• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Konstruktivisme dan Tahap-Tahap Perkembangan

B. Konstruktivisme dan Tahap-Tahap Perkembangan Menurut Jean Piaget Menurut Piaget (Trianto, 2011: 29), pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Adapula dalam teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana siswa secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

Perkembangan kognitif tersebut sebagai hasil perkembangan saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui. Menurut Piaget (Suparno, 1996: 32) proses asimilasi dan akomodasi ini terus berjalam dalam diri seseorang.

Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Namun, apabila pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada, maka orang itu akan mengadakan akomodasi. Akomodasi adalah proses kognitif

seseorang membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 32)

Asimilasi tetap dan menambah terhadap yang ada dan menghubungkannya dengan yang telah lalu. Sedangkan akomodasi merupakan hasil dari yang ditambahkan dan diciptakan oleh lingkungan, pengamatan yang tidak sesuai dengan apa yang diketahui dan dipikirkan.

Piaget (1971, Siregar dan Nara, 2010: 39) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman baru. Dalam aliran konstruktivisme, pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan.

Piaget (1969, Trianto, 2009: 29) mengemukakan bahwa setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak dewasa mengalami empat tahap perkembangan kognitif. Empat tahap perkembangan kognitif seseorang, yaitu : (1) tahap sensori-motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkret, dan (4) tahap operasional formal.

Pada tahap sensori-motor berkembang pada anak sejak lahir sampai sekitar umur 2 tahun. Selama tahap ini, seorang anak belum berpikir dan menggambarkan

suatu kejadian atau objek secara konseptual meskipun perkembangan kognitif sudah mulai ada. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya. Adaptasi dan organisasi dengan cara asimilasi dan akomodasi yang bekerja sejak awal menyebabkan suatu perubahan skema anak yang terus menerus atau dapat dikatakan pengetahuan anak terhadap lingkungannya.

Pada tahap praoperasional berkembang dari umur 2 tahun sampai umur 7 tahun. Selama taraf ini, seorang anak mulai berkembang kemampuan berbahasa dan beberapa bentuk pengungkapan, serta penalaran pralogika juga mulai berkembang. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih kepada pemikiran simbolis, bahasa, pemikiran intuitif, dan pemikiran egosentris. Pada tahap ini pula anak belum mempunyai konsep akan reversibilitas dan kekekalan zat.

Pada tahap operasional konkret berkembang dari umur 7 tahun sampai umur 11 tahun. Selama tahap ini, seorang anak memperkembangkan kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam berhadapan dengan persoalan-persoalan yang konkret. Pada tahap ini, intelegensi anak sudah sangat maju dengan dicirikan dengan pemikiran anak sudah berdasarkan logika tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Namun, cara berpikir seorang anak masih terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang konkret.

Pada tahap operasional formal berkembang dari umur 11 tahun ke atas. Selama taraf ini, seorang remaja sudah memperkembangkan pemikiran abstrak, dan penalaran logis untuk macam-macam persoalan. Ia dapat berpikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Ia dapat

membuat desain untuk suatu percobaan yang memerlukan pemikiran dan penggunaan banyak variabel secara bersamaan. Pada tahap ini, unsur pokok yang dimiliki remaja adalah pemikiran deduktif, induktif, dan abstraktif. Remaja dalam pemikiran deduktif yakni dapat mengambil kesimpulan khusus dari pengalaman yang umum. Seorang remaja dalam pemikiran induktif yakni dapat mengambil kesimpulan umum dari pengalaman-pengalaman yang khusus. Terakhir, pemikiran abstraktif di mana seorang remaja mengabstrasikan tidak langsung dari objek.

Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-Kemampuan

Utama

Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan

Praoperasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi

Operasi Konkret 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

(Sumber:Nur,1998:11). Jika dilihat dari tahap pembelajaran Piaget, maka siswa kelas VIII masuk pada tahap operasi formal. Dalam materi ini, siswa dituntut untuk dapat berpikir secara abstrak. Pada tahapan ini, siswa sudah menginjak usia kisaran 12 tahun. Di usia mereka, sepatutnya mereka sudah mampu berpikir secara logis tanpa kehadiran benda-benda konkret atau sudah mampu melakukan abstraksi (mampu berpikir secara abstrak). Namun, dilihat dari usia mereka yang seharusnya sudah masuk dalam tahap operasi formal, ada beberapa siswa yang masih dalam tahap operasi konkret karena perkembangan kognisi perlu secara bertahap, bukan terjadi secara mendadak. Oleh karena itu, dalam kondisi siswa yang masih dalam tahap

operasi konkret perlu diberikan bimbingan untuk dapat membantu siswa supaya dapat berkembang cara berpikirnya dari hal yang konkret ke hal yang abstrak. Dalam penelitian ini, yaitu menerapkan metode penemuan terbimbing, metode ini dapat digunakan untuk membantu siswa baik yang masih dalam tahap operasi konkret maupun yang sudah berada dalam tahap operasi formal.

Dokumen terkait