• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Media Islam

Secara epistemologis, perkataan da‟wah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata huruf dal, „ain dan waw yang berarti dasar

kecenderungan kepada sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.28

Menyampaikan informasi massal kepada masyarakat menuntut gerakan dakwah harus mamapu memanfaatkan hasil sains, teknologi, dan informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu memperluas

jangkauan pengaruh dakwah.29 Dengan kata lain, di masa yang kian

mengalami kemajuan teknologi ini diperlukan sebuah media komunikasi untuk menyampaikan pesan, begitu pula dengan kegiatan berdakwah, Sebagai salah satu alat penghubung komunikasi antar individu maupun masyarakat inilah, keberadaan media massa tentunya memiliki peranan penting untuk mensyiarkan, memperjuangkan serta menegakkan ide atau nilai-nilai yang dibawa dan dimiliki oleh Islam.

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan

28

Abu Husain Muhamad ibn Faris Zakariya, Mu’jam Al-Maqayis Al-Lughah, juz 2 (Mesir: Mustafa Al- Babi Al—halabi wa Awladuh, 1471), h.279.

29

Suf Kasman, Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran (Jakarta: Teraju, 2004), h. 127.

dengan radio bukan haya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini dawah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga serta emosi manusia seklaigus menerima dan menanggapi

maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.30

Media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Dalam hubungan ini biasa juga dikenal dengan metode dakwah menurut bentuk penyampainnya, yang dapat digolongkan menjadi lima golongan, antara lain lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan akhlak. Adapun dakwah melalui tulisan ialah dakwah yang dilakukan denagn perantara tulisan, umpamanya : buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan

sebagainya. 31

Ada beberapa media komunikasi dakwah yang dapat digolongkan menjadi lima golongan besar, yaitu :

1. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi,

seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

2. Tulisan: dakwah yag dilakukan dengan perantara tulisan

umpamanya; buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah,

30

Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal. 58.

kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebgainya.

3. Lukisan: yakni gambar-gambar dalam seni lukis, foto dan lain

sebgaianya. Bentuk lukisan ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar Islami untuk anak-anak.

4. Audio visual: yaitu suatu cara menyampiakna sekaligus

merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film dan sebagainya.

5. Akhlak: yaitu suatu cara yang menyampaikan langsung

ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.32

Akan kebutuhan media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat penting sekali, seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali “kepentingan dakwah terhadap media atau alat yang sangat penting sekali, sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad‟unya).33

Dalam mengembangkan dakwah Islam, Rasulullah Muhammad saw. telah memanfaatkan risalah sebagai media komunikasi. Meskipun Rasulullah termasuk manusia yang tak dapat membaca atau buta huruf (ummi), namun dakwah secara risalah (surat-menyurat) pada awal kedatangan Islam tetap terwujud, hal ini tak lain karena bantuan para sahabat yang pandai menulis.

Berdakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah SAW. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat kepada sejumlah penguasa Arab saat itu, atau yang mungkin lagi karena pesan

pertama Al-Qur‟an adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat

32

Dr. H. Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47- 48. 33

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1984), h. 225.

kaitannya dengan perintah menulis.34 Bahkan sejahrawan Muhammad bin Sa‟ad (w. 230 H) dalam kitabnya, Al-Thabaqat Al-Kubra, menuliskan satu persatu surat Rasulullah saw. yang berjumlah tidak kurang dari 105 surat

yang lengkap dengan sanadnya.35 Dengan melihat kepada banyaknya

jumlah surat yang pernah dikirim oleh Nabi, hal tersebut menunjukkan adanya kesibukan Rasulullah berdakwah khususnya di bidang risalah, disamping bidang-bidang lainnya. Dari kegiatan dakwah tertulis itulah terlihat bahwa landasan jurnalistik telah diletakkan oleh beliau selaras dengan kondisi dan kemajuan ummat pada waktu itu.

Jika sekarang ini kita ketahui adanya wartawan yang mahir meng-cover suatu berita atau kejadian, kemudian menuliskannya lewat koran, maka di zaman Rasulullah saw. sesungguhnya para sahabat itu telah melaksanakan fungsi kewartawanan yang suci. Para sahabat Nabi telah mensponsori pemberitaan mengenai diri pribadi Nabi. Dan tidaklah begitu berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa sahabat-sahabat Nabi ialah

wartawan-wartawan (reporter) yang demikan mahirnya meng-cover

berita-berita kejadian di zaman Nabi terutama yang menyangkut langsung

kegiatan Rasululllah saw. baik perbuatan-perbuatan (af’al) beliau

maupun perkataan-perkataan (sabda-sabda) beliau. Diantara para sahabat

yang selalu mengikuti dan meng-cover berita-berita Nabi ada Aisyah bin

Abu Bakar, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi

34

Asep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h. 5. 35Muhammad ibn Sa‟ad, Al-Tabaqat Al-Kubra (Beirut: Dar Beirut, 1980), h. 258.

Thalib, Abi Hurairah, Anas, dan Ibnu Umar.36 Para sahabat inilah yang mengindahkan berita-berita itu kepada sahabat lainnya, kemudian kepada tabi’in, lalu kepada tabi’it-tabi’in. Ratusan ribu Hadits yang berhasil dicatat oleh para ahli-ahli Hadits adalah berkat jasa-jasa reportase para sahabat.

Dokumen terkait