• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wacana Perang Ideologi pada Konflik Suriah di Media Umat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wacana Perang Ideologi pada Konflik Suriah di Media Umat"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah di Media Umat

Konflik Suriah yang berlangsung dari tahun 2011 hingga hari ini telah menarik perhatian dunia internasional. Adanya perlawanan dari pelbagai kelompok masyarakat Suriah terhadap tindakan represif rezim pemerintahan telah menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat. Turut sertanya negara asing dengan segala kepentingannya dalam konflik ini menambah pelik situasi di Suriah. Masing-masing pihak yang terlibat konflik mencoba mempertahankan kepentingan mereka terhadap Suriah. Perbedaan ideologi yang diusung oleh masin-masing aktor yang terlibat konflik ini dibangun oleh media massa sebagai perang ideologi yang tercermin dari wacana serta teks berita yang dihasilkan.

Rumusan masalahdari penelitian ini adalah (1) Bagaimana wacana perang

ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi oleh Media Umat? Tujuan penelitian

Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah

dikonstruksi lewat oleh Media Umat.

Teori Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hirarki pengaruh

yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese yang mengemukakan bahwa ada pelbagai faktor yang mempengaruhi isi media atau agenda media. Kemudian untuk menganalisis objek penelitian dengan

menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani.

Metodologi Penelitian dalam skripsi ini antara lain menggunakan:

paradigma kronstruktivis, pendekatan kualitatif, dan metode penelitian

menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani. Sedangkan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi sebagai sumber referensi melakukan penelitian.

Hasil penelitian menunjukan, Tabloid Media Umat sebagai media

komunikasi yang berideologi Islam mengkonstruksi wacana perang ideologi dengan menampilkan dan menonjolkan kebengisan rezim pemerintah, masuknya negara asing yang ingin membajak revolusi Suriah, dan para pejuang Islam (mujahidin) di Suriah yang tak bergeming dengan kebrutalan rezim Asad serta ide-ide revolusi negara asing.

(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan magfirah-Nya yang selalu tercurahkan. Berkat pertolongan dan karunia-Nya, akhirnya peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah Di Media Umat.

Shalawat serta salam terlantunkan kepada kekasih Allah, Nabi

Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita semua

mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhir.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih banyak

kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum, dan Dr. Sunandar, M.A selaku Pembantu Dekan

Bidang Kemahasiswaan.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekertaris

Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfiroh Nurlaily, M.A atas dukungan

dan bantuannya dalam administrasi maupun segala hal dalam proses

(7)

iii

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik serta memberikan beragam ilmu. Semoga pengorbanan para

dosen dibalas dengan kebaikan yang tak terhingga dari Allah.

5. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

6. Kepada pihak Tabloid Media Umat yang turut berperan dalam selesainya

penelitian, khususnya kepada Ust. Farid Wadjdi selaku Pimpinan Redaksi,

dan Ust. Mujiyanto selaku Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat

sebagai narasumber yang sudah meluangkan waktunya dan memberikan

kesempatan untuk wawancara terkait penelitian ini.

7. Orangtua tercinta, Ibundo Neny Nizam dan Baba Sumardi. Terimakasih

atas cinta, kasih sayang, perhatian, kepercayaan, kesabaran, ketulusan doa

yang tak ada hentinya, serta dukungan moril dan materil selama ini.

Terimakasih selalu memberikan dan mengorbankan yang terbaik ditengah

segala keterbatasan.

8. Makdang Syabnikmat dan Makwo Vidriani, Uni Resti, Ilham, Uni Dina,

Devi solehah, dan seluruh keluarga besar Nizam. Hanya Allah yang

mampu segala kebaikan dan ketulusan cinta kalian dengan yang lebih

(8)

iv

semangat untuk terus berjuang hingga akhir. Benar, Allah akan menolong

apapun kesulitan kita saat kita bersedia menolong agama-Nya. Semoga

hati kita semakin dikuatkan, langkah kita semakin diteguhkan, segala

pengorbanan dibalas dengan kebaikan, dan berkumpulnya kita karena

ikatan akidah kembali dipesatukan dalam Jannah-Nya. Aamiin.

10.Keluarga Jurnalistik A angkatan 2010, perhatian dan semangat yang kalian

berikan sejak awal pertemuan tak pernah terlupakan. Semoga ilmu dan

pengalaman kita semua bermanfaat dunia dan akhirat.

Akhirnya teriring salam dan doa, semoga segala motivasi dan kebaikan

kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang lebih baik dan

berlipat ganda. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

wacana keilmuan dan ke-Islaman. Kepada-Nya lah segala urusan kembali dan

kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.

Jakarta, 25 Agustus 2014

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ...5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Media dan Ideologi 1. Pengertian Media... 15

2. Media dan Ideologi... 16

3. Teori Hirarki Pengaruh... 19

B. Media Islam ... 29

C. Analisis Wacana 1. Konsep Analisis Wacana ... 33

(10)

vi

2. Jenis Framing ... 40

3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani ... 41

E. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita ... 44

2. Nilai-Nilai Berita ... 46

3. Jenis-Jenis Berita ... 47

4. Sumber Berita ... 48

BAB III SURIAH DAN PEMBERITAANNYA A. Suriah 1. Syam dan Suriah... 49

2. Suriah “Pra Islam-Islam” ... 51

3. Kondisi Geografis Suriah ... 55

B. Konflik Suriah ... 57

C. Konstruksi Pemberitaan Konflik Suriah ... 63

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Tabloid Media Umat ... 68

B. Hirarki Pengaruh Dalam Pemberitaan Konflik Suriah Di Media Umat ... 72

(11)

vii

3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas ... 81

3.1Analisis Teks Berita I ... 86

3.2Analisis Teks Berita II ... 94

3.3 Analisis Teks Berita III ... 99

3.4 Analisis Teks Berita IV ...106

3.5 Analisis Teks Berita V ...112

3.6 Analisis Teks Berita VI ...118

3.7 Analisis Teks Berita VII ...125

4. Tahap Konfirmasi ... 132

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………....133

B. Saran………..134

DAFTAR PUSTAKA………...135

(12)

viii

Tabel 1.1: Tabel 1. 1: Perangkat Framing Model William Gamson dan Andre

Modigliani ... 9

Tabel 1.2: Daftar Narasumber ... 11

Tabel 4.1: Daftar Judul Berita Mengenai Konflik Suriah di Tabloid Media Umat ... 76

Tabel 4.2: Analisis Berita 1 “Bashar Asad, Rezim Keji Menanti Mati”... 92

Tabel 4.3: AnalisisBerita 2 “Rezim Jahat Bashar Asad” ... 97

Tabel 4.4: AnalisisBerita 3 “Pertarungan Barat dan Timur” ... 104

Tabel 4.5: AnalisisBerita 4 Suriah Mulia dengan Khilafah” ... 111

Tabel 4.6: AnalisisBerita 5 “Upaya Amerika Menagborsi Perjuangan Umat Islam” ... 116

Tabel 4.7: Analisis Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ... 123

(13)

ix

Gambar 2.1 : Skema Hierarchy of Influence ... 20

Gambar 4.1 : Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati” ... 87

Gambar 4.2 : Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Assad” ... 94

Gambar 4.3 : Berita 3 “Pertarungan Barat dengan Timur” ... 99

Gambar 4.4 : Berita 4 “Suriah Mulia Dengan Khilafah” ... 106

Gambar 4.5 : Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam”... 112

Gambar 4.6 : Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ... 118

(14)

x

Lampiran 1 Surat Keterangan Pengesahan Proposal Skripsi

Lampiran 2 Surat Keterangan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Narasumber

Lampiran 6 Company Profile Media Umat

Lampiran 7 Curriculum Vitae Narasumber

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sarana dari komunikasi massa, media

massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk

memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat

dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang juga

dibaurkan dengan informasi dan hiburan.1 Melalui media massa, baik

cetak maupun elektronik, masyarakat bisa mendapatkan pelbagai

informasi mengenai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara,

mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun politik.

Media massa di antaranya tabloid berperan menampilkan berbagai

realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan lewat penyajian

berita dan informasi. Dengan menyajikan realitas inilah masyarakat

memperoleh gambaran tentang kondisi kehidupan yang ada.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tabloid merupakan surat

kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak

membuat berita secara singkat, padat dan bergambar, mudah dibaca

umum, selain itu tabloid merupakan tulisan dalam bentuk ringkas dan

padat (tentang kritik, paparan dan sebagainya).2

1

Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Mass (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3. 2

(16)

Dari sekian banyak tabloid yang beredar di Indonesia, Media Umat merupakan salah satu media cetak Islam yang fokus menyajikan informasi

tentang keadaan kaum Muslim di seluruh dunia. Adanya konflik di

negeri-negeri Muslim tentu tak luput dari perhatian Media Umat, termasuk

konflik yang sedang berkecamuk di Suriah hingga hari ini. Dalam

penyajian informasinya, media yang memiliki tagline:Melanjutkan

Kehidupan Islam” ini berupaya mengarahkan para pembaca untuk melihat

konflik Suriah sebagai pertarungan ideologi antara Islam dan Barat.

Fenomena revolusi negara-negara Timur Tengah yang dikenal

dengan Arab Spring telah membawa pengaruhnya hingga ke Suriah.

Perlawanan rakyat Suriah yang selama ini dipimpin oleh rezim diktator

direspon brutal oleh pemerintah, sehingga membuat rakyat Suriah berani

untuk mengangkat senjata. Perlawanan bersenjata ini terus berlangsung

dan menarik perhatian dunia internasional. Pihak-pihak asing yang

mempunyai kepentingan terhadap Suriah pun terjun dalam konflik ini.

Yang membuat menarik, ternyata perlawanan rakyat ini bukan hanya

sekedar ingin menumbangkan rezim Assad, tapi juga perjuangan atas

nama Islam, perjuangan yang ingin mengembalikan kehidupan Islam

dengan terbentuknya Khilafah3.

Gejolak konflik di Suriah semakin menggeliat dan

mengkhawatirkan tatkala awal Maret 2011 seorang anak berusia 11 tahun

3“Kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum perundang-undangan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”, dijelaskan dalam Thesis Muhammad Muhsin Rodhi, “Tsaqafah dan Metode Hizbut Tahrir Dalam

(17)

telah memperlihatkan kebenciannya terhadap pemerintahan rezim Suriah

dengan menulis dan membuat gambar-gambar di tembok jalanan yang

mencerminkan tuntutan untuk mengganti pemerintahan Assad di kota Dar‟a. Tuntutan perubahan ini akhirnya memercikan api konflik yang luar

biasa, rezim pimpinan Assad pun meresponnya dengan brutal.4

Presiden Suriah, Bashar Assad yang menganut sekte Syiah

Alawiyah/ Nusairiyah yang dari awal sering bergesekan dengan mayoritas

Sunni di Suriah menambah pelik konflik ini. Aksi protes dan demonstrasi

muncul dimana-mana. Rezim Assad menangkapi dan menculik para

pemrotes, membunuh mereka, memotong bagian tubuh mereka, bahkan

menyiksa sampai mati anak-anak yang ikut dalam demonstrasi.5

Menurut kelompok aktivis yang berpusat di Inggris, Syrian

Observatory for Human Rights (SOHR), dalam bulan Maret 2013 saja, 291 wanita, 298 anak-anak, 1486 pejuang pemberontak dan pembelot

militer, serta 1464 pasukan pemerintahan tewas terbunuh. PBB mencatat

lebih dari 70 ribu orang telah tewas di Suriah sejak pemberontakan

dimulai. Sementara kelompok anti pemerintahan yang memonitori

pelanggaran hak asasi manusia di kedua pihak mengatakan, jumlah korban

jauh lebih tinggi dari 62.554 orang.6

4

http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 20:05 wib.

5

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-untuk-pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 17:20 wib.

6

(18)

Tindakan represif rezim Assad ini mendapat perhatian dunia

internasional. Rusia, China serta Iran secara terang-terangan mendukung

tindakan pemerintahan Assad untuk menghakimi warganya yang

memberontak, berbagai jenis senjata, dan serta pasukan dikirim ke Suriah

untuk menyelamatkan pemerintahan Assad. Sementara Amerika dan

sekutunya menyeru agar Assad mundur dan berusaha mengganti para elit

politik di Suriah dengan orang-orang pilihannya yang lebih mampu

menjalankan pemerintahan Suriah dengan demokratis. Amerika pun

bersikukuh untuk membuat koalisi dan Dewan Keamanan Suriah untuk

menekan aksi pemberontakan.

Tapi pada faktanya, masyarakat Suriah dengan segala

perjuangannya menolak solusi yang ditawarkan dari Amerika beserta

sekutunya, masyarakat Suriah juga dengan tegas melawan gempuran

Assad yang dibantu dan dimonitori oleh Rusia, China, dan Iran.

Perlawanan sengit yang sesungghnya hanyalah dirasakan masyarakat

Suriah sendiri, penderitaan atas berlangsungnya kekuasaan Assad yang

selama ini memimpin telah membangkitkan rasa perjuangan mereka.

Perjuangan masyarakat Suriah inilah yang sebenarnya jarang

diungkapakan oleh media. Masyarakat Suriah yang memegang senjata

hanya dikatakan sebagai pemberontak, tanpa melihat lebih dalam bahwa

sebenarnya mereka bukan hanya memberontak atas kepemimpinan Assad,

tapi juga memberontak terhadap sistem pemerintahan yang selama ini

(19)

menerapkan sistem yang sesuai dengan ideologi yang mereka inginkan.

Ideologi yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh Amerika, dan

ideologi ini pula berbeda dengan ideologi yang dipaksakan oleh Rusia.

Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat

dan menganalisis sejauh mana Tabloid Media Umat mengungkapakan,

menyajikan, dan mengulas wacana perang ideologi pada konflik Suriah,

maka penelitian ini berjudul “Wacana Perang Ideologi pada Konflik

Suriah di Media Umat.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini dikhususkan pada satu masalah dari sekian banyak

masalah yang diangkat di Media Umat, yakni perang ideologi pada konflik

Suriah. Adapun penulis membatasi permasalahan pada wacana

pemberitaan konflik Suriah di Media Umat pada edisi 87, 93, 96, dan 100.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah

dikonstruksi oleh Media Umat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik

(20)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pada pengembangan keilmuan komunikasi, khususya bagi peneliti

yang bersifat konstruktivis.

b. Manfaat Praktis

Manfaat konstruktivis penelitian ini adalah diharapkan

penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi di bidang jurnalistik,

khususnya penelitian yang terkait dengan telaah berita-berita konflik

ideologi.

Penelitian ini juga diharapakan memberikan inspirasi media

(media percetakan khususya) maupun media industri lainnya untuk

menciptakan keberimbangan, netralisasi, dan akulturasi tanpa ada bias

keberpihakan secara lebih baik, proporsional, profesional dan

bermanfaat bagi orang banyak.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitan

Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa paradigma analisis.

Yakni positivis, kontruktivis, dan kritis. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan paradigma konstruktivis. Dalam paradigma konstruktivis,

bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek

(21)

Konstruktivis justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam

kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.7

Paradigma konstrukstivis melihat realitas pemberitaan media

sebagai aktivitas konstruksi sosial. 8 Analisis yang disampaikan menurut

pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud

dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang

mengemukakan suatu pernyataan.9

2. Pendekatan Penelitian

Analisis berlandaskan paradigma konstruktivis yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal tersebut

tercermin dari usaha paradigma konstruktivis untuk mendapatkan

pemahaman yang bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan

analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian,

kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang

kenyataan-kenyataan tersebut.10 Penerapan pendekatan kualitatif

menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat

nonkualitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan

pengamatan.11

7

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, Cet VII Februari 2009), h.5

8

Burhan Bungin, Metodologi Peneltian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo 2004), cet. Ketiga, h.204

9

Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 83.

10

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.

11

(22)

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, landasan

yang dinilai tepat menyusun disain riset dengan demikan adalah analisis

framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani. Analisis framing Gamson dan Modigliani dapat menjelaskan susunan-susunan ide yang terdapat dalam berita. Ide-ide tersebut didapat dari cara pandang

wartawan dalam menyeleksi isu, menonjolkan isu mana yang diungkapkan

dan isu mana yang tidak diungkapkan. Sehingga terbentuklah apa yang

(23)

Tabel 1. 1: Perangkat framing model William Gamson dan Andre

Modigliani12

Frame (Media Package)

Seperangkat gagasan atau ide

sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu (central organizing idea of making sense of relevant events, suggesting what is at issues). Frame ini akan didukung oleh perangkat wacana lain, seperti kalimat, kata, dan

sebagainya. Secara umum,

perangkat ide sentral ini

dikelompokkan menjadi dua, yaitu framing devices dan reasoning devices.

Framing Devices (Perangkat Framing):

Berkaitan langsung dengan ide

sentral atau bingkai yang

ditekankan dalam teks berita.

Perangkat ini antara lain: pemakaian kata, kalimat, grafik/gambar, dan metafora tertentu.

Reasoning Devices (Peangkat Penalaran):

Berhubungan dengan kohesi dan kohorensi dari teks yang merujuk pada gagasan tertentu. Artinya ada dasar pembenar dan penalaran alas an tertentu sehingga membuat gagasan yang disampaikan media

atau seseorang tampak benar,

alamiah, dan wajar. uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai.

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai.

Depiction

Penggambaran atau pelukisan suatu

isu yang bersifat konotatif.

Depiction ini umumnya berupa kosakata, leksikon untuk melabeli sesuatu.

12

(24)

Visual Images

Gambar, grafik, citra yang

mendukung bingkai secara

keseluruhan. Bisa berupa foto,

kartun atau grafik untuk

menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Umat.

Objek yang digunakan ialah pemberitaan mengenai perang

ideologi pada konflik yang terjadi di Suriah.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ialah kantor redaksi Media Umat, dan waktunya

ialah pada bulan July 2014.

6. Teknik Pengumpulan Data

Berpijak pada penggunaan analisis framing Gamson dan

Modigliani sebagai metodologi penelitian, maka teknik pengumpulan data

yang akan dilakukan mengacu pada teknik pengumpulan data pada analisis

framing Gamson dan Modigliani.

a) Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.13

Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data/informasi

mendalam yang diajukan kepada responden/informan dalam bentuk

13

(25)

pertanyaan.14 Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung bagi cara

pandang wartawan serta rekonstruksi ide dalam analisis framing Gamson

dan Modigliani.

Digunakan karena merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai

bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka

kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap suatu yang

diselidiki. Dokumen-dokumen yang terkumpul seperti kumpulan

pemberitaan Tabloid Media Umat dari 1 Januari 2013 – 30 Desember

2013.

14

Mahi M.Hikmat, Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra

(26)

7. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, untuk melihat bagaimana Media Umat

membingkai pemberitaan mengenai perang ideologi dalam konflik di

Suriah, maka peneliti menggunakan analisis framing model William A.

Gamson dan Andre Modigliani sebagai alat untuk membedah teks pada

kelima artikel tersebut. Dalam membedah teks dalam kelima berita

tersebut, peneliti melakukan analisis melalui tiga perangkat framingnya

yaitu media package, core frame, dan condensing symbol. Sehingga akan

terlihat apa yang ingin dibingkai atau ditonjolkan oleh Media Umat.

Selain itu, karena penelitian ini ingin mengetahui bagaimana

Media Umat dalam mengkonstruksi perang ideologi pada konflik Suriah, maka peneliti menggunakan teori hirarki pengaruh dan teori konstruksi

realitas sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman.

8. Teknik Penulisan

Pada teknik penulisan penelitian ini penulis mengacu pada

(27)

E. Tinjauan Pustaka

Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, sebelum peneliti

menyusunnya lebih lanjut maka terlebih dahulu peneliti melakukan

literatur dalam penulisan ini di beberapa perpustakaan. Maksud pengkajian

ini adalah agar data diketahui bahwa apa yang diteliti sekarang tidak sama

dengan skripsi-skripsi sebelumnya.

Dalam pengkajian literatur yang telah peneliti lakukan, peneliti

mengkaji literatur analisis framing model William Gamson dan Andre

Modigliani. Untuk itu, Adapun beberapa tinjauan pustaka berupa skripsi

yang dijadikan penulis sebagai referensi yang membantu penelitian,

meskipun sejauh ini belum ada skripsi yang mirip dan mampu dijadikan

konsep dasar, skripsi-skripsi tersebut ialah:

1. Skripsi “Citra Perempuan dan Korupsi (Konstruksi Realitas Sosial dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Suap Daging Impor di

www.metrotvnews.com)” oleh Septinia Antika Fasya, Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Pada level teks, teknik analisis data

sama-sama menggunakan teknik analisis framing Gamson dan

Modigliani. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah

www.metrotvnews.com, sedangkan peneliti menjadikan Media Umat

(28)

perempuan dan korupsi, sedangkan peneliti menggunakan perang

ideologi pada konflik di Suriah sebagai objek yang diamati.

2. Skripsi “Diskursus dan Implementasi Jurnalisme Damai dalam

Pemberitaan Konflik Suriah di Kabar Dunia TVOne” oleh Puti Buana,

Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Perbedaannya terletak pada

subjek yang diteliti serta metode penelitian yang digunakan. Subjek

yang digunakan dalam penelitian ini ialah TVOne, sedangkan peneliti

menggunakan Media Umat. Penelitian ini menggunakan metode

analisis wacana kritis Norman Fairclouugh, sedangkan peneliti

(29)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Media dan Ideologi

1. Pengertian Media

Secara etimologi, media adalah jamak dari bahasa latin yaitu “Median” yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk

mencapai tujuan tertentu.1

Dalam kamus istilah Telekomunikasi BC. TT. Ghazali menyatakan

bahwa media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai

saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila

komunikan jauh tempatnya dna banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu

yang dapat dipergunakan sebgaia alat bantu dalam berkomunikasi disebut

media komunikasi, sedangkan bentuknya beragam.2

Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah "sarana

penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas

misalnya radio, televisi, dan surat kabar".3

Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan

untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan

1

Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104-105.

2

Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-105.

(30)

pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian

pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat

komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.4

Media massa merupakan sarana yang paling efektif untuk

menyampaikan informasi kepada publik, baik oleh individu, kelompok,

maupun instansi pemerintah. Melalui media, baik secara perorangan

maupun kolektif dapat membangun persepsi kepada pihak lain. Di

samping sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau

gambaran umum tentang banyak hal, media massa juga mampu berperan

sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, bahkan menjadi

kelompok penekan atas suatu gagasan yang harus diterima pihak lain.5

Dari berbagai penjelasan definisi diatas, dapat disimpulkan

bahwa media massa merupakan sarana aktivitas penyampaian

pesan-pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak (komunikan) dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, baik melalui media cetak

(koran, majalah, buku, tabloid), media elektronik (televisi, radio, film,

video), maupun melalui media online (media berbasis internet).

2. Media dan Ideologi

Ideologi merupakan pemikiran mendasar yang sebelumnya tidak

ada lagi pemikiran lain. Pemikiran mendasar ini ialah pemikiran yang

menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Salah satu

4

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta:Rajawali Press, 2006), h. 122. 5

(31)

karakter ideologi adalah bisa melahirkan sistem untuk memecahkan

permasahan manusia.6

Sebuah ideologi terdiri dari fikrah (ide) dan thariqah (metode).

Fikrah (ide) ialah akidah, yaitu pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan ditambah dengan sistem dengan berbagai

solusi pemecahan masalah kehidupan. Sementara thariqah (metode) ialah

tata cara penerapan ideologi tersebut di dalam negeri yang mengadopsinya

maupun cara penyebarannya ke luar negeri, serta pemeliharaan ideologi

tersebut. 7

Dalam hal pemeliharaan serta penyebaran sebuah ideologi,

kumpulan nilai-nilai atau ide-ide ini haruslah mampu diarahkan,

dikembangkan dengan cara membuat setiap individu terikat dan taat pada

ideologi tersebut. Disinilah media massa sebagai saluran komunikasi

masyarakat mempunyai andil besar untuk mempengaruhi persepsi publik.

Televisi, buku, film, koran, majalah, selebaran, video serta sosial media

bisa dikatakan memiliki peran yang sangat efektif dan strategis dalam

propaganda sebuah ideologi.

Kesuksesan media dalam melestarikan ideologi melalui

penyampaian pesan serta gagasan inilah yang akan membuat sebuah

ideologi menjadi dominan ditengah-tengah masyarakat. Tentunya

kesuksesan media tak akan terlepas dari kekuasaan yang besar serta

dominan pula. Sebagaimana dinyatakan John Fiske, kerja ideologi selalu

6

Ahmad „Athiyat, Jalan Baru Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 84. 7

(32)

mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai

kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.8

Media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya,

mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antaranggota

komunitas. Lewat medialah, ideologi dominan, apa yang baik dan apa

yang buruk dimapankan9. Tak hanya itu, media juga dipandang sebagai

wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada

dalam masyarakat.. Media bukan sarana yang netral yang menampilkan

kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi

kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam

pemberitaan.10

Menurut Louis Althusser (1971, dalam Al Zastrouw, 2000), sebuah

media dalam hubungannnya dengan kekuasaan, menempati posisi yang

sangat strategis, karena kemampuannya sebagai sarana legimitasi. Media

masa merupakan bagian alat kekuasaan negara yang bekerja secara

ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang

berkuasa (Ideological States Apparatus).11

Pendapat Althusser ini dianggap oleh Gramsci (1971 dalam Al

zastrouw, 2000) mengabaikan resistensi ideologis dari kelas

tersub-ordinasi dalam ruang media. Bagi Gramsci media masa merupakan arena

pertarungan ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for

8

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2008), h. 108.

9

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 36. 10

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media., h. 37. 11

(33)

competing ideologies). Hal ini, berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legimitasi, sekaligus sebagai

kontrol wacana publik. Namun, pada sisi lain media masa juga bisa

menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk

membangun kultur dan ideologi yang dominan bagi kepentingan kelas

dominan, sekaligus bisa juga menjadi instrumen perjuangan bagi kaum

tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.12

3. Teori Hirarki Pengaruh

dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serat pengaruh

eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti

individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan

dan sebagainya.14

Dalam buku itu pula Shoemaker dan Reese membuat skema

Hierarchy of Influence yang menunjukkan adanya lima faktor yang mempengaruhi isi media. Kelima faktor itu ialah pengaruh individu

pekerja media (Individual Level), pengaruh dari rutinitas media (Media

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30. 13

Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective (Beverly Hills: Sage, 1991), h. 324.

14

(34)

Routines Level), pengaruh dari organisasi media (Organizational Level),

pengaruh dari luar media (Outside Media Level), dan yang terakhir adalah

pengaruh ideologi (Ideology Level).15

Gambar 2.1

Skema “Hierarchy of Influence” Shoemaker dan Reese16

Antara satu faktor pengaruh dengan faktor pengaruh yang lain

tentunya memiliki keteriktan yang tak dapat dikesampingkan. Pada level

organisasi (kepemikikan media) misalnya, walupun terlihat dominan tetapi

pengaruh pada level ideologi tanpa disadari mampu memaksa dan

bergerak di luar kesadaran organisasi media.

15

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta:Kencana, 2007), h. 226.

16

(35)

1. Level Individual - Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman Penulis

Para pekerja komunikasi alias komunikator individu media

seperti jurnalis, pembuat film, fotografer, dan periklanan dan

praktisi PR berada pada level ini. Karakteristik komunikator

meliputi karakteristik individu (seperti jenis kelamin, etnis, dan

orientasi seksual), latar belakang dan pengalaman (seperti

pendidikan, agama dan status sosial ekonomi) tidak hanya

membentuk sikap, pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan , tetapi juga

mengarahkan kepada latar belakang dan pengalaman

profesionalnya. Peran etika profesional ini memiliki efek langsung

terhadap isi media massa, sedangkan sikap, nilai dan kepercayaan

pribadi mempunyai efek tidak langsung karena bergantung kepada

kedudukan individu sendiri dalam organisasi media yang dapat

memungkinkannya untuk mengesampingkan nilai profesional dan

atau rutinitas organisasi.17

Faktor intrinsik seorang pekerja media berupa latar belakang,

pengalaman, peran etika profesional, sikap serta kekuatan

komunikator inilah yang sangat bekaitan erat dengan pembentukan

konten media massa yang akan dimunculkannya di tengah-tengah

khalayak. Walaupun pada akhirnya Shoemaker dan Reese

mengungkapkan bahwa level individu seiring waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap isi media, tapi setidaknya seorang jurnalis

17

(36)

memiliki orientasi serta pengaruh nilai tertentu saat menciptakan

konstruksi sosial.

2. Level Kerutinan Media– Standar Kegiatan

Setiap pekerjaan tentu memiliki praktik kerja berulang dan

rutin yang harus dikerjakan sesuai standar atau prosedur yang telah

ditetapkan, tak terkecuali para pekerja media. Apa yang diterima

oleh media masa dipengaruhi oleh praktek-praktek komunikasi

sehari-hari, termasuk deadline atau batas waktu dan kendala waktu

lainnya, kebutuhan ruang dalm penerbitan, nilai berita standar

objektifitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber

berita.18 Rutinitas Media terbentuk oleh tiga unsur yang saling

berkaitan yaitu sumber berita ( suppliers ), organisasi media

( processor ), dan audiens ( consumers ) yang akhirnya membentuk

pemberitaan pada sebuah media.19

Sumber berita atau suppliers adalah sumber berita yang

didapatkan oleh media untuk sebuah pemberitaan. Sumber berita

tersebut dapat berupa pidato, wawancara , laporan perusahaan ,

atau dengar pendapat pemerintah. Adapun sumber penting seperti

18

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 105.

19

(37)

para informan yang secara khusus dihubungi oleh pihak media

biasanya memiliki pengaruh besar pada konten media. 20

Media mengembangkan pola organisasi, kebiasaan, dan cara

melakukan suatu kerja guna menemukan cara-cara efektif dalam

mengumpulkan dan mengevaluasi pesan-pesan informasi yang

masuk. Rutinitas media dikembangkan sesuai kebutuhan sistem

dan dijadikan standar, dilembagakan serta dipahami oleh setiap

pekerjanya.21 Organisasi media atau processor ini bisa dikatakan

sebagai redaksi sebuah media yang memang bertugas mengemas

pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada audiens.

Konsumen sebuah berita di media yaitu bisa jadi pendengar,

pembaca atau penonton. Unsur audiens (consumers) turut

berpengaruh pada level rutinitas media. Keuntungan materi

merupakan salah satu penyebab adanya kebutuhan serta

ketergantungan media terhadap audiens. Hal ini memicu media

untuk selalu memperhatikan unsur audiens dalam pemilihan dan

penyampaian berita/ pesan komunikasi, sehingga target audiens

mampu dijangkau sebanyak dan seluas mungkin.

20

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 122.

21

(38)

3. Level Organisasi – Tujuan Media

Level organisasi berkaitan dengan struktur manajemen

oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan

sebuah media. Fokus pada level ini ialah tujuan, disamping

menghasilkan produk yang berkualitas, melayani masyarakat, dan

mencapai pengakuan profesional, tujuan utama kebanyakan

organisasi media adalah memperoleh keuntungan materi. Orientasi

keuntungan inilah yang akan mengikat pekerja media untuk

mencari pemberitaan yang menguntungkan organisasi media.

Pemberitaan pada media bukanlah sebuah hasil kerja yang

bersifat perseorangan, melainkan kerja kelompok yang

menunjukkan aspek kolektivitas. Terdapat tiga tingkatan struktur

dalam organisasi media. Tingkatan pertama diisi oleh pekerja

lapangan seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, yang bertugas

mengumpulkan dan mengemas informasi. Tingkat menengah

terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang

mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level

bawah dan level atas. Yang terakhir sekaligus tertinggi ialah

eksekutif tingkat atas perusahaan atau korporasi media yang

membuat kebijakan organisasi, menetapkan ditetapkan, membuat

(39)

perusahaan serta mempertahankan karyawan organisasi dari

tekanan luar.22

Karena penentu kebijakan pada sebuah media dalam

menentukan sebuah pemberitaan dipegang oleh pemilik media,

maka rutinitas pekerja media harus tunduk pada struktur organisasi

yang lebih tinggi. Beberapa dampaknya ialah banyaknya pekerja

media yang tak mampu bekerja secara idealis.

4. Level Ekstramedia – Lingkungan Politik

Dalam level ini, faktor ekstrinsik organisasi media yang

memiliki peran untuk mempegaruhi konten media. Faktor

ekstrinsik itu termasuk sumber informasi yang menjadi konten

media (kelompok, kepentingan dalam masyarakat), sumber-sumber

pendapatan dalam media (pengiklan dan khalayak), lembaga atau

intuisi sosial (pemerintah), lingkungan ekonomi, dan teknologi.23

Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten

sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa

menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu.

Pengiklan atau khalayak menjadi sangat berpengaruh tatkala

mereka mampu bertindak sebagai penentu kelangsungan sebuah

media dengan membiayai jalannya roduksi yang sekaligus

berfungsi sebagai sumber keuntungan dari sebuah media. Sebagian

22

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h.145.

23

(40)

besar media komersial menganggap penting penonton karna

perhatian mereka dapat dijual kepada pengiklan yang menyediakan

sebagian besar pendapatan untuk media. Sementara pengiklan

menginginkan media menyediakan dan mengubah konten sesuai

keinginan mereka. Dengan teknologi baru, pengiklan mampu

melakukan menyuguhkan konten yang lebih menjual ke

masyarakat. Pengaruh lain yang sering mempengaruhi konten pada

media berasal dari pemerintah. Meskipun beberapa negara tidak

melakukan kontrol yang begitu ketat terhadap media massanya,

setidaknya semua pemerintah bersepakat untuk mengontrol media

massa sampai pada batas tertentu. Tak hanya itu, setiap media

massa komersial yang beroperasi dalam pasar terkadang juga

mampu mempengaruhi konten. Misalnya, besarnya pasar media

memiliki peluang keuntungan untuk mempengaruhi konten.24

Hal diatas jelas menggambarkan adanya berbagai kekuatan

dan juga keuasaan (power) dari pihak luar (outsiders) yang sangat

mempengaruhi kerja media.

24

(41)

5. Level Ideologi Media

Level ini merupakan tataran yang secara menonjol lebih

berhubungan dengan tuntunan dan kepentingan sosial masyarakat

secara lebih luas. Di sini dengan mudah kita dapat mendeteksi pers

mengikuti gagasan (ideologi) dominan yang sedang berjalan atau

diberlakukan oleh negara atau masyarakat.25

Ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu

yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana

mereka menghadapinya pada media bersifat abstrak seperti ide

mempengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa.

Hal ini terjadi karena ideologi berhubungan dengan konsepsi atau

posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

Media sebagai salah satu agen perubahan sosial, juga

memiliki kemampuan untuk memberikan penafsiran atau dapat

mendefinisikan situasi yang membuatnya memiliki kekuatan

ideologi. Ini sangat berkaitan dengan hubungan media dengan

kekusaan, karena media dapat mentransmisikan bahasa yang dapat

melanggengkan kelompok yang berkuasa. Hegemoni dari ide-ide

pun hanya dapat berjalan efektif dan menemukan kekuatannya

tatkala ia menggunakan bahasa hanya sebagai alat dominasi,

25

(42)

sekaligus alat represif.26 Media memilki kekuasaan ideologis sebagai mekanisme ideologi sosial dan fungsi kontrol sosial.

Disamping itu, media juga memiliki andil besar dalam

menyalurkan gagasan-gagasan kelas yang dominan sebagai cara

untuk mengusai kelas yang tertindas. Situasi ini terjadi karena

media memiliki kuasa di balik media yang mempengaruhi sebuah

pemberitaan. Media sebagai sebuah organisasi ekonomi pun

memiliki struktur yang mendominasi masyarakat. Menurut Little

John ekonomi politik media memandang bahwa isi media

merupakan komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang

disebarkan diatur oleh apa yang akan akan diambil oleh pasar.

Sistem ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak

berbahaya, menjadikan jenis program tertentu dan saluran media

tertentu dominan dan yang lainnya terpinggirkan.27

Walaupun idealnya media seharusnya bebas dari intervensi

atau kontrol kelompok apapun. Namun pada kenyataannya isi

media terkadang merefleksikan ideologi dari kelompok yang

membiayainya atau yang menjalankannya. Dari

kelompok-kelompok ini tentunya memiliki agenda atau kepentingan.

Tentunya kepentingan-kepentingan bersifat subyektif, hanya untuk

kepentingan kelompoknya masing-masing.

Kepentingan-kepentingan yang menjadi tujuan-tujuan kelompok tersebut pun

26

Listiyono Santoso, dkk., Epistemologi kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 24. 27

(43)

bersifat ideologis, yaitu untuk menanamkan

pemahaman-pemahaman atau ide-ide yang bertujuan untuk melanggengkan

kekuasaan kelompok yang membiayai media.

B. Media Islam

Secara epistemologis, perkataan da‟wah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata huruf dal, „ain dan waw yang berarti dasar

kecenderungan kepada sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.28

Menyampaikan informasi massal kepada masyarakat menuntut

gerakan dakwah harus mamapu memanfaatkan hasil sains, teknologi, dan

informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu memperluas

jangkauan pengaruh dakwah.29 Dengan kata lain, di masa yang kian

mengalami kemajuan teknologi ini diperlukan sebuah media komunikasi

untuk menyampaikan pesan, begitu pula dengan kegiatan berdakwah,

Sebagai salah satu alat penghubung komunikasi antar individu maupun

masyarakat inilah, keberadaan media massa tentunya memiliki peranan

penting untuk mensyiarkan, memperjuangkan serta menegakkan ide atau

nilai-nilai yang dibawa dan dimiliki oleh Islam.

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah,

brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang

yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup

berabad-abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan

28

Abu Husain Muhamad ibn Faris Zakariya, Mu’jam Al-Maqayis Al-Lughah, juz 2 (Mesir: Mustafa Al- Babi Al—halabi wa Awladuh, 1471), h.279.

29

(44)

dengan radio bukan haya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada

saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya

diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan

televisi, disini dawah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera

mata dan telinga serta emosi manusia seklaigus menerima dan menanggapi

maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.30

Media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang

menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang vital dan

merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Dalam hubungan ini biasa

juga dikenal dengan metode dakwah menurut bentuk penyampainnya,

yang dapat digolongkan menjadi lima golongan, antara lain lisan, tulisan,

lukisan, audio visual dan akhlak. Adapun dakwah melalui tulisan ialah

dakwah yang dilakukan denagn perantara tulisan, umpamanya :

buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis,

pamplet, pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan

sebagainya. 31

Ada beberapa media komunikasi dakwah yang dapat digolongkan

menjadi lima golongan besar, yaitu :

1. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi,

seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

2. Tulisan: dakwah yag dilakukan dengan perantara tulisan

umpamanya; buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah,

30

Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal. 58.

31Dr. H. Hamzah Ya‟qub,

(45)

kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebgainya.

3. Lukisan: yakni gambar-gambar dalam seni lukis, foto dan lain

sebgaianya. Bentuk lukisan ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar Islami untuk anak-anak.

4. Audio visual: yaitu suatu cara menyampiakna sekaligus

merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film dan sebagainya.

5. Akhlak: yaitu suatu cara yang menyampaikan langsung

ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.32

Akan kebutuhan media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat

penting sekali, seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali “kepentingan dakwah terhadap media atau alat yang sangat penting sekali,

sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad‟unya).33

Dalam mengembangkan dakwah Islam, Rasulullah Muhammad

saw. telah memanfaatkan risalah sebagai media komunikasi. Meskipun

Rasulullah termasuk manusia yang tak dapat membaca atau buta huruf

(ummi), namun dakwah secara risalah (surat-menyurat) pada awal

kedatangan Islam tetap terwujud, hal ini tak lain karena bantuan para

sahabat yang pandai menulis.

Berdakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah

Rasulullah SAW. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat kepada

sejumlah penguasa Arab saat itu, atau yang mungkin lagi karena pesan

pertama Al-Qur‟an adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat

32

Dr. H. Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47- 48. 33

(46)

kaitannya dengan perintah menulis.34 Bahkan sejahrawan Muhammad bin Sa‟ad (w. 230 H) dalam kitabnya, Al-Thabaqat Al-Kubra, menuliskan satu persatu surat Rasulullah saw. yang berjumlah tidak kurang dari 105 surat

yang lengkap dengan sanadnya.35 Dengan melihat kepada banyaknya

jumlah surat yang pernah dikirim oleh Nabi, hal tersebut menunjukkan

adanya kesibukan Rasulullah berdakwah khususnya di bidang risalah,

disamping bidang-bidang lainnya. Dari kegiatan dakwah tertulis itulah

terlihat bahwa landasan jurnalistik telah diletakkan oleh beliau selaras

dengan kondisi dan kemajuan ummat pada waktu itu.

Jika sekarang ini kita ketahui adanya wartawan yang mahir

meng-cover suatu berita atau kejadian, kemudian menuliskannya lewat koran, maka di zaman Rasulullah saw. sesungguhnya para sahabat itu telah

melaksanakan fungsi kewartawanan yang suci. Para sahabat Nabi telah

mensponsori pemberitaan mengenai diri pribadi Nabi. Dan tidaklah begitu

berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa sahabat-sahabat Nabi ialah

wartawan-wartawan (reporter) yang demikan mahirnya meng-cover

berita-berita kejadian di zaman Nabi terutama yang menyangkut langsung

kegiatan Rasululllah saw. baik perbuatan-perbuatan (af’al) beliau

maupun perkataan-perkataan (sabda-sabda) beliau. Diantara para sahabat

yang selalu mengikuti dan meng-cover berita-berita Nabi ada Aisyah bin

Abu Bakar, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi

34

Asep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h. 5. 35Muhammad ibn Sa‟ad,

(47)

Thalib, Abi Hurairah, Anas, dan Ibnu Umar.36 Para sahabat inilah yang mengindahkan berita-berita itu kepada sahabat lainnya, kemudian kepada tabi’in, lalu kepada tabi’it-tabi’in. Ratusan ribu Hadits yang berhasil dicatat oleh para ahli-ahli Hadits adalah berkat jasa-jasa reportase para

sahabat.

C. Analisis Wacana

1. Konsep Analisis Wacana

Menurut Eriyanto, dalam bukunya Analisis Wacana, Pengantar

Analisis Media mengatakan bahwa bahasa adalah hal utama dalam kaitan

dengan pembuatan suatu wacana. Bahasa mampu menggambarkan suatu

subyek yang berhubungan dengan pemakaian ideologi dalam suatu teks.37

Melalui bahasa inilah kelompok sosial yang ada di masyarakat akan saling

menunjukkan eksistensinya masing-masing.

Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dan kosakata tertentu

dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu. Selain bahasa, ada

pula peran dari pemikiran atau ideologi. Kerja ideologi, sebagai mana

dinyatakan John Fiske yang tertulis dalam buku Eriyanto, selalu

mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai

kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.38 Posisi

pembacaan dominan (dominant-hegemonic position) yaitu saat

36Dr. H. Hamzah Ya‟qub,

Publistik Islam:Teknik Da,wah dan Leadership, h. 86. 37

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, hal. 94. 38

(48)

digunakannya suatu tanda/kode terhadap pembaca agar pembaca memiliki

persepsi yang sama sehingga pesan yang tersembunyi pada penulisan teks

mampu tersalurkan dengan baik.

2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa

Menurut Crigler (1996:7-9), setidaknya ada dua karakteristik

penting dari pendekatan konstruksionis di dalam analisis wacana.

Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik

pemaknaan dan proses bagaimana seseorag membuat gambaran

tentang realitas politik. kata makna merujuk kepada sesuatu yang

diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa. Kedua,

pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai

proses yang terus-menerus dan dinamis.39

Istilah konstruksi sosial (social construction of reality)

didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi

dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang

dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.40 Menurut Peter L.

Berger dan Thomas Luckman, realitas tidak dibentuk secara ilmiah.

Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan

dikonstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau

prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas

39

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72 40

(49)

suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan

lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.41

Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa

menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi

realitas sosial, melalui pemindahan pesan kepada media dengan atau

setelah dirubah citranya, kemudian media tersebut memindahkan atau

mentransfer kembali citra yang dikonstruksinya kepada masyarakat,

seolah sebagai realitas yang sebagaimana mestinya.42

Dalam hal ini berita yang diproduksi oleh media massa tak

dapat lepas dari cara media mengkonstruksi isu-isu yang ada menjadi

sebuah berita. Sebuah peristiwa yang sama dapat dikonstruksikan

berbeda-beda melalui cara pandang dan konsepsi pada masing-masing

wartawan. Mulai pada teks melalui bahasa, foto, dan sebagainya yang

berkaitan dengan penulisan berita.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan

fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta.

Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses.

Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas

yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses

selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan

41

Eryanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media ( LkiS, Yogyakarta: 2002), h.15.

42

(50)

menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah

produk dari proses interaksi dan dialektika ini43.

Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin

mengenai realitas sosial ada 3 macam, yaitu :

1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai

proses penyerangan realias objektif dan simbolik ke dalam

individu melalui proses internalisasi.

2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari

pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri

individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan.

3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari

realitas objektif dalam berbagai bentuk.44

Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, pekerjaan media pada

hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Meskipun memiliki tema

pemberitaan yang sama, akan tetapi setiap media massa akan

menghasilkan makna yang berbeda dari hasil konstruksi realitas yang

dilakukan.

Proses kelahiran konstruksi sosial media massa berlangsung

dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut45:

43

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat, h. 17.

44

Burhan Bungin, Sosial Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus eknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta, 2007), h.5.

45

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi

(51)

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Pada tahap ini isu-isu penting dimunculkan. Isu-isu ini

dipilih berdasarkan isu yang paling menjadikan pembaca

tertarik. Misalnya isu mengenai harta, tahta, dan perempuan.

Selain itu, isu yang sifatnya menyentuh atau memiliki

kedekatan (proximity) dengan pembaca juga dimunculkan.

Misalnya isu konflik, isu kriminalitas, dan human interest.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa

adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau

pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda

media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi

penting pula bagi pemirsa atau pembaca.46

3. Pembentukan Konstruksi Realitas

a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Setelah terjadinya sebaran konstruksi, di mana

pemberitaan telah sampai pada pemirsa atau pembaca,

selanjutnya yaitu terjadinya tahap pembentukan konstruksi di

masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generic.

Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua,kesediaan

46

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,

(52)

dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif.47

b. Pembentukan Konstruksi Citra

Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang

diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi

citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua

model; model good news dan model bad news.

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun

pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan

akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap

pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai

bagian untuk member argumentasi terhadap alasan-alasan

konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca,

tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia

terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.48

47

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi , h. 208.

48

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,

(53)

D. Analisis Framing

1. Konsep Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode yang bertujuan untuk

melihat cara pandang wartawan dalam mengemas berita. Dalam analisis

framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari

teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan atau peristiwa

dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa

dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.49

Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin adalah sebuah strategi

bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian

rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Frame adalah prinsip

dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.50 Pada dasarnya

framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media

atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap

realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil

akhir dari konstruksi realitas.51

Dengan menggunakan analisis framing dalam menganalisis berita,

maka akan diketahui apa saja yang direkonstruksikan oleh wartawan.

Yakni berupa realitas apa yang ditonjolkan dan apa saja yang

disembunyikan yang tersusun menjadi sebuah frame atau peristiwa yang

dibingkai.

49

Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 11. 50

Eriyanto, Analisis Framing, h.79. 51

(54)

2. Jenis Framing

Para sarjana komunikasi dan pakar politik sepakat bahwasanya

istilah framing biasanya lekat dengan dua istilah sebagai berikut:

a. Framing media (media frames)

Merupakan bingkai yang dilakukan oleh wartawan yang

berkaitan dengan bagaimana perspektif atau cara pandang

wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Gamson dan

Modigliani menyebut cara pandang ini sebagai kemasan (package)

yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan

diberitakan.52

b. Framing Individu (Individu Frames)

Merupakan kegiatan penyimpanan ide yang membimbing

proses informasi secara individu.53 Framing ini menjadi dasar bagi

khalayak untuk melakukan interpretasi selektif dari pesan yang

disampaikan berita. Dari framing inilah khalayak menngkap wacana

yang disampaikan wartawan.54

52

AlexSobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing, h.162.

53

Eriyanto, Analisis Framing, h. 162. 54

Gitlin dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Pengantar: Prof. Dr.

(55)

3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre

Modigliani

Model framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson yang

memberikan konsep bahwa framing adalah sebuah cara bercerita atau

gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan

konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu

wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package).

Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan

individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan,

serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.55

Dalam analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani membagi struktur analisis menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu

2. Core frame merupakan gagasan sentral. Pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap

peristiwa dan mengarahkan makna pada isu yang dibangun condensing

symbol (symbol yang dimampatkan).56

3. Condensing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat

simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning

devices/perangkat penalaran).

55

Eriyanto, Analisis Framing, h. 78. 56

Gambar

Tabel 1.1: Tabel  1. 1: Perangkat Framing Model William Gamson dan Andre
Gambar 4.1 : Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati” ....................... 87
Tabel  1. 1: Perangkat framing model William Gamson dan Andre
Gambar, grafik,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman ini pengunjung dapat mendaftar dahulu atau masuk sebagai member, setelah pengunjung terdaftar sebagai member maka pengunjung yang sudah memiliki akun

membentuk kedisiplinan serta kepribadian siswa SMPN 1 Sumbergempol. Tulungagung yang sesuai dengan

Klambir V No.5 Medan Helvetia Alamat Orang Tua : Perum.. Batu Batam

Oleh karena itu, penting bagi pelaku usaha untuk diberikan pelatihan pengelolaan keuangan, pemahaman akan pentingnya penerapan akuntansi, serta pendampingan tentang

Pengertian Sistem Pemasyarakatan menurut Pasal 1 angka 2 UU Nomor 12 Tahun 1995 adalah tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan berdasarkan

1) Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pewarisan Budaya ... Proses Pewarisan Budaya ... Sarana Pewarisan Budaya ... Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dalam Pewarisan Budaya ... Konsep

Penelitian ini dilakukan di pabrik kawat PT Sidoarjo Universal Metal Works di Sidoarjo dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif Rumusan maasalah yang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Pendidikan Manajemen Bisnis. Fakultas Pendidikan Ekonomi