperatif model Think Pair Share ini maka diharapkan siswa mampu memahami dan termotivasi untuk belajar pada pembelajaran Matematika dengan lebih mudah sehingga kemampuanya dapat bertambah.

(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar Matematika 1. Konsep Motivasi Belajar

Motivasi berpangkal dari kata „motif „ yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. (Pupuh Fathurrohman, 2009, hal. 19). Istilah lain menyebutkan motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Hamzah B. Uno, 2007, hal. 3).

Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah, sedangkan sebagai suatu masalah dikelas motivasi adamembangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat–minat.

Menurut Mc. Donald “ Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Perumusan ini mengandung tiga unsur yang salingberkaitan yaitu” (Oemar Hamalik, 1992, hal. 173-175): (1). Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, (2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), (3) Motivasi ditandai oleh reaksi–reaksi untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam dari seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu (Hamzah B. Uno, 2007, hal. 4) : motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karenamemang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

(23)

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa–

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung, meliputi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita–cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno, 2007, hal. 34).

2. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan, sehingga fungsi motivasi adalah(Oemar Hamalik, 1992, hal. 175):

a). Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar

b). Sebagai pengarah, yaitu mengarahkan perbuatan kepadapencapaian tujuan yang diinginkan

c). Sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

3. Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Pembelajaran Matematika

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran , antara lain(Hamzah B. Uno, 2007, hal. 27):

a) Menentukan hal–hal yang dapat dijadikan penguat belajar b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar d) Menentukan ketekunan belajar.

Begitu juga dengan pembelajaran Matematika siswa perlu dimotivasi agar lebih antusias dalam mengikuti pelajaran ini, karena banyak siswa yang merasa takut dengan mata pelajaran Matematika karena menganggap mata pelajaran ini

(24)

sulit. Dengan adanya motivasi belajar akan membuat siswa menjadi menyukai pelajaran Matematika karena ada keinginan untuk mempelajarinya.

Menurut Otto Wilmann di dalam uraianya tentang pertumbuhan dan pembentukan manusia di dapat 6 buah macam motif yang menggerakkan anak mau belajar (I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak, 1986, hal. 13) yaitu:

a) Motif psikologi. Pada tiap–tiap makhluk yang hidup terdapat dorongan alam untuk berkembang sesuai dengan caranya masing-masing.

b) Motif praktis. Semua pengetahuan dan kecekatan itu mempunyai nilai praktis.

Perkembangan dan pembentukan adalah alat yang baik sekali untuk memperoleh suatu kedudukan dalam hidup.

c) Motif pembentukan kepribadian. Pengetahuan dan kecekatan tidaklah hanya menghasilkan saja, tetapi juga menaikkan kepribadian manusia dalam segi estetik dan intelektualistik.

d) Motif kesusilaan. Terbentuknya kepribadian berarti bahwa wataknya ikut terbentuk pula dalam kesusilan. Belajarlah agar engkau menjadi lebih berkesusilaan.

e) Motif sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus belajar segala sesuatu yang layak diketahui dan dikerjakan dalam hidup pergaulan.

f) Motif ke-Tuhanan. Belajarlah agar dapat mengabdi pada Tuhan. Segala pengetahuan dan kecakapan kita, harus kita arahkan pada suatu tingkatan dimana kita dapat menyadari hubungan kita sebagai manusia dengan Tuhan.

4. Teknik Memotivasi.

Menyadari pentingnya motivasi di dalam kegiatan mengajar belajar Matematika belumlah cukup apabila pengajar tidak mengetahui bagaimana cara atau teknik memberikan motivasi. Berikut ini beberapa cara/teknik memotivasi peserta didik dalam pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2007, hal. 34-37) :

a) Berikan kepada peserta didik rasa puas sehingga ia berusaha mencapai keberhasilan selanjutnya.

b) Kembangkan pengertian (konsep, teorema, langkah pembuktian dan sebagainya) peserta didik secara wajar. Pengertian baru haruslah didasarkan atas pengalaman- pengalaman belajar yang lama.

c) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.

d) Bawalah suasana kelas yang menyenangkan peserta didik suasana yang menyenangkan dapat menimbulkan minat belajar.

(25)

e) Buatlah peserta didik marasa ikut ambil bagian di dalam program yang di susun.

f) Usahakan pengaturan kelas yang bervariasi sehingga rasa bosan berkurang dan perhatian peserta didik meningkat.

g) Timbulkan minat peserta didik terhadap materi yang dipelajari peserta didik.

h) Berikan komentar kepada hasil–hasil yang dicapai, komentar yang mendorong dan membesarkan hati dapat menimbulkan motivasi belajar.

i) Berikan kepada peserta didik kesempatan untuk berkompetisi j) Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa.

B.Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

1. Hakekat Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Matematika, menurut Rusefendi adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur–unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat Matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. (Heruman, 2007, hal. 1).

Dengan merujuk pada berbagai pendapat para ahli Matematika maka pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan kurikulum dan potensi siswa. Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) umumnya umurnya berkisar antara 6-7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah–kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkrit. (Heruman, 2007, hal. 1). Sebagaimana keunikan dan karakteristik kegiatan belajar anak usia Madrasah Ibtidaiyah, Peget, Vygotsky dan Bruner mengetengahkan cara-cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat tujuan belajar yang sewajarnya dapat diwujudkan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar diMadrasah Ibtidaiyah termasuk dalam belajar Matematika, diantaranya adalah (Mulyani Sumantri, 1998/1999, hal. 21) : (1) menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar, (2) memperbaiki berpikir kreatif anak-anak, sifat

(26)

keingintauan,kerja sama, harga diri dan rasa percaya diri sendiri, (3) mengembangkan sifat positif anak-anak dalam belajar.

Dalam Matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakanya.

Dalam pembelajaran Matematika di tingkat MI diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran dikelas. (Heruman, 2007, hal. 4).Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahuai sebelumnya, tetapi bagi siswa MI penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Pada pembelajaran Matematikaharus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam Matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh sebab itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukanketerkaitan tersebut.

2. Strategi Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Matematika sebagai studi obyek abstrak, tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak–anak usia Madrasah Ibtidaiyah. Siswa MI masih belum mampu berpikir formal karena orientasinya masih terikat dengan benda-benda konkret. (Heruman, 2007, hal.

149). Ini bukanberarti bahwa Matematika tidak mungkin dapat diajarkan di MI.

Keanekaragaman kemampuan siswa juga perbedaanminat mempersulit penyampaian Matematikasebab Matematika yang universal itu bersifat abstrak dan formal terlepas dari obyek konkret. Oleh sebab itu agar siswa mau belajar Matematika maka diperlukannya suatu strategi belajar mengajar Matematika, yang mana mengandung arti kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses mengajar Matematika yang dapat memberikan fasilitas belajar sehingga memperlancar tercapaianya tujuan belajar Matematika.

Strategi yang dapat digunakan dalam pengajaran Matematika di tingkat dasar yang perlu diperhatikan yaitu (Heruman, 2007, hal. 157):

a) Bagi sekelompok besar siswa yang berkemampuan sedang perlu diperkenalkan terlebih dahulu Matematika sebagai aktivitas manusia, dekat dengan penggunaan sehari-hari yang diatur secara kreatif (oleh guru) agar kegiatan tersebut disesuaikan dengan topik Matematika. Sedangkan bagi siswa yang cerdas akan mudah

(27)

mengasimilasi dan mengakomodasi teori Matematika dan masalah-masalah yang tertera di dalam buku teks.

b) Dalam mengajar guru tidak terikat dengan pola buku teks, melainkan dengan melihat lingkungan sekitarnya bersama-sama siswa untuk mengeksplor lingkungan, kegiatannya diatur sedekat–dekatnya dengan lingkungan sehingga konsep Matematika lebih mudah diserap siswa.

c) Mengajar Matematika di lingkungan MI, harus didahului dengan benda-benda konkret, pengembangan bahasa Matematika ditekankan lebih kepada proses dari pada hasil. Model konsep seyogyanya dibentuk oleh siswa sendiri (siswa menjadi penemu), siswa akan menjadi senang bila merasa menemukan.

d) Guru menyusun materi Matematika sedemikian hingga siswa dapat menjadi lebih aktif sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya. Kerja sama antar siswa (diskusi) dapat mengembangkan kemampuan Matematikanya dan sekaligus memberikan motivasi mereka.

e) Matematika yang disajikan sebaiknya dalam bentuk yang bervariasi pengajaranya dilandasi latar belakang yang realistis dari siswa.

C. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) 1. Konsep Faktor dan Kelipatan

Faktor suatu bilangan

Bila bilangan A habis dibagi oleh bilangan B maka dikatakan B adalah faktor dari A sehingga Faktor suatu bilangan merupakan bilangan–bilangan yang habis untuk membagi bilangan itu. Ada bilangan yang mempunyai 2 faktor, 3 faktor, 4 faktor dan seterusnya. Bilangan yang mempunyai 2 faktor disebut bilangan prima.

Bilangan prima merupakan bilangan yang tepat mempunyai dua faktor yaitu mempunyai faktor 1 dan bilangan itu sendiri. Faktor prima suatu bilangan adalah bilangan prima yang terkandung dalam faktor bilangan itu. (Sinaga Mangantur, 2004, hal. 133).

Setiap bilangan mempunyai faktor 1 dan bilangan itu sendiri. 2 merupakan satu–satunya bilangan prima genap, selain 2 semua bilangan prima adalah ganjil dan tidak semua bilangan ganjil adalah bilangan prima. (Soenaryo, 2008, hal. 32).

Contoh dari faktor bilangan adalah : 1. Faktor dari 6

1 faktor dari 6 karena 1 x 6 = 6

(28)

2 faktor dari 6 karena 2 x 3 = 6 3 faktor dari 6 karena 3 x 2 = 6 6 faktor dari 6 karena 6 x 1 = 6 Jadi, faktor dari 6 adalah 1, 2, 3, 6 2. Faktor dari 8

1 faktor dari 8 karena 1 x 8 = 8 2 faktor dari 8 karena 2 x 4 = 8 4 faktor dari 8 karena 4 x 2 = 8 8 faktor dari 8 karena 8 x 1 = 8 Jadi, faktor dari 8 adalah 1, 2, 4, 8

Menentukan Faktor Persekutuan dari Dua Bilangan Faktor dari 12 dan 16

Faktor dari 12 : 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 : 1, 2, 4, 8, 16

Faktor persekutuan dari 12 dan 16 adalah 1, 2, dan 4

Kelipatan Suatu Bilangan

Bilangan kelipatan 3. Bilangan ini diperoleh dari : 1 x 3 = 3 4 x 3 = 12

2 x 3 = 6 5 x 3 = 15 3 x 3 = 9 6 x 3 = 18

Bilangan kelipatan 4 diperoleh dari : 1 x 4 = 4 4 x 4 = 16

2 x 4 = 8 5 x 4 = 20 3 x 4 = 12 6 x 4 = 24

Jadi, bilangan kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24,….

Kelipatan Persekutuan Dua Bilangan

Bilangan Kelipatan 2 adalah 2, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24,……

Bilangan Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, ……

Kelipatan Persekutuan dari 2 dan 3 adalah 6, 12, 18, 24,……

2. KPK dari 2 atau 3 Bilangan Cara menentukan KPK:

a. Tentukan kelipatan dari kedua atau ketiga bilangan tersebut b. Tentukan kelipatan persekutuan dari kedua atau ketiga bilangan

(29)

c. KPK merupakan kelipatan persekutuan kedua bilangan yang nilainya terkecil.

KPK dari Dua Bilangan Contoh KPK dari 4 dan 6

Bilangan kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, … Bilangan kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, ….

Kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, 36,…

Kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 yang terkecil adalah 12 Jadi, KPK dari 4 dan 6 adalah 12

KPK dari Tiga Bilangan Contoh KPK dari 3, 4 dan 6

Bilangan kelipatan 3 = 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36,….

Bilangan kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36,….

Bilangan kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36,……

Kelipatan persekutuan dari 3, 4, dan 6 adalah 12, 24, 36 Kelipatan persekutuan dari 3, 4, dan 6 yang terkecil adalah 12 Jadi KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 12

3.FPB dari 2 atau 3 Bilangan

Dalam Matematika, Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari dua bilangan adalah bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan itu.

Dalam bahasa Inggris FPB dikenal dengan Greatest Common Division (GCD), sering juga disebut sebagai Greatest Common Factor (GCF) atau Highest Common Factor (HCF).

Cara menentuka FPB :

a) Tentukan faktor dari masing–masing bilangan

b) Tentukan faktor persekutuan dari kedua atau ketiga bilangan

c) FPB merupakan faktor persekutuan kedua atau ketiga bilangan yang nilainya terbesar.

FPB dari Dua Bilangan Contoh FPB dari 12 dan 8

Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12 Faktor dari 8 adalah 1, 2, 4, dan 8

Faktor persekutuan dari 12 dan 8 adalah 1, 2, dan 4

(30)

Faktor persekutuan dari 12 dan 8 yang nilainya terbesar adalah 4 Jadi FPB dari 12 dan 8 adalah 4

FPB dari Tiga Bilangan Contoh FPB dari 6, 8, dan 12 Faktor dari 6 = 1, 2, 3, dan 6 Faktor dari 8 = 1, 2, 4, dan 8

Faktor dari 12 = 1, 2, 3, 4, 6, dan 12

Faktor persekutuan dari 6, 8, dan 12 adalah 1 dan 2

Faktor persekutuan dari 6, 8, dan 12 yang terbesar adalah 2 Jadi FPB dari 6, 8, dan 12 adalah 2

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif 1. Konsep Strategi Pembelajaran

Secara bahasa, strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara.

Sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Pupuh Fathurrohman, 2009, hal. 3).

Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai situasi, termasuk untuk situasi pendidikan, implementasi konsep strategi dalam kondisi pembelajaran ini telah melahirkan pengertian diantaranya, (1) strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengandung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan–tujuan belajar, (2) strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien, (3) dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of aktivities to achieves a paticular educational goal. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Pupuh Fathurrohman, 2009, hal. 126)

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

(31)

peserta didik melakukan kegiatan belajar.Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi danefektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Secara singkat strategi pembelajaran, pada dasarnya mencakup empat hal utama, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran, pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar, pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar dari evaluasi yang dilakukan.

Selain itu strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memelihara konsistensi dan kekompakan setiap komponen pengajaran yang tidak hanya terjadi pada tahap perencanaan tetapi juga terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi.

2. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kelompok adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis, yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikanya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. (Isjoni, 2009, hal. 11-12). Dalam strategi kooperatif siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan problem yang dihadapi. Pembelajaran ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan menentang pengetahuan yang dimiliki oleh individu.

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasipermasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. (Isjoni, 2009, hal. 16).

Istilah cooperative learning dalam pengertian Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong atau kelompok dalam pendidikan adalah falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa

(32)

kerja sama tidak akan ada individu keluarga, organisasi atau sekolah. (Anita Lie, 2007, hal. 28).

Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative leraning yang membedakanya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pengelolaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih baik.

Unsur-unsur untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran cooperative learning menurut Lungdren yang harus diterapkan yaitu (Isjoni, 2009, hal.

13) :

a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”

b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

e) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.

Strategi pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan dengan alasan yang pertama adalah beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan, dan dari hasil penelitian Suryadi pada pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah cooperative learning. Selanjutnya

(33)

menurut Sharan, siswa yang belajar menggunakan metode cooperative learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena di dorong dan didukung dari rekan sebaya.(Isjoni, 2009, hal. 23). Berdasarkan hal ini belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat. (Isjoni, 2009, hal. 12- 13).

Hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) dan meningkatnya motivasi, juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik yang dianggap lemah, penghargaan terhadap waktu dan suka memberi pertolongan kepada orang lain. (Wina Sanjaya, 2008, hal. 243).

3. Langkah-Langkah Pembejararan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya melalui kerja sama dalam sebuah kelompok. (A. Fattah, 2008, hal. 178). Langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan pembelajaran kooperatif menurut Etin Solihatin adalah sebagai berikut (A. Fattah, 2008, hal. 179-180): (1)tahap perencanaan program pembelajaran, (2) penyajian materi, (3) pendampingan dan pembimbingan, kemudian dilanjutkan presentasi.

Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja, maka guru harus memberikan komentar/penjelasan dan memberikan pujian atau merayakan hasil usaha siswa melalui kerja kelompok tersebut, di samping itu guru juga perlu mengulas sedikit materi dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengukur tingkat ketercapaian dalam belajar.

Menurut Arends yang dikutip oleh Masnur Muslich, terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Keenam fase atau langkah pembelajaran kooperatif tersebut dirangkum dalam tabel berikut:

(34)

Fase Kegiatan Guru Fase 1: Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2: Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa, baik dengan peragaan atau teks

Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar

Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien

Fase 4: Membantu kerja kelompok dalam belajar

Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5: Mengetes materi Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil- hasil pekerjaan mereka

Fase 6: Memberikan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Tabel 1

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif (Masnur Muslich KTSP,2007:230)

4. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif a) Mencari Pasangan (Make a Mach)

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a mach) dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. (Isjoni, 2009,

(35)

hal. 77). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.

b) Bertukar Pasangan

Teknik bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau berdasarkan teknik mencari pasangan.

c) Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair Share)

Teknik berpikir-berpasangan-berempat dikembangkan oleh Frank Lyman, teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. (Isjoni, 2009, hal. 78). Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

d) Berkirim Salam dan Soal

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya.

e) Kepala Bernomor (Numbered Heads)

Teknik ini dikembangkan oleh Spencer kagan, teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

f) Jigsaw

Teknik ini dikembangkan oleh Aronson et all, teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengar ataupun berbicara. (Anita Lie, 2007, hal.

69). Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

(36)

g) Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray)

Teknik ini dikembangkan oleh Spancer Kagan dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. (Isjoni, 2009, hal. 79). Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman–temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. (Isjoni, 2009, hal. 21). Model pembelajarankooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial.

(Isjoni, 2009, hal. 27).

Tujuan penting pertama model pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli bependapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas- tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi siswa kelompok bawah memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu.

Tujuan penting kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yangluas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

(37)

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah pengembangan keterampilan sosial (kooperatif) untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dimiliki karena di dalam masyarakat, banyak pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara kerja sama dalam suatu organisasi yang saling bergantung satu sama lainnya.

6. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa teori dalam kita mempelajari cooperative leraning. Tiga diantaranya adalah sebagaimana berikut ini (Isjoni, 2009, hal. 35-40) :

a). Teori Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta- fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.Menurut Ausubel pemecahan masalah yang cocok adalah lebihbermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yangefisien dalam pembelajaran.

b). Teori Piaget

Menurut Piaget setiap individu mengalami tingkat–tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut :

(1). Sensori motor (0-2 tahun) (2). Pra operasional (2-7 tahun) (3). Operasional konkret (7-11 tahun) (4). Operasional formal (11 tahun ke atas).

Dalam hubunganya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkansecara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif. Cooperative learning adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif.

c). Teori Vygotsky

Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah.

Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-

(38)

hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dan dipelajari di sekolah.

Sumbangan dari teori Vygostky adalah penekanan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnyapembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zona of proximal development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini.

Ide penting lain yang diturunkan Vygostky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh atau yang lainnya yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri.

7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2008, hal. 249-250):

a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain

b) Mengembangkan kemampuan ide atau gagasan dengan kata–kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala kekurangannya serta menerima segala perbedaan,

d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar

e) Untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial

f) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamanya sendiri, menerima umpan balik.

g) Meningkatkan kemampuan siswamenggunakan informasi dankemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h) Interaksi antar kelompok dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

(39)

Disamping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan atau kelemahan, diantara kelemahannya adalah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2008, hal. 250-251):

a. Membutuhkan waktu, antara siswa yang satu dengan yang lainya tidak sama untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan, sehingga keadaan ini dapat menghambat kerja sama dalam kelompok

b. Keberhasilan dengan strategi pembelajaran ini dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan tidak mungkin hanya dengan satu atau sesekali penerapan

c. Penilaian yang diberikan didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

8. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share

Model Think Pair Share merupakan salah satu dari model pembelajaran cooperative learning. Model ini juga disebut dengan berpikir-berpasangan-berempat.

Model belajar Think Pair Sharedikembangkan oleh Frank Lyman (Universitas Maryland) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. (Anita Lie, 2007, hal. 57).

Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara implisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab permasalahan dan saling membantu satu sama lain. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedimikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berfikir serta merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa.

Think Pair Share (TPS) mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Ini merupakan cara yang efektifuntuk mengelola pola diskursus di dalam kelas, strategi ini menentang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban dan ditunjuk.

Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think Pair Share

(40)

ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain, yaitu pada saat guru mempresentasikan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan di dalam tim mereka. (Anita Lie, 2007, hal. 57).

Think (memikirkan )

Think (memikirkan) yaitu guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan tersebut.

Pair (berpasangan)

Setelah siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan itu, kemudian siswa berpasangan dengan pasangannya untuk berdiskusi untuk mencapai jawaban tersebut.

Share (berbagi)

Setelah berpasangan untuk berdiskusi akhirnya siswa diminta untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati tersebut kepada semua siswa dikelas.

Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Cara pembelajaran dalam model Think Pair Share (Anita Lie, 2007, hal. 58):

a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasanganya.

d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Teknik ini mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan yang didapat dalam model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) adalah melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan/idenya, melatihsiswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain,menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial, memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menghemat waktu dalam mengorganisir kedalam kelompok, mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep sulit karena siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah..

Sedangkan kekurangan dari teknik Think Pair Share adalah kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok, membutuhkan koordinasi secara

(41)

bersamaan dari berbagai aktivitas, kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung untuk diatur kegiatan kelompok, agak memakan waktu banyak yaitu Peralihan dari seluruh kelas kekelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran

Kelemahan di atas dapat diatasi dengan pengelolaan waktu yang tepat dan hanya sebagian kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

E. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share pada Pembelajaran Matematika

Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat di era globalisasi ini dan untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Matematika di Indonesia, diperlukan suatu perubahan dalam dunia pendidikan, dan upaya pembaharuan proses tersebut terletak pada tanggung jawab guru bagaimana pembelajaran yang di sampaikan dapat dipahami peserta didik secara benar.

Proses pembelajaran di tentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode dan strategi pembelajaran dengan baik. Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai insan yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab. Untuk memikirkan cara yang terbaik untuk mempersiapkan siswa menghadapi semua tantangan dunia, para pendidik mengubah isi kurikulum Matematika dan cara kita mengajarkannya. Beralih dari fokus aritmatika dan ketrampilan berhitung menjadi kurikulum yang mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir, bernalar dan berkomunikasi secara matematis, dengan tujuan membantu siswa membangun pemahaman konseptual Matematika mereka, bukan sekedar mengingat fakta dan aturan-aturanya. (Shlomo Sharan, 2009, hal. 345).

Pengajaran Matematika sepertinya perlu diubah agar memenuhi tujuan tersebut, yaitu bukan lagi mengajar dengan cara memberitahu atau demonstrasi, campuran dari metodologi-metodologi pengajaran dianjurkan agar mampu memasukkan kerja kelompok dan individu serta pengajaran langsung. Fokusnya adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menelusuri dan memecahkan masalah, secara individu maupun bersama teman dan untuk mengembangkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah: (1) rata- rata nilai kevalidan instrumen penilaian aspek psikomotorik adalah 1,00 dengan kriteria sangat tinggi, (2) kepraktisan instrumen penilaian

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Berdasarkan analisis data hasil penelitian setelah menerapkan model Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) persentase aktivitas guru

(2) Penerapan pidana terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan surat pada perkara No.91/Pid.B/2016/PN.Sinjai, yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta hukum, baik keterangan

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL.. NOMENKLATUR, LOKASI, DAN

Samsubar Saleh, M.Soc.Sc., Dr/ Sutjijana, M.Sc., Dr Kamis 10.00-12.30 Satyajaya Lt.2 Workshop Analisis Statistika (WAS) Team Teaching.. Akuntansi Keperilakuan

Dengan memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan tipe bangunan dan menganalisis tiap jenis struktur atas jembatan serta berdasarkan dengan kondisi lapangan