HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1. Konteks yang Melatarbelakangi Kartun Editorial “Kabar Bang One” Pada Program Berita TV One
a. Konteks Fisik (Setting)
Konteks fisik/ setting meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi dan objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi tersebut. Dalam kartun editorial Bang One judul yang digunakan berkaitan erat dengan gambaran tempat/ setting peristiwa yang berhubungan dengan isu atau permasalahan yang sedang hangat dibicarakan oleh media cetak maupun elektronik, meskipun ada beberapa yang tidak jelas tempat/settingnya. Kartun editorial yang memiliki kejelasan setting adalah sebagai berikut.
1) Bioskop dan sebuah pedesaan yang sebagian besar anak-anaknya penderita gizi buruk dan busung lapar. (FF-1)
2) Di dalam helikopter yang hampir jatuh (pilot mengatakan “may day..may day” (SRPN-2).
commit to user
Berdasarkan setting bisa dipahami bahwa itu merupakan kode darurat, karena may day juga memiliki makna sebagai “Hari Buruh” yang biasa diperingati setiap tanggal 1 Mei.
3) Di ruang pemeriksaan di kantor Komite Pemberantasan Korupsi (KPK). (KJ-4)
Melalui setting ini bisa dipahami bahwa yang berada di dalam dan sedang melakukan penyelidikan adalah seorang penyidik KPK, bukan polisi.
4) Di Pangkalan minyak tanah dan pangkalan gas. (AT-5)
Berdasrkan setting dapat dipahami bahwa antrean terjadi di tempat tersebut bukan di tempat lain, misalnya toko atau pasar. 5) Di dalam sebuah mobil dan dealer mobil. (MM-6)
Kedua tempat ini mempengaruhi asumsi pemakaian bahasa bahwa yang dimaksud mutakhir adalah mobil, bukan tank atau bahkan pesawat.
6) Di warung, rumah makan, dan balai desa (pedesaan). (GP-7) Dalam hal ini judul dapat dipahami berdasarkan tempat tersebut dan peristiwa bahasa yang terjadi.
7) Taman makam pahlawan dan lingkungan di sekitarnya. (P-8) Dalam judul ini setting mengalami perubahan sesuai perilaku para peran dalam peristiwa komunikasi dengan Bang One yang berperan sebagai pejuang.
8) Di tengah hutan gundul di daerah Ketapang. (MPL-10)
Setting tersebut memberikan kontribusi yang kuat untuk
menunjukkan konteks adanya tindakan ilegal logging
(pembalakan liar), karena para pelaku komunikasi berpakaian layaknya koboi sehingga dimungkinkan terjadi salah persepsi dalam memahaminya.
9) Di sebuah jalan dengan rambu-rambu yang tertutup pohon. (JJW-11)
Setting ini menguatkan konteks bahwa sang pengendara/ Bang
commit to user
10)Sebuah kamar di hotel Ritz Carlton Hilton dan gedung pertunjukkan Srimulat. (BS-13)
Kedua setting tersebut menguatkan konteks adanya perbandingan peristiwa di dalamnya.
11)Di dalam mikrolet dengan jurusan Harmoni-Kota. (H-14)
Setting tersebut memberikan gambaran jelas bahwa sang Supir
mengatakan hal yang ia ketahui tentang “Harmoko”. 12)Rumah reyot di pinggiran kota Jakarta. (EG-15)
Selain menjadi setting tetap dalam setiap peristiwa komunikasi dalam judul ini, setting peristiwa tersebut memperkuat ucapan tokoh anak kecil dalam kartun editorial ini. Anak kecil cenderung mengucapkan sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat. Berdasarkan penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa tempat terjadinya peristiwa/ setting pemakaian bahasa merupakan konteks fisik yang paling sering digunakan dan mempunyai keterkaitan yang erat dalam tiap judul kartun editorial Bang One. Selain itu dengan adanya konteks tersebut dapat memudahkan kita untuk memahami maksud pemakaian bahasa dan menghindari salah persepsi salah satunya pada judul MPL-10, karena pemeran dalam peristiwa komunikasi justru menggunakan pakaian koboi yang notabene kontras dengan tempat terjadinya pemakaian bahasa.
b. Pengguna Bahasa (Participant)
1) Seorang anak yang terkena penyakit gizi buruk dan busung lapar (FF-1).
Ratapan dan penampilan anak tersebut menunjukkan adanya perbandingan yang menonjol antara booming film fiksi“Ayat-Ayat Cinta” dengan fakta penderitaan rakyat.
2) Pilot Helikopter dan Bang One (SRPN-2).
Keduanya tidak melakukan percakapan, akan tetapi bahasa yang diucapkan merepresentasikan kondisi persenjataan yang diandalkan sebagai peralatan utama yang menjaga sistem ketahanan negara dari serangan luar.
commit to user
3) Seorang bapak yang terbatuk-batuk, anak kecil dan Bang One. (TBC-3)
Bapak tersebut hadir sebagai pembuka komunikasi, keduanya menciptakan sinergi komunikasi yang menarik dan Bang One hadir untuk memberikan peringatan sesuai dengan konteks. 4) Anggota KPK dan jaksa (KJ-4)
Keduanya melakukan perdebatan hal ini direpresentasikan dari
gesture kedua tokoh.
5) Pegawai Pertamina, agen gas, ibu-ibu rumah tangga dan Bang One. (AT-5)
Ibu-ibu rumah tangga berperan aktif dalam komunikasi, sedangkan Pegawai Pertamina tidak terlibat komunikasi dengan agen gas. Bang One hadir sebagai komentator.
6) Sales Mobil, Jenderal TNI berbintang satu, dan Bang One (MM-6).
7) Bang One, pedagang, petani, pengusaha, aktivis, penjual rujak, pria berkumis, dan massa di sebuah balai desa (GP-7).
Berdasarkan kelompok pengguna bahasa yang digambarkan dengan berbagi profesi dan perilaku dapat dipahami konteks dari berbagai alasan yang diungkapkan oleh participant.
8) Bang One (pejuang veteran), pengemis, ibu-ibu, koruptor, pencari kerja, dan anak-anak. (P-8)
Diangkat dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, dengan demikian konteks dapa dipahami berdasarkan latar belakang dan faktor usia participant.
9) Hendarman Supandji (jaksa agung), Untung Uji, Wisnu Subroto, Kemas Yahya, istri Kemas Yahya, dan Bang One. (BB-9)
Participant berasal dari lingkungan kejaksaan, digambarkan
commit to user
10)Menteri kehutanan dan Bang One (MPL-10).
Disajikan dengan sosok koboi yang heroik namun terkepung oleh kawanan koboi berseragam militer, jaksa dan berdasi, hingga Bang One nampak kesal mengetahui hal tersebut.
11)Bang One dan Polisi lalu lintas (JJW-11).
Digambarkan dengan Bang One yang mengendarai sepeda motor ditilang karena tidak tahu kalau ada tanda dilarang melintas karena tertutup pohon.
12)Anggota Mahkamah Agung (MA), staff Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Presiden, dan Bang One. (MB-12)
Digambarkan dengan silang pendapat antara anggota MA dan BPK yang ditengahi oleh presiden. Bang One hadir sebagai komentator.
13)Badut, Kaka Slank, Bang One, dan pelawak srimulat (BS-13). Dalam judul ini hanya bang one dan pelawak Srimulat yang melakukan percakapan, sementara Kaka Slank menyanyi dan badut melakukan beberapa tiindakan komunikasi.
14)Mantan Menteri Penerangan Harmoko, sopir mikrolet, mahasiswa UI, anggota koperasi, dan Bang One (H-14).
Para partisipan yang berasal dari kalangan sosial yang berbeda menjadikan konteks ucapan semakin mudah untuk dipahami. 15)Pegawai pajak, anak kecil, dan Bang One (EG-15).
Digambarkan dengan seorang anak yang memberikan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap pegawai pajak dengan penuh justifikasi. Bang One hadir sebagai komentator.
Secara umum konteks fisik yang didasarkan pada pengguna bahasa/ partisipan yang disajikan dalam peristiwa komunikasi kartun editorial Bang One digunakan untuk menunjukkan bentuk tak terujar, sehingga akan memperjelas maksud tuturan. Diantaranya adalah label nama yang diterakan pada orang ataupun benda pada kartun editorial merupakan identifikasi agar mengetahui siapa tokoh yang dimaksud.
commit to user c. Topik Pembicaraan (Content)
Topik/ konten dalam peristiwa komunikasi memiliki peran penting untuk mengungkap konteks yang melatarbelakangi kartun editorial tersebut. Dalam hal ini penegasan sisi lain tindakan manusia terdapat makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui bentuk-bentuk komunikasi yang menggunakan simbol-simbol. Dengan kata lain, untuk menginterpretasikan maksud dari suatu kartun editorial, haus dipahami terlebih dahulu topiknya. Topik/ konten yang terdapat dalam peristiwa komunikasi kartun editorial Bang One adalah sebagai berikut.
1) Rendahnya kepedulian pemerintah terhadap penderitaan rakyat. Dikiaskan dengan perbedaan sikap dalam menyikapi booming film Ayat-Ayat Cinta dengan penderitaan rakyat. (FF-1)
Dalam hal ini Film Ayat-Ayat Cinta digambarkan sebagai fiksi dan penderitaan rakyat sebagi faktanya.
2) Buruknya kondisi persenjataan sebagai alat utama sistem ketahanan negara. (SRPN-2)
Digambarkan dengan berbagai kerusakan dan keadaan persenjataan yang mengkhawatirkan.
3) Buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia. (TBC-3)
Merujuk pada tingginya penderita tuberkolosis di Indonesia. Percakapan ketiganya mengisyaratkan adanya pesan serius yang bisa didapatkan dari tindakan para peran dalam komunikasi tersebut.
4) Politisasi dan kriminalisasi dalam KPK dan Kejaksaan. (KJ-4) Adanya perdebatan mengisyaratkan ketidakcocokan antara keduanya.
5) Konversi minyak tanah ke gas, hingga terjadinya kelangkaan gas. (AT-5)
Digambarkan dengan sedemikian rupa hingga bisa dipahami permasalahan yang coba diangkat oleh editor.
commit to user
6) Rencana pemerintah untuk membeli alutsista untuk TNI. (MM-6)
Digambarkan dengan sebuah mobil yang serba bisa dan penuh fasilitas.
7) Tingginya angka golput pada pemilu (GP-7)
Sikap masyarakat yang memilih golput didukung dengan alasan yang sesuai semakin memperjelas sikap pesimis terhadap pemilu sebagai sebuah jaminan perubahan.
8) Pejuang kemerdekaan. (P-8)
Sikap Bang One meneriakkan kata “merdeka” bukan tanpa tujuan, tetapi secara sadar dan patriotis untuk mengetahui opini dan pandangan mengenai kemerdekaan.
9) Pembersihan di kalangan kejaksaan. (BB-9)Sikap para jaksa yang ketakutan dapat diinterpretasikan bahwa keduanya tidak memiliki kedekatan secara personal dengan jaksa agung, sementara sikap Kemas Yahya yang tenang dan yakin (mengetahui kebiasaan Hendarman) mengisyaratkan sikap optimis bahwa ia memiliki kedudukan dan kedekatan secara personal dengan Hendarman Supanji.
10)Pemberantasan pembalak liar oleh departemen kehutanan. (MPL-10)
Sikap koboi yang terkejut dan Bang One yang geram dan melempar topi dapat diinterpretasikan bahwa ada suatu hal yang tidak diduga sebelumnya oleh sang koboi dan Bang One yang melempar topi sebagai tanda ketidaksanggupan (terpaksa menyerah)
11)Maraknya penjebakan yang dilakukan oleh aparat. (JJW-11) Berawal dari pembelaan anggota DPR yang tertangkap KPK bahwa ia dijebak, kemudian memunculkan pernyataan presiden agar tidak menjebak warga yang tidak tahu atau tidak bersalah.
commit to user
12)Mahkamah Agung menolak diaudit oleh BPK mengenai penerimaan biaya perkara. (MB-12)
Sikap keduanya menjelaskan bahwa adanya perbedaan pendapat di kedua lembaga tersebut, sementara presiden yang datang menengahi dapat diinterpretasikan bahwa presiden sudah mengetahui pokok permasalahan antara keduanya, sementara sikap Bang One yang penuh tanda tanya menggambarkan keraguan terhadap sikap presiden.
13)Tingkah laku kurang tidak terpuji anggota DPR. (BS-13) Dikiaskan dengan sosok badut yang selama ini kita ketahui bertingkah lucu penuh atraksi konyol. Tidak jauh berbeda dengan anggota dewan yang berkantor di Senayan yang bertingkah laku konyol dengan mempermainkan UUD, jalan-jalan dengan uang rakyat atau hasil makelar proyek, berpacaran, menerima suap hingga tertangkap KPK, sungguh ironis.
14)Harmoko mendirikan PKN. (H-14)
Sikap Harmoko menggambarkan bahwa ia kembali mengibarkan karirnya di dunia politik melalui PKN, disikapi berbeda oleh berbagai kalangan.
15)Efek kasus mafia pajak Gayus Tambunan. (EG-15)
Gambaran pegawai pajak yang dihakimi oleh seorang anak. Tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi dalam kartun editorial Bang One dengan kemampuan visualnya secara umum mampu menyampaikan topik yang terkandung di dalamnya yakni makna sosial dibalik tindakan peran dalam kartun editorial tersebut. Tindakan atau perilaku tersebut relatif mudah untuk dipahami sehingga cukup efektif untuk memahami topik/ konten yang melatarbelakangi.
d. Tujuan (Purpose)
Sebagai kartun editorial tujuan/ purpose mengacu pada latar belakang pengetahuan editor mengenai berita dan isu yang sedang ramai
commit to user
dibahas di masyarakat. Dengan kata lain, editor dapat menciptakan peristiwa, menafsirkan dan mengarahkan kebenaran, ini merupakan peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan. Sebagai editorial visual, kartun tersebut mencerminkan kebijakan dan garis politik media yang memuatnya. Berikut adalah konteks tujuan yang terdapat pada sampel penelitian ini.
1) Kartun editorial berjudul Fakta vs Fiksi (FF-1) merupakan wujud kritik terhadap pemerintah yang kurang peka terhadap fakta penderitaan rakyat.
Editor menggunakan latar belakang booming film AAC (Ayat-Ayat Cinta) yang ditonton oleh berbagai lapisan masyarakat hingga presiden dan wakil presiden menyempatkan diri untuk menonton dengan menyewa sebuah gedung bioskop. Sementara itu keadaan rakyat semakin memprihatinkan dengan berbagai permasalahan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
2) Kartun editorial berjudul Senjata Renta Penjaga Negara (SRPN-2) menyoroti tentang buruknya kondisi persenjataan Indonesia, dan terbatasnya anggaran pertahanan.
Editor menggunakan peristiwa kecelakaan helikopter milik TNI AU di Subang sebagai referensinya, terbatasnya anggaran pertahanan mempengaruhi kondisi persenjataan itu. Anggaran pertahanan dipotong 15 persen dengan alasan penghematan APBN. Dengan dana terbatas, alokasi untuk pemeliharaan persenjataan yang sudah uzur pun jadi kurang. Begitu pula dana untuk membeli suku cadang. Yang terjadi justru kanibalisme: mencopot suku cadang satu alat untuk dipasangkan ke alat lain.
3) Kartun editorial berjudul Tuberkolosis (TB-3) menggunakan tema kesehatan, bertujuan khusus menyoroti permasalahan tentang buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia.
Editor mengacu pada Laporan WHO dalam Global Report, menyebut Indonesia berada pada peringkat 3 dunia penderita TB
commit to user
(Tuberkulosis) terbanyak setelah India dan China.
4) Kartun editorial berjudul KPK vs Jaksa (KJ-4) bertujuan untuk menyampaikan pandangan dalam menyikapi konflik antara KPK dan kejaksaan agung yang saling tuding.
Editor mengkonstruksikanya berdasarkan pada manuver KPK menangkap Jaksa Urip Tri Gunawan yang menerima uang 660 ribu dolar AS dari Artalyta Suryani pada Minggu, 2 Maret 2008, terkait kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI).
5) Kartun editorial berjudul Antre Terus (AT-5) bertujuan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang ditunjukkan dengan permasalahan di balik dan pasca konversi gas.
Editor menggunakan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat pasca konversi minyak tanak ke gas. Lonjakan pemakaian elpiji pascakonversi bergulir membuat Pertamina kewalahan karena kondisi infrastruktur bongkar muat elpiji yang terbatas. Akibatnya, rawan terjadi gangguan pasokan gas elpiji ke masyarakat hingga menyebabkan antrean panjang.
6) Kartun editorial berjudul Mobil Mutakhir (MM-6) bertujuan untuk memberikan pandangan terhadap rencana pembelian alutsista baru untuk TNI dari pemerintah.
Editor menggambarkan ilustrasi berdasarkan pada isu sosial penyalahgunaan anggaran untuk alutsista yang tidak tepat karena pemerintah membatasi penggunaan pinjaman luar negeri dan lebih memanfaatkan pinjaman dalam negeri. Pembelian alutsista juga diutamakan yang berasal dari industri dalam negeri, begitu pula bahan bakunya.
7) Kartun editorial berjudul Golongan Putih (GP-7) bertujuan untuk menyampaikan pendapat tentang meningkatnya angka golput pada pemilu.
Editor menggunakan fenomena yan terjadi di masyarakat yang memiliki kesadaran rendah menggunakan hak pilihnya dikarenakan
commit to user
berbagai alasan mulai dari ekonomi hingga money politic.
8) Kartun editorial berjudul Pejuang (P-8) bertujuan untuk mengkritisi keadaan Indonesia 65 tahun setelah merdeka.
Editor menggunakan momen hari kemerdekaan sebagai moment cerita. arti MERDEKA yang dipahami para pejuang kemerdekaan '45 berbeda dengan apa yang kita pahami saat ini. Memang arti dari kata MERDEKA adalah lepas dari penjajahan atau lepas dari genggaman para penjajah, tapi saat ini yang kita diperangi adalah penjajahan ekonomi.
9) Kartun editorial berjudul Bersih-Bersih (BB) bertujuan untuk mengkritisi komitmen jaksa Agung yang terkesan pilih kasih. Editor mengilustrasikan tindakan Hendarman “membersihkan” Kejaksaan dengan menyingkirkan kedua jaksa yang diketahui berhubungan dengan Artalyta Suryani berdasarkan bukti dari Komisi Pemberantasan Korupsi, tapi tidak berlaku tegas terhadap Kemas Yahya.
10)Kartun editorial berjudul Melawan Pembalak Liar (MPL) bertujuan untuk mengkritisi merebaknya pembalakan liar di daerah Ketapang yang sulit untuk dihentikan.
Editor menggunakan opini yang berkembang mengenai peran aparat penegak hukum dan instansi pemda yang terlibat sehingga sulit untuk menghentikanya.
11)Kartun editorial berjudul Jangan Jebak Warga (JJW) bertujuan untuk mengkritisi kinerja aparat yang suka menjebak warga berdasarkan pernyatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menekankan pentingnya aspek pendidikan, sebelum aspek penegakan hukum, dalam pemberantasan korupsi. Jika warga negara melakukan korupsi karena tidak tahu, aparat penegak hukum turut mempunyai andil terhadap terjadinya korupsi itu. Editor mengilustrasikanya dengan peristiwa yang lebih sederhana. Misalnya saat razia kendaraan bermotor sering kita lihat polisi mengendap-endap menunggu pelanggar.
commit to user
12)Kartun editorial berjudul MA vs BPK (MB-12) bertujuan untuk mengkritisi sikap Mahkamah Agung yang menolak penerimaan biaya perkara diaudit oleh BPK. Sengketa ini bisa diselesaikan jika peraturan pemerintah (PP) yang mengatur masalah ini diterbitkan. Editor mengilustrasikan dengan perdebatan antara anggota MA dengan anggota BPK yang dilerai oleh presiden.
13)Kartun editorial berjudul Badut Senayan (BS-13) bertujuan untuk menggambarkan sekaligus mengkritisi tingkah laku angota DPR. Editor mengilustrasikan tingkah laku anggota DPR sebagai seorang badut yang penuh trik permainan.
14)Kartun editorial berjudul Harmoko (H-14) bertujuan untuk mengungkapkan pendapat mengenai kembalinya Harmoko, mantan menteri penerangan pada era orde baru dalam dunia politik dengan mendirikan PKN (Partai Kerakyatan Nasional).
Editor mengilustrasikan citra Harmoko pada masa lalu dengan berbagai akronim.
15)Kartun editorial berjudul Efek Gayus (EG-15) bertujuan untuk menggambarkan salah satu efek ramainya pemberitaan mengenai terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan.
Editor mengilustrasikan salah satu efeknya dengan gambaran pelecehan anggota masyarakat terhadap pegawai pajak.
Konteks tujuan kartun editorial Bang One secara keseluruhan dipengaruhi oleh pemberitaan yang sedang marak di media, khususnya media elektronik. Dengan demikian editor/redaktur memiliki latar pengetahuan yang sama dengan pemirsa terhadap pemberitaan yang sedang berkembang akan mempermudah pemahaman dengan mengaktifkan pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa yang terdapat dalam kartun editorial tersebut.
commit to user e. Nada (Key)
Nada merupakan salah satu dimensi penting untuk mengetahui konteks komunikasi, berhubungan dengan manner, nada suara ( nada suara bias halus, keras, dan netral).Nada merupakan intonasi yang digunakan dalam pembicaraan yang akan berpengaruh pada konteks seperti humor, marah, ironi, sarkastik, dan lemah lembut. Berikut adalah penjelasan tentang nada yang terdapat dalam sampel penelitian.
1) Satu-satunya ucapan yang terdapat dalam kartun editorial berjudul Fakta vs Fiksi (FF-1) memiliki nada ironi untuk menyindir, hal ini didasarkan pada ucapan anak kecil yang mengatakan “aku dan banyak lagi yang gizinya buruk koq nggak ada yang nangis?”
2) Dalam kartun editorial berjudul Senjata Renta Penjaga Negara (SRPN-2) terdapat dua nada yang berbeda, yaitu ucapan pilot helikopter “may day..may day” yang bernada keras pertanda keadaan gawat dan ucapan Bang One “Senjata renta untuk menjaga negara?..beli baru!! Tapi anggaranya ada nggak ya?”
netral namun bermakna bias antara humor dan sindiran.
3) Pada ucapan pertama bapak yang terkena tuberkolosis (TBC-3)
“kita peringkat 3 dunia! Cuma kalah sama India dan Cina”
bernada netral namun menyindir, sedangan ucapan sang anak “Di bidang apa pak? Tenis, bulu tangkis, teknologi, reboisasi, atau mis
dunia, Asian idol, pariwisata?” bernada antusias penuh tanda
tanya, sementara jawaban sang bapak “bukan! Di bidang penyakit
tuberkolosis” bernada marah untuk menyindir, dan ucapan Bang
One “jangan dekat-dekat bisa menular!” (sambil menunjuk ke
arah bapak) bernada keras untuk memberi peringatan.
4) Dalam kartun editorial berjudul KPK vs Jaksa terdapat percakapan sebagai berikut.
Jaksa : “kitakan sama-sama penyelidik”
Pet. KPK :“kita sama-sama penyelidik! Tapi di sini aku
commit to user
Dalam percakapan tersebut nada dari ucapan jaksa adalah nada keras untuk membantah, sementara petugas KPK menjawab dengan nada yang lebih keras untuk penegasan.
5) Kartun editorial berjudul Antri Terus (AT-5) memiliki beberapa jenis nada berdasarkan percakapan berikut.
Pet. Pertamina: “daripada antri minyak tanah pindah saja ke gas,
dapat tabung gratis, dapat kompor gratis” (ucapan ini bernada
halus untuk membujuk/persuasif) Ibu M: “iya kita pakai gas saja”
Ibu K: “setuju konversi”
Ibu P: “gas lebih oke”
Ucapan ketiga ibu tersebut bernada halus dan menujukkan ketertarikan.
Di sebuah pangkalan gas “MangQ-rah”
Ibu M: “isi gas ada?’ (ucapan ibu ini bernada halus penuh tanda tanya)
Agen gas: “gas kosong belum ada kiriman” (ucapan agen gas ini bernada agak kasar)
Ibu K: “tabungnya ada?’ (ucapan ibu ini bernada halus penuh harap)
Agen gas: “Kosong, kalo ada harganya mahal”. (ucapan agen gas ini bernada netral agak sedikit berbisik namun penuh maksud) Bang One: “tabung mahal, gas langka, antre lagi!! Sama saja
antre..apa kata dunia?” (ucapan Bang One bernada ironi untuk
menyindir sekaligus mengandung konteks humor)
6) Ucapan dalam kartun editorial berjudul Mobil Mutakhir (MM-6) memiliki konteks yang berbeda
Agen : “ini pas buat bapak dech”. Ucapan ini memiliki nada halus dan persuasif, sementara ucapan Bang One: “pilih Alutsista yang
tepat” bernada humor namun memiliki konteks pesan yang serius.
7) Nada yang berbeda terdapat dalam kartun editorial berjudul Golongan Putih (GP-7) meskipun sebenarnya memiliki konteks yang hampir sama, berikut adalah penjelasanya.
Bang one: “Nggak nyoblos?” (hal ini ditanyakan kepada beberapa pihak, berikut adalah jawabanya)
Ibu penjual makanan: “saya harus jualan dong” Petani: “panen dulu”
commit to user Aktivis: “dari dulu aku golput”
Penjual rujak: “Istri nanti dikasih makan apa?”
Bapak kumis: “semua jualan kecap no.1 padahal aku nggak suka kecap”
Penduduk: “kami nunggu serangan fajar”
Bang One bertanya dengan nada penuh tanya, sementara jawaban yang diberikan rata-rata bernada netral antara halus dan kasar, namun kesemunanya mengandung konteks untuk mengatakan “tidak” dengan memberikan alasan.
Bang One: “yang golput banyak artinya rakyat sudah bosan dikibulin sama janji-janji palsu kale”
Ucapan Bang One mengandung nada humor namun memiliki konteks serius untuk menyimpulkan pendapat.
8) Terdapat kesamaan dengan judul sebelumnya dalam kartun