• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontruksi Wacana dalam Delta Force: Black Hawk Down sebagai Sebuah Kesuksesan Perang Militer AmerikaSebuah Kesuksesan Perang Militer Amerika

Dalam dokumen DOMINASI MILITER AMERIKA DALAM VIDEO GAM (Halaman 91-106)

Dominasi Militer Amerika dalam Video Game (Konstruksi Realitas dalamGame Delta Force: Black Hawk Down)

4.4 Kontruksi Wacana dalam Delta Force: Black Hawk Down sebagai Sebuah Kesuksesan Perang Militer AmerikaSebuah Kesuksesan Perang Militer Amerika

Wes Eckhart (2002) mengatakan bahwa peristiwa Black Hawk Down

digambarkan sebagai bentuk kekalahan militer Amerika dalam perang di Somalia dengan tayangan-tayangan seperti diseretnya personil tentara Amerika di jalanan hingga ditembak jatuh helikopter Black Hawk dengan rocket propelled grenade. Pernyataan ini didukung oleh Gardner (2013) yang menyampaikan sebuah pesan bahwa aktivitas perang yang dilakukan oleh militer Amerika di Somalia merupakan bentuk kegagalan.

Namun dalam Delta Force: Black Hawk Down sebagai sebuah game,

maka yang menjadi tujuan akhir adalah kemenangan. Kemenangan dalam game

ini tidak serta merta muncul, namun terdapat sebuah proses untuk mencapai akhir. Proses inilah yang yang secara perlahan menghilangkan gambaran mengenai kekalahan dan diganti sebagai proses menuju kemenangan. Terdapat kontruksi-konstruksi yang dilakukan oleh produser game dan kedua ranger yang terlibat dalam pembuatan game ini. Hampir disetiap stage harus diakhiri dengan

keberhasilan untuk mampu melangkah ke stage berikutnya. Bahkan dalam misi jatuhnyaBlack Hawktetap pada akhirnya digambarkan sebagai kemenangan.

Pemberian pesan mengenai kemenangan yang dilakukan oleh institusi militer Amerika ini bertujuan untuk diperkenalkan dalam berbagai media, salah satunya melalui sebuah game. Pada mulanya militer Amerika mengembangkan sebuah metode untuk pelatihan tentara dengan menggunakan video game.

Simulasi berperang diaplikasikan dalam game bernama Space War yang kemudian mengarahkan pada istilah industrialisasi militer yang digunakan untuk memupuk keuntungan dan pendapatan militer Amerika (Carbone & Rufino, 2014, h. 12). Perkembangan game dengan tema militer dikuasai oleh militer Amerika. Seperti ditulis oleh Shaban (2013), menunjukkan keseriusan militer Amerika dalam membuat game simulasi yang bertujuan untuk memberikan propaganda untuk menjaring pemuda bergabung dengan militer Amerika.

Berita tersebut mengarahkan pada proses produksi wacana yang ingin ditimbulkan oleh militer Amerika agar mendapatkan gambaran eksklusif mengenai kekuatan dan keahlian militer Amerika dalam game. Sebuah kemampuan menguasai sebuah sumber daya akses dan kekuatan yang bertujuan untuk menguasai pihak lain merupakan salah satu prinsip yang digunakan untuk memproduksi sebuah wacana (van Dijk, 1993, h. 259). Dalamgame Delta Force: Black Hawk Down maka dalam setiap skemanya dibentuk sebuah paket pesan yang merepresentasikan sebuah keberhasilan. Bentuk keberhasilan dalam media yang dikonstruksi sedemikian rupa mengarahkan pada praktek propaganda, bahwa

kebenaran pesan di dalamnya dapat dikategorikan manipulatif untuk mencapai sebuah tujuan.

Van Dijk (1993) mengatakan bahwa sebuah wacana muncul merujuk pada akses yang dimiliki dimanfaatkan dengan baik oleh pemilik akses tersebut sebagai bentuk aplikasi praktek dominasi. Pemanfaatan media video game menempatkan produser game mampu menciptakan kontruksi realitas yang mendetail hingga mampu menekankan pada poin “kekuatan militer” dan “hasil dari kekuatan militer Amerika” di setiap misi yang diciptakan. Produser melakukan hal ini agar pemain mampu memaknai stuktur narasi dalam game memiliki kesesuaian dengan ideologi yang telah direncanakan.

Merujuk pada fokus tema setiap misi dalam game Delta Force: Black Hawk Down merupakan sebuah kesuksesan, maka produser gamemengkontruksi beberapa misi menjadi sebuah titik klimaks. Misi tersebut merupakan misi penyelamatan sesama militer Delta Force yang terjebak dalam medan perang ketika peristiwa terjatuhnya Black Hawk. Beberapa misi tersebut adalah Lost Convoy, Last Stand, Mogadishu Mile, dan Aidid Takedown. Misi-misi yang telah disebutkan bercerita tentang sebuah proses penyelamatan yang dimulai setelah misi Irene, yaitu misi Lost Convoy. Sebuah misi yang bertujuan untuk mengamankan daerah di sekitar jatuhnyaBlack Hawk.

Gambar 15 Misi Lost Convoy

Lost Convoy merupakan misi yang menggambarkan simbol dari sejarah

Black Hawk Down yang ditunjukkan dalam teks “supersix one has been hit by RPG”. Super six one merupakan nama lain dari helikopter yang digunakan yaitu

Black Hawk. Cerita berkembang pada misi penyelematan anggota militer Amerika lain yang tertembak jatuh oleh RPG tersebut. Tidak ada penekanan mengenai kelanjutan misi terkait keberadaan Aidid pada situasi misi Lost Convoy ini. Penekanan strata kepentingan, posisi, dan identitas militer Amerika terhadap PBB atau Somalia terlihat tidak sejelas misi-misi sebelumnya.

Hal ini menekankan bahwa konsentrasi militer Amerika dalam game

adalah untuk menyelamatkan dirinya sendiri, mencoba untuk mengembalikan keadaan dan mengembalikan gambaran kekuatan yang tampak pada misi-misi sebelumnya. Dengan kata lain, penekanan mengenai militer Amerika yang tangguh ingin digambarkan oleh pembuat game pada misi ini. Beberapa misi berikutnya setelah game ini juga menyatakan bahwa Amerika mampu dan bisa mengembalikan keadaan. Gambaran mengenai keberhasilan dalam

mempertahankan diri diperlihatkan dengan baik olehgamedikarenakan sifatvideo game yaitu immersi, pemain akan merasakan atmosfer kesulitan sekaligus kapasitas avatar yang mampu mengendalikan keadaan genting seperti diungkapkan oleh Hjort (2011) dalam buku Game and gaming culture mengenai keberhasilan penyampaian pesan melalui avatar dalam game. Pernyataan ini merupakan bagaimana pengguna new media ketika mengkonsumsi sebuah game, keterlibatan pemain merupakan poin penting yang membedakan cara khalayak dalam mengonsumsi media konvensional dannew media.

Penggambaran yang mengarahkan pada wacana keberhasilan ditunjukkan dengan sifat dari video game yang mengharuskan untuk selalu menang agar mendapatkan sebuah akhir cerita. Dalam Delta Force: Black Hawk Down, misi

Lost Convoy merupakan akhir dari film Black Hawk Down, terjadi sebuah kesenjangan dari durasi atau waktu yang digunakan untuk menceritakan sebuah kejadian. Pernyataan sebelumnya mengarahkan pada sebuah video game mampu memberikan cerita yang lebih lengkap daripada media yang lain. Pembuat game

mengambil kesempatan tersebut untuk mampu memberikan gambaran dan wacana bahwa yang dicapai oleh militer Amerika disaat peristiwa Battle of Mogadishu

Gambar 16 Misi Aidid Takedown

Skema keberhasilan ditunjukkan pada misi Aidid Takedown. Pada misi ini diceritakan paska pertempuran di Mogadishu yang menyebabkan ditarik mundurnya tentara Amerika. Misi Aidid Takedown merupakan misi terakhir dan ber-setting pada tanggal 24 Juli 1996, misi yang menekankan pada kemampuan militer Amerika untuk meringkus tokoh utama musuh militer Amerika yaitu Mohammed Farra Aidid. Seorang tokoh jendral militer pemberontak Somalia. Misi ini terjadi setelah tiga tahun pasca ditarik mundurnya tentara Amerika setelah misi penyelamatan, terbukti pada kalimat “Three years have passed since task force rangers pulled out”. Misi ini merupakan sebuah bentuk keberhasilan dalam sebuahgame, tentara Amerika mampu membunuh tokoh utama penjahat yang ada dalam game. Dikatakan lebih lanjut bahwa misi ini adalah misi rahasia, militer Amerika secara strategis menempatkan satu tentaranya untuk kembali bertarung dan membunuh Aidid. PBB sudah tidak lagi turut intervensi karena tentara PBB juga telah ditarik kembali.

Secara waktu, dalam game misi ini melupakan peristiwa ditarik mundurnya tentara Amerika dari perang Mogadishu, karena yang ditunjukkan

oleh data skematis ini merupakan misi yang terjadi setelah tiga tahun pasca terjadinya misi Last Stand. Skema ini menghilangkan bentuk penarikan mundur tentara tersebut namun justru menekankan pada bentuk strategi yang muncul dan bertujuan untuk membunuh Aidid. Secara halus dan tidak langsung dominasi militer Amerika terhadap Somalia tetap intens ditunjukkan, sehingga wujud kekalahan menghilang. Praktek hegemoni dilakukan pada tataran misi terakhir ini untuk tetap menunjukkan kekuatan yang telah menjadi gambaran militer Amerika. Waktu yang sengaja dihilangkan menunujukkan sebuah ketimpangan cerita jika disimak secara detail. Kegiatan ini seakan mengarah pada sebuah kegiatan bahwa dalam video game perang buatan Amerika selalu melakukan propaganda kemenangan. Game yang ber-genre perang dan kegiatan propaganda mengarahkan pada komunikasi propaganda massive yang terjadi pada Amerika yang bertujuan untuk memenangkan perang dunia pertama (Baran & Davis, 2012, h. 79). Pemain tidak akan mempermasalahkan waktu yang hilang tersebut, hal ini disebabkan bentuk game yang terbatas namun melibatkan aktivitas dan dunia virtual yang dibentuk oleh pembuat game, yang seluruhnya ditujukan untuk menamatkan game. Sesuai dengan perkembangan teori propaganda menurut Baran dan Davis (2012) jika berpusat pada paradigma kritis bahwa wacana publik terbatas oleh bentukan-bentukan informasi yang dibatasi oleh kaum elit untuk mengatur masyarakat dan mencapai sebuah tujuan.

Proses Aidid terbunuh dalam misi ini merupakan suatu bentuk superioritas yang dilakukan oleh video game Delta Force: Black Hawk Down, media video game memberikan pesan yaitu militer Amerika mampu membunuh buronan yang

sulit untuk dilacak keberadaannya, menurut skema cerita yang dirancang hampir membutuhkan tiga tahun untuk menemukan Aidid. Sebuah pesan yang tidak mengindahkan nilai-nilai kebenarannya, akan tetapi tetap disampaikan untuk mendapatkan sebuah kesepahaman dan membentuk pola pikir yang diinginkan oleh komunikator menjadi satu garis besar sebagai pengubah wacana kegagalan menjadi sebuah keberhasilan.

Selain skema, terdapat berbagai simbol yang muncul dan merepresentasikan sebuah keberhasilan. Simbol tersebut antara lain adalah gambar-gambar kesigapan militer Amerika dalam game yang tidak terlihat mengalami sebuah kekalahan. Kemunculan simbol-simbol ini yang kemudian menjadi sebuah praktek hegemoni bahwa kegagalan tidak terjadi pada proses perang Mogadishu dan ketika mampu menangkap Mohamed Farra Aidid. Gambar 17 merupakan salah satu bentuk mengenai peristiwaBlack Hawk Down.

GAMBAR 37

Secara denotasi dokumentasi Gambar 17 yang diambil dari video game Delta Force: Black Hawk Down ini menggambarkan sebuah helikopter hitam yang rusak berada di tengah-tengah bangunan dan ber-setting di kota berpasir. Secara konotatif helikopter milik Amerika yang jatuh tertembak di kota Somalia yang mengarahkan pada peristiwa Black Hawk Down. Momen jatuhnya Black Hawk merupakan titik dimana penggambaran kekalahan militer Amerika dan dinilai sebagai sebuah bencana, pernyataan ini sesuai dengan berita yang ditulis oleh Gardner (2013), bahwa peristiwa Mogadishu merupakan peristiwa terparah yang pernah terjadi di sejarah kemiliteran Amerika.

Gambar 18 merupakan sebuah bentuk kontradiksi dengan berita mengenai

Black Hawk Down sebagai kegagalan. Secara denotasi, tanda yang terdapat pada gambar merupakan beberapa orang yang siap siaga disekitar helikopter yang rusak. Secara konotasi mengarahkan pada makna militer Amerika tidak gentar dan kuat yang ditandai dengan sedang mempertahankan posisi dan mengamankan daerah sekitar area jatuhnya helikopter. Hal ini sesuai dengan kontruksi yang

GAMBAR 18

dibangun oleh Wes Eckhart dalam wawancara dengan IGNPC (2001) ketika proses pembuatan game. Wes Eckhart sebagai produsergame mengatakan bahwa

game ini akan mencoba untuk memberikan sebuah kredibilitas dalam menyampaikan sebuah cerita.

Selain Wes Eckhart, kedua rangers juga menambahkan bahwa peristiwa

Black Hawk Down merupakan sebuah keberhasilan secara taktikal. Hal ini dibuktikan dengan latar belakang game yang ber-setting 12 bulan sebelum peristiwa Mogadishu hingga tiga tahun berikutnya. Sedangkan media yang lain seperti berita, kedua rangers ini mengatakan bahwa penggambaran peristiwa Mogadishu hanya terjadi ketika 24 jam misi kode Irene. Sesuai dengan pengertian komunikasi propaganda maka kontruksi narasi mengenai peristiwa Black Hawk Down mengarahkan pada pesan-pesan di setiap misi yang secara taktis berhasil mampu dilakukan dengan baik. Propaganda yang dilakukan oleh pembuat game

terus menerus dilakukan di setiap misi sehingga pemain akan mendapatkan sebuah pola pikir bahwa militer Amerika selalu berhasil.

Kognisi yang dimiliki oleh pembuat game adalah mewujudkan sebuah gambaran mengenai kesuksesan militer Amerika. Kesuksesan digambarkan dengan cerita pada akhirnya militer Amerika kemudian mampu mengambil sebuah kesuksesan dengan membunuh Aidid. Gambar berikut merupakan representasi Aidid dalamgame Delta Force: Black Hawk Down:

Pada tahap denotasi, Gambar 19 mengarahkan pada sebuah tanda bahwa terdapat seorang pria kulit hitam berpakaian putih garis-garis menutup wajahnya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang pistol dan berdiri di depan tembok berposter dengan huruf hijaiyah atau aksara Timur Tengah. Secara konotasi makna dari tanda ini merupakan Mohammed Farra Aidid yang ketakutan ketika berhadapan dengan militer Amerika. Penggambaran Farra Aidid juga direpresentasikan serupa oleh media lain, seperti gambar yang dilansir dari situs csmonitor. Secara denotasi penggambaran Aidid dalam csmonitor.com mirip dengan yang ditunjukkan dalamgame.

GAMBAR 19

Kemudian disimbolkan gugurnya Farra Aidid dengan penembakan yang dilakukan militer Amerika sebagai sebuah keberhasilan, dan akhir dari misi yang diskemakan. Berikut merupakan gambar mengenai tewasnya Mohammed Farra Aidid:

Secara denotasi maka tanda tersebut menggambarkan pria berkulit hitam berpakaian putih sedang terlentang, secara konotasi kemudian dimaknai sebagai simbol tewasnya Aidid. Gambar 20 menyimbolkan cara militer Amerika menyelesaikan misinya dengan sukses hingga membunuh tokoh utama pemimpin militan Somalia. Anggapan bahwa Farra Aidid sebagai pemimpin mencerminkan bahwa Delta Force sebagai satuan militer yang memburu teroris yang bernilai tinggi telah berhasil sehingga game ini ditutup dengan suksesnya Delta Force

dalam menjalankan misinya.

GAMBAR 20

Secara konteks sosial peristiwa Black Hawk Down merupakan sebuah kegagalan besar dan bencana yang dialami oleh militer Amerika. Pernyataan ini didukung oleh berita yang disampaikan oleh BBC ketika memperingati 18 tahun peristiwa Black Hawk Down. Ketika kontruksi tersebut muncul, pada tahun 2002 muncul game Delta Force: Black Hawk Down sebagai bentuk perlawanan terhadap konstruksi kekalahan tersebut. Dalamgamewacana keberhasilan mampu digambarkan dengan baik, seperti pada misi terakhir dalamgame.

Wacana yang dihadirkan dalam teks Delta Force: Black Hawk Down

merupakan bentuk representasi kekuatan militer Amerika yang menuai keberhasilan. Wes Eckhart (2002) menginginkan sebuah game yang mampu memperbaiki nama baik militer Amerika di mata dunia. Seperti yang dilansir dari situs atlantic.com bahwa industrialisasi-militer merupakan sebuah bentuk wacana populer yang diaplikasikan pada sebuah game (Shaban, 2014). Pernyataan-pernyataan ini mengarahkan bahwa Delta Force: Black Hawk Down merupakan sebuah wujud industrialisasi militer yang digunakan untuk menciptakan wacana yang manipulatif dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia.

Teks yang ada dalamgameini telah menjadi pola pemikiran yang berlaku pada masyarakat dunia seperti pada pengertian wacana menurut Stoddart (2007), bahwa intrepretasi khalayak yang terbentuk dari informasi terus-menerus disampaikan. Kata terus menerus mengarahkan bahwa media memberitakan dan menggambarkan kekuatan militer Amerika dalam berbagai media yang salah satunya adalah media videogame. Teks dengan makna yang sama dan

berulang-ulang dikutip, disebar-luaskan, dan berpihak pada satu sudut pandang merupakan pengertian dari intertekstualitas.

Gee (2011) mengatakan bahwa ketika sebuah teks dengan makna tertentu digunakan kembali pada sebuah media lain seperti film atau berita maka akan terjadi sebuah interkstualitas. Hal ini sesuai sesuai dengan yang dikatakan oleh Pawito (2008) bahwa kecenderungan media hiburan selalu memiliki pesan bahwa kulit putih merupakan pahlawan dan kulit hitam adalah musuh. Delta Force: Black Hawk Down,game dengan mengutip kejadian lampau yang nyata, diulang kembali dengan modifikasi dan penonjolan cerita yang menggunakan kulit putih sebagai pahlawan, dan pesan yang terus menerus diulang ini membentuk sebuah wacana. Dalam pandangan yang lain makna intertekstualitas yang ditemukan dalamgamemengutip pada kekuatan militer Amerika yang berfokus kekuatan dan kemampuan bertempur yang baik dihubungkan dengan cabang-cabang media yang lain seperti film, media massa cetak, dan berita online lainnya. Wodak dan Meyer (2008) menyebutnya dengan paket intertekstualitas dalam transmedia.

Pembuat teks memiliki kekuatan dalam membentuk sebuah wacana dikarenakan memiliki sebuah akses. Berfokus pada kata akses, hal ini mengarahkan pada sebuah kelompok yang memiliki akses besar untuk mencantumkan dan meletakkan pesan dalam sebuah media (Eriyanto, 2001, h. 272). Dalam game Delta Force: Black Hawk Down kekuatan akses ditunjukkan dengan kesempatan bagi militer Amerika untuk membenarkan sebuah gambaran peperangan yang terjadi melalui kerjasama dengan Novalogic selaku pihak industri yang menawarkan jasa media video game. Penekanan pernyataan ini

terjadi ketika produser game menganggap bahwa proyek Delta Force: Black Hawk Down merupakan proyek besar karena kehadiran dua narasumber terpercaya dari militer Amerika langsung.

Akses lebar ini berkebalikan dengan akses media yang dimiliki pihak Somalia yang hingga saat ini terbukti tidak ada game yang menceritakan mengenai kisah heroik dari sudut Somalia atau dari sudut pandang lain selain Amerika. Sehingga penekanan mengenai kekuasaan media kembali diarahkan pada kendali penyampaian pesan melalui media video game dikuasai oleh Amerika. Kesesuaian ini juga diungkapkan oleh Machin dan van Leeuwen (2007) bahwa Amerika Serikat telah menjadi pioner media.

Pemberitaan mengenai kegagalan terus dimunculkan sehingga para

rangers yang terlibat dalam pembuatan game mengatakan bahwa kesuksesanlah yang diraih ketika peristiwa perang tersebut. Alasan para rangers ini dilontarkan bersamaan dengan kondisi militer Amerika pada tahun 2003 yang sedang berperang melawan terorisme di Iraq. Kristoff (2014) mengatakan dalam New York Timesbahwa kondisi negara Amerika pada tahun 2003 pada saat gameBlack Hawk Down dirilis sedang melakukan intervensi militer di negara Iraq. Secara tidak langsung kegiatan intervensi ini memiliki latar belakang sama dengan kisah dalam game Delta Force: Black Hawk Down. Sehingga pembuatan game Black Hawk Down dapat diasumsikan sebagai bentuk propaganda yang ingin ditunjukkan oleh militer Amerika. Militer Amerika merupakan pahlawan yang memenangkan sebuah peperangan, begitu pula dengan yang sedang terjadi pada perang di Iraq yang sebenarnya. Asumsi yang muncul jika merujuk game Black

Hawk Down pada kalangan pemain sebagai konsumen game adalah militer Amerika adalah sebagai pahlawan, sehingga wacana yang ditimbulkan akan berubah dari kegagalan menjadi sebuah keberhasilan. Keberhasilan yang ditawarkan dalam game ini kemudian dijadikan sebagai portal pendaftaran untuk calon militer Amerika, hal ini sesuai dengan pernyataan Wes Eckhart (2002) bahwa terdapat pendaftaran calon militer bagi pemain game Delta Force: Black Hawk Downversionline.

Penggambaran mengenai keberhasilan terus disampaikan sehingga kedudukan Amerika berada di posisi untuk mengusai dan mendominasi keberadaan Somalia yang selalu diperlihatkan tewas. Bentuk-bentuk gambaran mengenai militan Somalia juga digambarkan memiliki ciri-ciri seperti Mohammed Farra Aidid, konstruksi kebrutalan dan intelegensi perang yang rendah telah ditunjukkan dalam game Delta Force: Black Hawk Down, untuk memperjelas konstruksi tersebut maka akan dianalisa pada pembahasan berikutnya.

4.5 Konstruksi Barbar (Non-Humanis) sebagai Bentuk Representasi

Dalam dokumen DOMINASI MILITER AMERIKA DALAM VIDEO GAM (Halaman 91-106)