BAB II LANDASAN TEORI
C. Analisis Wacana
2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa
Menurut Crigler (1996:7-9), setidaknya ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis di dalam analisis wacana. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorag membuat gambaran tentang realitas politik. kata makna merujuk kepada sesuatu yang diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai
proses yang terus-menerus dan dinamis.39
Istilah konstruksi sosial (social construction of reality)
didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.40 Menurut Peter L.
Berger dan Thomas Luckman, realitas tidak dibentuk secara ilmiah. Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas
39
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72 40
Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 301.
suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan
lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.41
Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa
menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas sosial, melalui pemindahan pesan kepada media dengan atau setelah dirubah citranya, kemudian media tersebut memindahkan atau mentransfer kembali citra yang dikonstruksinya kepada masyarakat,
seolah sebagai realitas yang sebagaimana mestinya.42
Dalam hal ini berita yang diproduksi oleh media massa tak dapat lepas dari cara media mengkonstruksi isu-isu yang ada menjadi sebuah berita. Sebuah peristiwa yang sama dapat dikonstruksikan berbeda-beda melalui cara pandang dan konsepsi pada masing-masing wartawan. Mulai pada teks melalui bahasa, foto, dan sebagainya yang berkaitan dengan penulisan berita.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan
41
Eryanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media ( LkiS, Yogyakarta: 2002), h.15.
42
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h.2.
menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah
produk dari proses interaksi dan dialektika ini43.
Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin mengenai realitas sosial ada 3 macam, yaitu :
1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai
proses penyerangan realias objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi.
2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari
pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan.
3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari
realitas objektif dalam berbagai bentuk.44
Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, pekerjaan media pada hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Meskipun memiliki tema pemberitaan yang sama, akan tetapi setiap media massa akan menghasilkan makna yang berbeda dari hasil konstruksi realitas yang dilakukan.
Proses kelahiran konstruksi sosial media massa berlangsung
dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut45:
43
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat, h. 17.
44
Burhan Bungin, Sosial Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus eknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta, 2007), h.5.
45
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Pada tahap ini isu-isu penting dimunculkan. Isu-isu ini dipilih berdasarkan isu yang paling menjadikan pembaca tertarik. Misalnya isu mengenai harta, tahta, dan perempuan. Selain itu, isu yang sifatnya menyentuh atau memiliki
kedekatan (proximity) dengan pembaca juga dimunculkan.
Misalnya isu konflik, isu kriminalitas, dan human interest.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi
penting pula bagi pemirsa atau pembaca.46
3. Pembentukan Konstruksi Realitas
a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Setelah terjadinya sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pemirsa atau pembaca, selanjutnya yaitu terjadinya tahap pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generic. Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua,kesediaan
46
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,
dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif.47
b. Pembentukan Konstruksi Citra
Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua
model; model good news dan model bad news.
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun
pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk member argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia
terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.48
47
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi , h. 208.
48
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,
D. Analisis Framing
1. Konsep Analisis Framing
Analisis framing adalah salah satu metode yang bertujuan untuk melihat cara pandang wartawan dalam mengemas berita. Dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari
teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan atau peristiwa
dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa
dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.49
Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Frame adalah prinsip
dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.50 Pada dasarnya
framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media
atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap
realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil
akhir dari konstruksi realitas.51
Dengan menggunakan analisis framing dalam menganalisis berita, maka akan diketahui apa saja yang direkonstruksikan oleh wartawan. Yakni berupa realitas apa yang ditonjolkan dan apa saja yang
disembunyikan yang tersusun menjadi sebuah frame atau peristiwa yang
dibingkai.
49
Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 11. 50
Eriyanto, Analisis Framing, h.79. 51