• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi LP dan RLPP terhadap kadar trigliserida dalam darah pada responden priaresponden pria

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Karakteristik Responden

F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Responden Pria dan Wanita terhadap Kadar TrigliseridaResponden Pria dan Wanita terhadap Kadar Trigliserida

1. Korelasi LP dan RLPP terhadap kadar trigliserida dalam darah pada responden priaresponden pria

Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida puasa pada responden pria dan wanita. Uji korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman karena data pada responden pria maupun wanita pada penelitian ini terdistribusi tidak normal.

1. Korelasi LP dan RLPP terhadap kadar trigliserida dalam darah pada responden pria

Tabel XVI. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP terhadap Kadar Trigliserida pada Responden Pria

Variabel r P

Lingkar Pinggang (cm) 0,216 0,205*

RLPP 0,091 0,598*

Keterangan : * terdapat korelasi yang tidak bermakna (p>0,05)

Pada penelitian korelasi lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida pada pria penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung

diperoleh nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,216 dengan nilai signifikansi (p) 0,205 yang menunjukkan bahwa diperoleh korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah dan terdapat korelasi yang tidak bermakna (p>0,05) antara dua variabel yang diuji. Hasil korelasi positif ditunjukkan pada diagram sebaran (Gambar 5) yang dapat dilihat garis yang arahnya dari bawah ke atas, yang berarti semakin besar lingkar pinggang maka kadar trigliserida semakin tinggi.

Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang (cm) terhadap Kadar Trigliserida (mg/dL) pada Responden Pria

Penelitian Santos, et al. (2013), yang melibatkan pasien di klinik nutrisi sebanyak 130 pasien pria dengan median umur 51 tahun, menyatakan terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah yang tidak bermakna (r=0,070 dan p=0,590) antara lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida. Hasil penelitian tersebut membuktikan korelasi lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida pada pria dapat digunakan sebagai prediksi terjadinya penyakit kardiovaskuler. Pada penelitian tersebut responden yang digunakan bukan penyandang diabetes melitus tipe 2 tetapi pasien yang terdapat di klinik nutrisi Rumah sakit Barao de Lucena dan Rumah sakit Clinicas dengan kriteria ekslusi

meliputi pasien dengan penyakit kanker, AIDS, dislipidemia dan hiperglikemia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada pasien non diabetes melitus tipe 2 juga terdapat korelasi antara lingkar pinggang dengan kadar trigliserida.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Srinivasan, Joshi, and

Raghavan (2013), yang menyatakan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna (p>0,05) antara lingkar pinggang dengan kadar trigliserida (r=0,179) dengan kekuatan korelasi sangat lemah pada penyandang diabetes melitus tipe 2 sebanyak 52 pria dengan rerata usia diatas 58 tahun. Penelitian tersebut memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini diduga disebabkan karena banyaknya jumlah responden dan rerata usia yang digunakan tidak jauh berbeda yaitu pada penelitian ini digunakan sebanyak 36 pria dengan rerata usia 60 tahun.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin, Fadhilah, dan Kurniamawati (2013), pada 138 pria dan 129 wanita dengan rerata usia 48,58 tahun menunjukkan adanya korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi kuat antara lingkar pinggang dengan kadar trigliserida dengan nilai (p=0,686, r=0,000). Responden yang digunakan adalah pasien rawat jalan dislipidemia di Puskesmas Janti Kota Malang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien dislipidemia mengalami obesitas sentral, yang terlihat dengan jelas adanya korelasi antara lingkar pinggang dengan peningkatan kadar trigliserida. Penelitian tersebut menggunakan jumlah responden pria dan wanita dengan proporsi yang tidak jauh berbeda, sedangkan pada penelitian ini jumlah respoden yang digunakan tidak memiliki proporsi yang sama pada pria dan wanita. Jumlah responden pria pada penelitian ini adalah 36 responden dan pada wanita adalah 54

responden. Hal tersebut menyebabkan hasil penelitian pada pria dan wanita tidak dapat dibandingkan dengan jelas karena jumlah responden memiliki proporsi yang tidak sama.

Hasil korelasi yang tidak bermakna pada penelitian ini, tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal tersebut dapat disebabkan karena, pada penelitian ini wawancara mengenai obat-obatan yang pernah atau sedang dikonsumsi oleh responden tidak dilakukan secara mendalam dan responden yang kebanyakan telah berusia lanjut memiliki kecenderungan sulit mengingat nama obat yang pernah dikonsumsinya. Obat-obatan yang pernah atau sedang dikonsumsi oleh responden sangat berperan penting mempengaruhi hasil penelitian, sebab apabila pasien ternyata telah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kadar kolesterol, termasuk kadar trigliserida, LDL, dan meningkatkan HDL maka profil lipid yang diketahui dari hasil laboratorium akan dalam batas normal, sedangkan untuk mendapatkan lingkar pinggang dalam batas normal tidak secepat menormalkan kadar profil lipid (Lampiran 28). Pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami obesitas dan sudah atau sedang mengkonsumsi obat penurun kolesterol terkadang hasil pemeriksaan kadar profil lipid sudah dalam batas normal tetapi lingkar pinggang masih dalam kategori obesitas. Hal inilah yang menyebabkan kadar trigliserida responden pada penelitian ini berada dalam kadar normal, sedangkan ukuran lingkar pinggang maupun rasio lingkar pinggang-panggul diluar kriteria normal.

Pada hasil uji korelasi rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida pada pria penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten

Temanggung diperoleh nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,091 dengan nilai signifikansi (p) 0,598 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah dan terdapat korelasi yang tidak bermakna (p>0,05) antara dua variabel yang diuji. Hasil korelasi positif ditunjukkan pada diagram sebaran (Gambar 6) yang dapat dilihat garis yang arahnya dari bawah ke atas, yang berarti semakin besar rasio lingkar pinggang-panggul maka kadar trigliserida semakin tinggi.

Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar Trigliserida (mg/dL) pada Responden Pria

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Okafor, et al. (2008), menunjukkan terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah yang tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida (r=0,130 dan p>0,05) pada 113 pria diabetes melitus tipe 2 dengan rerata usia 55,4±11,3 tahun. Penelitian Sandhu, et al. (2008), melibatkan responden sebanyak 113 pria yang merupakan penyandang diabetes melitus tipe 2 di India dengan rentang usia 31-95 tahun, menyatakan terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah yang tidak bermakna antara rasio lingkar

pinggang-panggul dengan kadar trigliserida (r=0,260 dan p>0,05). Pada kedua penelitian tersebut menggunakan jumlah responden yang sama yaitu 113 responden pria, namun pada penelitian Sandhu, et al. (2008) rentang usia yang digunakan sangat besar dibandingkan pada penelitian Okafor, et al. (2008) yang tidak jauh berbeda dengan penelitian ini.

Penelitian Kayode, et al. (2010), membuktikan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah yang tidak bermakna (p>0,05) antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida, dengan r=0,272 pada 43 pria penyandang diabetes melitus tipe 2 di Negeria. Penelitian tersebut menggunakan jumlah responden yang tidak jauh berbeda dengan penelitian ini sehingga hasil penelitian tidak jauh berbeda yaitu kedua penelitian memiliki korelasi tidak bermakna.

Penelitian Santos, et al. (2013), yang melibatkan pasien di klinik nutrisi sebanyak 130 pasien pria dengan median umur 51 tahun, menyatakan terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah yang tidak bermakna (r=0,180 dan p=0,190) antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida. Hasil penelitian tersebut membuktikan korelasi rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida pada pria dapat digunakan sebagai prediksi terjadinya penyakit kardiovaskuler. Pada penelitian tersebut responden yang digunakan bukan penyandang diabetes melitus tipe 2 namun pasien yang terdapat di klinik nutrisi Rumah sakit Barao de Lucena dan Rumah sakit Clinicas dengan kriteria eklusi meliputi pasien dengan penyakit kanker, AIDS, dislipidemia dan hiperglikemia.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rai and Jegathan (2012), yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah yang bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida (r=0,048 dan p<0,05) pada penyandang diabetes melitus tipe 2 sebanyak 69 pria di India. Penelitian Reddy, Jayarama,andMahesh (2013), melibatkan 500 penyandang diabetes melitus tipe 2 di India, menunjukkan terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah yang bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida (r=0,093 dan p<0,05). Hasil penelitian tersebut membuktikan korelasi rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida pada pria dapat digunakan sebagai prediksi terjadinya penyakit kardiovaskuler.

2. Korelasi LP dan RLPP terhadap kadar trigliserida dalam darah pada