• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERBANDINGAN PERFORMANCE PERKAWINAN

3.1.4 Koteks

Bahan-bahan yang digunakan pada upacara perkawinan di Jepang adalah :

Dalam kajian koteks tidak mengkaji pada tradisi lisan tetapi focus kepada benda-benda apa yang gunakan masyarakat adat. Benda- benda tersebut dipercaya memiliki makna adat itu sendiri.selain menggunakan pakaian tradisional Jepang, juga terdapat bahan-bahan yang digunakan dalam acara perkawinan Jepang.

Mokuroku : daftar barang yang diberikan saat Yuinoo

Naga Noshi : kerang abalone yang sering digunakan di Jepang sebagai kerajinan tangan dan melambangkan umur panjang.Biasa dugunakan untuk hadiah perayaan.

Kinpoudzutsumi: tempat untuk menaruh uang yang akan digunakan dalam Yuinoo(Yuino-Kin). Uang tersebut digunakan untuk membeli obi mempelai perempuan(goobi-ryou),dan hakama untuk mempelai lelaki(gohakama –ryou).

Katsuo-boshi: ikan bonito kering yang melambangkan harapan agar pernikahannya dapat bertahan lama.

Surume : ikan kering yang melambangkan harapan agar pernikahan tersebut dapat bertahan lama.

Konbu : rumput laut kering yang melambangkan kesuburan,dengan harapan pasangan tersebut berbahagia.

Tomoshiraga : kumparan benang rami yang melambangkan harapan agar pasangan tersebut dapat terus berbahagia hingga tua.

Suehiro : kipas lipat yang melambangkan kebahagiaan dan masa depan yang lebih baik.

Yanagi-daru : tempat penyimpanan sake yang terbuat dari pohon willow. Melambangkan kepatuhan dalam pernikahan.

Makanan tradisional yang biasa dihidangkan dalam pernikahan di Jepang adalah:

Sekihan(nasi kacang merah azuki): merupakan nasi yang sangat lengket,terbuat dari kacang azuki. Merupakan makanan tradisional yang berwarna merah sebagai simbol perayaan dan acara-acara bahagia.Sekihan sering disajikan dengan gomashio dalam pernikahan jepang.Gomashio adalah campuran dari beberapa biji wijen panggang bersama dengan garam.

Kazunoko: merupakan simbol kesuburan di jepang yang merupakan alasan utama mengapa hidangan ini disajikan dalam pernikahan tradisional Jepang. Dalam bahasa Jepang kazunoko mengacu pada ikan herringroe.Ikan ini dikeringkan di bawah sinar matahari dan biasanya diawetkan dalam garam.

Datemaki: merupakan hidangan yang sangat populer yang disajikan di pernikahan Jepang. Datemaki adalah telur dadar gulung jepang yang sering disediakan selama pernikahan.

Kue sushi jepang :makanan ini terbuat dari salmon asap,nasi,telur bersama bahan lainnya. Tidak ada gaya tertentu membuat kue ini dan anda dapat mengembangkan kreativitas anda sediri untuk membuat kue ini jadi menarik.

Daifuku: daifuku yang disajikan dalam pernikahan jepang merupakan kue mochi yang populer di jepang. Kue manis ini disajikan bersama denganteh hijau kepada para tamu. Kue manis ini adalah simbol berbagi kebahagiaan anatara pengantin dengan teman,kerabat dan para tamu undangan.

Yang menarik dan selalu digunakan dalam pernikahan tradisional Jepang adalah sake. Dalam bahasa Jepang,sake disebut dengan Nihonshu(

sake Jepang). Sake sering digunakan dalam ritual upacara adat,seperti dalam melakukan pernikahan tradisional Jepang. Semua keluarga dari kedua mempelai bergantian minum sake sebagai tanda persatuan atau ikatan kekerabatan yang baru.

Sake yang dipersembahkan untuk dipersembahkan kepada dewa disebut Omiki atau Miki( お神酒、 神酒 ). Persembahan ini bertujuan untuk memohon hasil panen yang berlimpah pada tahun berikutnya.Sake banyak dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat Jepang.Oleh sebab itu sake dikenal sebagai alat untuk bersosialisasi.

1.

Pakaian tradisional yang dipakai dalam perkawinan Shinto di Jepang adalah:

Wataboshi

2.

Ialah digunakan untuk hiasan kepala pengantin wanita yang melambangkan kesiapan seorang wanita yang menetapkan hatinya untuk menikah dan menjadi wanita yang lembut dan patuh pada suami.

tsunokakushi

3.

penutup kepala perkawinan untuk pengantin wanita, berwarna putih yang secara harafiah memiliki arti menyembunyikan tanduk memiliki nilai yang mengisyaratkan wanita untuk menyembunyikan rasa cemburu dan egoism serta menetapkan hati untuk menikah dan tunduk pada suami.

Shiromuku

Ialah kimono jenis Furisode yang dipakai pengantin wanita berwarna putih bersih dengan motif tenunan disebut Shiromuku ini secara harafiah memiliki arti putih yang diambil dari kata Shiro dan Muku yang berarti murni/suci.Nilai yang ada dalam pakaian yang dikenakan mempelai wanita pada awal prosesi pernikahan ala Shinto adalah pemakaian warna putih yang menjadi simbol kesucian atau kemurnian sekaligus identitas wanita yang kemudian akan mewarnai hidupnya dengan warna yang diberikan suami dalam kehidupan pernikahannya. Busana tertutup yang dikenakan mempelai wanita ini juga memiliki

nilai kesopanan karena menurut adat Jepang, tubuh wanita hanya untuk suaminya.

4. Motsuki Hakama Haori

Ialah pakaian tradisional yang digunakan pengantin laki-laki yang mengenakan kombinasi Hakama, Haori, dan montsuki yang dilengkapi dengan sulaman lambing keluarga (kamon)pada bagian punggung dan dada yang bersangkutan menegaskan pria yang akan menjadi kepala keluarga dari pernikahan yang di adakan. Selain itu pakaian pria yang juga terbuat dari sutra kelas terbaik yang ditenun yang dengan sempurna ini dinilai resmi/formal dan melambangkan status kesuksesan dari keluarga pria tersebut.

5. Uchikake

Kimono jenis furisode yang dikenakan pengantin wanita setelah acara pemberkatan pernikahan.Kimono yang seperti gaun pengantin panjang ini memiliki bagian lengan yang panjang hingga menyentuh bagian kaki.Symbol pemakaian uchikake ini adalah kebahagiaan mempelai wanita yang sudah resmi menikah.(Weki,2003: 60)

3.2 Performance Perkawinan Suku Karo

3.2.1 Waktu dan tempat

Pada masyarakat Karo dalam menentukan suatu pernikahan harus melihat hari yang baik yang menentukan pun harus tetuah dari kedua belah pihak keluarga.Sehari dua hari sebelum hari pelaksanaan upacara perkawinan diadakam “perjumpaan nonjari” oleh keluarga yang mengontrol apa-apa yang belum beres. Anak beru tua dengan anaknya, mengontrol segala prasarana.Sejak pagi pada hari pelaksanaan semua unsur sudah siap untuk berkeliling mengerjakan tugasnya masing-masing.

Upacara ini bisa dilaksanakan di gereja untuk orang Kristen disebut pemberkatan, sedangkan muslim dilaksanakan di mesjid atau dirumah disebut akad. Baik agama islam atau kristen pelaksanaan akad nikah harus didahulukan dan setelah selesai ijab kabul barulah upacara adat dapat dilangsungkan.Upacara perkawinan adatpun berlangsung dari pagi hingga sore hari.

Upacara perkawinan adat tradisional biasanya dilaksanakan di jambur, tanah lapang, halaman rumah.Dalam adat Karo, dua minggu sebelum pernikahan semuanya sangat sibuk terutama keluarga laki-laki, biasanya keluarga perempuan hanya menyiapkan baju pengantin dan baju keluarga.Mempersiapkan undangan untuk disampaikan secara langsung kepada pamili dekat atau jauh tanpa ada yang ketinggalan.Dan disampaikan dengan lisan di rumah pamili.

3.2.2 Audiens

Urusan biaya penikahan pun demikian, pihak lelaki yang menanggung sekitar 80 persen dan pihak perempuan hanya menambah kekurangan nya saja.

Audiens pada upacara perkawinan adat Karo adalah dengan adanya kehadiran keluarga besar, keluarga inti seperti, penghulu, sukut, kalimbubu, anak berudan seluruh para undanganyang hadir.

Kehadiran audiens pada upacara perkawinan adat Karo yaitu dengan hadirnya tokoh adat pada upacara perkawinan menunjukkan eksistensi adat cukup besar karena kehadiran keluarga tersebut. Hal ini dikarenakan dapat memberikan suka cita pada keluarga pengantin untuk dapat menyampaikan kata adat pada upacara perkawinan tersebut yang dimulai dari tuan rumah.

Setelah seluruh tamu yang diundang hadir pada upacara adat, maka acara penyampaian nasihat untuk kedua mempelai pengantin yang disampaikan oleh sukut, kalimbubu dan anak beru.

3.2.3 Teks

Pada umunya perkawinan masyarakat Karo terdapat tiga tahapan yaitu, sebelum menikah upacara menikah dan setelah menikah.Pada pernikahan masyarakat Karo diawali dengan pemberkatan digereja jika agama Kristen dan ijab Kabul di masjid atau dirumah jika agama Islam.Dalam acara upacara perkawinan terdapat beberapa nasihat atau petuah petuah dari beberapa keluarga inti. Seperti:

Kalimbubu : pertama lebeh , gelahti itandai ndu kami sada persada kami kalimbubu ndu. Kedua, adih ngo itandai ndu kami, reh kam ku jabu kami, gelah itandai ndu agi-agindu. Jenah peh iteh ndu jabu kami emaka adih ngo kam perjabu tuusindu encari gelah na lid pagi pemereh

ndu man kami .selamat bas perjabu ndu itoto ken kami mbuah page merih manok ras mejuah juah kami.

Artinya : pertama, supaya kamu kenal kami satu persatu. Kedua, kalau sudah kamu kenal kami, datang lah kamu kerumah kami, supaya kamu tandai adik-adikmu dan supaya tahu rumah kami.Kalau sudah berumah tangga, serius kamu mencari rezeki gunanya untuk ketika kamu berkunjung kerumah kami adayang kamu bawak sebagai oleh-oleh.Selamat atas pernikahan kamu.

Sukut : ibas perjabuan ndu warienda, menjuah juah kam nak ku aras perbulangan ndu, merih manok iyasuhindu mbuah page isuandu.

Kitik-kitik nari kam ras kami, mengogo min ate kami I tading ken ndu.

Tapi adinggo kam galang simeluhina kam erjabu dat ndu teman si sada aroi aras kam gelah percik ukur orang tua, pulahi kami ibas tanggung jawab kami nari.

Artinya: Sesudah kamu berubah tangga hari ini, selamat- selamat kam nak ku bersama suami mu, berkembang biak ayam yang dipelihara dan padi yang ditanam. Dari kecil kamu sama kami. Sedih sebenarnya hati kami, kamu tinggalkan tapi Karena kamu sudah besar sebaiknya kamu berubah tangga.Kamu sudah dapat suami yang satu kata, supaya tenang perasaan kami, melepaskan tanggung jawab kami.

Anak beru: selamat atas perjabuan ndu ras senina kami. Enca dun perjabuan ndu enda impal kami ras senina kamidun sada tanggung jawab si kerjaken kita ibas kalimbubu nari adi lid sikurang na ras ras kita pagi

peluhisah. Emaka sehat-sehat kam merih manok asuhindu mbuah page isuwandu amin na. ija pagi sigulut ukur ndu kami teman ndu arih-arih, emaka man kami kalimbubu kami ijasikurang na penagerken kami makan ras gulei enda jenah pe perkikap ken amak sih kumbangken kami lah pas ingan na kami mohon maaf kalimbubu kami sehat-sehat kam, ajari ndu kmi ibas silupaen kami. Bujur ras mejuah juah.

Artinya : Selesai pernikahan Impal kami selesai lah satu tanggung jawab kami tugas yang ditugas kan oleh kalimbubu kami(orang tua) kalau ada yang kekurangan sama-sama kita perbaikan. Oleh karena itu sehat-sehat kamu. Dimana nati pikiran mu susah kami lah kawan mu mencari solusi .oleh karena itu kamu kalimbubu kami dimana kurangnya masakan kami dan pengelaran tikar itu yang kurang tepat pada tempatnya kami mohon maaforang tua kami. Sehat- sehat kam ajari kami tentang apa yang kurang di hatimu. Terimakasih.

Nasihat atau petuah yang diberikan akan membawa harapan untuk meraih kebahagiaan. Karena Doa dan nasihat dari saudara- saudara yang hadir akan membawah berkah bagi pengantin.

3.2.4 koteks

Dalam kajian koteks tidak mengkaji pada tradisi lisan tetapi focus kepada benda-benda apa yang gunakan masyarakat adat. Benda- benda tersebut dipercaya memiliki makna adat itu sendiri.

Tudung kepala :Salah satu penanda khas busana pengantin wanita Karo adalah tudung kepala yang direka sangat unik bentuknya. Tudung kepala dibentuk dari kain tenun Uis Jung-Jungen atau kain

Adapun pakaian adat karo itu sendiri adalah

Beka buluh warna merah berpadu hitam.Sebagai perhiasan tudung bagian depan disematkan sortali layang-layang. Pada bagian kanan dan kiri tudung kepala dekat telinga disematkan Padang Raja Muli

Baju pengantin wanita :Secara tradisi, busana pengantin wanita Karo umumnya berupa baju tutup berlengan panjang sebagai penanda bahwa yang menikah adalah seorang gadis, dengan warna dominan kuning atau merah. Pada bagian bawah memakai kain tenun sebanyak tiga lapis, yakni

yang berbentuk seperti anting-anting besar, atau biasa disebut sebagai anting kodang-kodang.Sementara sortali layang-layang dengan bagian tengah berukuran besar dipergunakan sebagai perhiasan semacam kalung pada dada.

Uis Jungkit kemudian Uis Julu warna biru tua bermotif garis-garis benang warna keemasan, serta Uis Nipes

Tas Keranjang : Digunakan untuk tempat sirih dan perlengkapan lainnya, untuk menandakan wanita harus siap dalam berubah tangga dan harus siap menjadi orangtua.

warna merah dengan motif yang sangat variative yang juga dipergunakan sebagai selendang.Seiring perkembangan budaya, pengantin wanita kini mulai menggunakan busana kebaya berkancing depan sebagai alternative pilihan.

Baju pengantin pria :Pengaruh budaya barat yang memasuki wilayah Sumatera Utara pada awal abad ke-20 juga terwujud pada tradisi busana pengantin yang hingga kini menjadi panduan secara umum bagi masyarakat Karo adalah penggunaan setelan jas atau beskap tutup. Busana pengantin pria kini lazim menggunakan setelan jas atau beskap tutup maupun busana berkerah Nehru

Penutup kepala pria :Ciri khas busana pengantin pria adat Karo adalah penutup kepala berupa topi

yang juga bisa menjasi alternative pilihan sesuai selera.

Bulang-Bulang terbuat dari kain Beka Buluh warna merah bergaris keemasan, serta kain yang sama motif dan warnanya disampirkan pada pundak. Perhiasan yang diaplikasikan pada tutup kepala disebut rudang-rudang.Sementara perhiasan yang dikalungkan pada leher hingga dada disebut Sortali

Uis Julu : Kain adati yang dipergunakan pada pengantin pria adat Karo adalah

berukuran besar.

Uis Julu warna biru tua atau hitam dengan motif bergaris-garis benang emas yang dipakai sebagai sesamping (dipakai di bawah jas, tepatnya di bagian pinggang hingga sebatas lutut).

Masakan yang digunakan dalam acara adat adalah

- Rendang daging

Adalah salah satu menu yang disedikan disetiap pernikahan di Indonesia.

- Cimpa

Melambangkan bahwa upacara yang dilaksanakan telah selesai.

- Es krim

Makanan ini memiliki makna agar keluarga pengantin yang baru dingin dan bahagia layaknya es krim.Dan menjadi kesenangan kepada setiap orang.

- Sayur labu

Salah satu makanan tradisional suku Karo yang menjadi menu utama dalam upacara perkawinan.

Benda yang digunakan dalam acara mbaba belo selambar - Sirih

- Gambir - Kapur - Pinang - Tembakau - Daun rokok

Benda-benda diatas melambangkan penghormatan calon pengantin kepada kalimbubu dan tamu undangan yang hadir.

3.3 AnalisisPerbandingan Performance Masyarakat Jepang dan Masyarakat Karo

Dari penjelasan dari sub bab sebelumnya dapat dikatakan di dalam upacara perkawinan masyarakat Jepang dan masyarakat Karo terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan. Persamaan mendasar adalah pada tahapan upacaranya dimana sama-sama memiliki tiga tahapan, yaitu sebelum upacara, upacara perkawinan, dan setelah upacara perkawinan.Kegiatan-kegiatan pada ketiga tahapan tersebut juga memiliki persamaan dan perbedaan.

Untuk hal-hal yang umum di luar tahapan upacaranya, persamaan juga dapat dilihat dari adanya hubungan antara bentuk keluarga dengan sistem perkawinan.Perkawinan di Jepang sangat didasarkan pada tujuan tradisional untuk pelestarian keluarga kazoku dan ie.Pada suku Karo bentuk keluarga sangat mempengaruhi sistem perkawinan di daerah ini, baik pengaruh terhadap tujuan, pelaksanaan upacara, adat menetap setelah menikah dan lain-lain.

Performansi tahapan pernikahan saat ini sering dicampur dengan kebudayaan lain, karena yang dinikahinya atau kedua pasangan yang akan menikah berasal dari dua kebudayaan yang berbeda. Sehingga dalam melaksanakan resepsi mereka mengambil jalan tengah dengan menggabungkan dua kebudayaan kemudian menambahkan gaya perkawinan modern. Hal ini umumnya terjadi pada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Sehingga secara otomatis mereka akanberadptasi dengan lingkungan mereka yang terdiri dari banyak suku yang berbeda-beda.

Perkawinan pada masyarakat Jepang dan Karo umumnya bersifat religius dan sakral. Sifat religius terlihat ketika perkawinan tidak hanya mengikat pasangan yang akan menikah,tetapi juga seluruh keluarga termasuk arwah leluhur mereka serta warisan tradisi leluhur. Namun saat ini perkawinan di Jepang mengalami performansi dimana seseorang dianggap sudah menikah jika sudah mendaftarkan diri ke pencatatan sipil dan sudah mengucapkan ikatan janji perkawinan.Mereka tidak begitu rumit untuk melakukan adat seperti perkawinan Karo.Berikut beberapa persamaan dan perbedaan yang terdapat pada pernikahan Jepang dan Karo.

(Rizky, 2018 : 55)

Adapun perbandingan performance upacara perkawinan Jepang dan Karo dalam bagian: waktu dan tempat, audience, teks, koteks :

No Performance Jepang Karo Keterangan

1 Waktu dan tempat berbeda dalam menentukan tempat perkawinan.

dikuil,di gedung keluarga inti kedua mempelai, kerabat Karo lebih banyak yang hadir untuk mrenyaksikan, sedangkan di Jepang hanya kerabat dekat dan orang-orang tertentu saja.

3 Teks Di Jepang teks kepada kedua mempelai yang mengandung ucapan dan kebaikan dalam berunah tangga.

kata berupa nasihat benda-benda ini dipercaya untuk

melancarkan acara pernikahan yang dilaksanakan.

noshi,kinpoudzutsu

mi,katsuo-boshi,surume,konb u,tomoshiraga, suehiro,yanagi-daru,dan sake.

adalah, rendang, jambe, cimpa dan lain nya.

Selain itu terdapat juga persamaan dan perbedaan pada performansi upacara perkawinan dua kebudayaan tersebut. Ada beberapa kemiripan sebagai berikut:

Cara menentukan pasangan pada dasarnya adalah dengan dijodohkan dan atas dasar cinta.Kedua suku bangsa tersebut juga sama-sama melakukan acara pertunangan setelah menemukan pasangan hidup.Adanya pemberian barang-barang pada saat acara pertunangan.Sekarang ini di Jepang sebelum upacara perkawinan dilakukan pasangan pengantin terlebih dahulu harus mendaftarkan diri dikantor catata sipil, begitu juga di Karo agar mendapat pengakuan hukum yang sah.Di Jepang dan Karo sama-sama melakukan pernikahan berdasarkan agama dan pemerintahan/hukum.

Upacara perkawinan kedua masyarakat sama-sama menggunakan cara tradisional. Masyarakat Jepang dan Karo dalam melaksanakan upacara pernikahan sama-sama memiliki ciri khas yang tak pernah lepas dari proses jalannya acara tersebut. Namun saat ini Jepang maupun Karo

sama-sama mengalami perubahan performansi pada gaya pakaian yang digunakan, masyarakat mulai mencampur 2 kebudayaan.Setelah selesai melangsungkan upacara resepsi perkawinan, kedua keluarga sama-sama berkumpul untuk melanjutkan acara makan malam sekaligus perkenalan lebih jauh dan mempererat hubungan kekeluargaan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dibuat penulis sebagai berikut :

1. Perkawinan adalah sebuah proses dalam pembentukan suatu kesatuan yang disebut rumah tangga, yang mempunyai tujuan untuk meneruskan keturunan yang sah.

2. Dalam perkawinan Jepang tradisional dan Karo selain perlu disahkan berdasarkan masing-masing agama, juga disahkan berdasarkan pemerintah dan hukum. Dan juga perlu disahkan dengan adat.

3. Terdapat perbedaan maupun kesamaan dalam tahapan performance perkawinan masyarakat Jepang dan Karo. Seperti dalam hal waktu dan tempat,audience,teks dan koteks.

4. Walau pun Jepang dan Indonesia sudah sering menggunakan gaya kebarat-baratan tetapi perkawinan tradisional Jepang dan karo masih sangat dilestarikan.

5. Dengan mengenali persamaan dan perbedaaan kedua budaya, kita akan semakin memahami keanekaragaman pola hidup Yang ada, yang akan bermanfaat bagi masyarakat luas dan bermanfaat saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak yang berasal dari budaya yang berbeda.

6. Hal ini juga sangat menarik dalam konsep perbandingan, dua wilayah yang berjauhan secara geografis dan sangat berbeda dalam cultural mempunyai kemiripan budaya disertai dengan perbedaannya.

4.2 Saran

1. Dengan mempelajari tulisan ini, diharapkan kepada generasi muda saat ini untuk tidak melupakan adat istiadat tradisional nya masing-masing. Dan membanggakan kebudayaan bangsa sendiri, diantaranya terhadap perkawinan.

2. Diharapkan juga tulisan ini dapat menambah wawasan bahwa walaupun Negara berjauhan secara geografis dan sangat berbeda dalam hal budaya dan watak ternyata tidak menutupi adanya kesamaan – kesaman budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Ajip, Rosidi. 1981. Mengenaljepang. Jakarta: Pustaka Jaya.

Bangun, Tridah. 1986. Penelitian Dan Pencatatan Adat Istiadat Karo.

Yayasan Merga Silima.

Bangun, Tridah. 1986. Adat Dan Upacara Perkawinan Masyarakat Batak karo.

Dilla, 2004. Skripsi: Perbandingan system Ie di Jepang dengan Sistem Rumah Gadang di Sumatera Barat. Medan: USU.

Daniaty, Rizky. Harahap.2018. Perbandingan Performansi Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Jepang dan Jawa.Skripsi. Medan: USU

Haviland, D William, Soekadijo. 1993. Antropologi Jilid 2. Surakarta Erlangga.

Koenjaraningrat.1976. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Aksara Baru.

_____________. 1997. PengantarAntropologi II. Jakarta: RinekaCipta.

_____________. 1980. PengantarAntropologi. Jakarta: AksaraBaru.

Keesing, Roger. M. 1992. Antropologi Budaya (Suatu Perspektif Kontemporer) Jakarta: Erlangga.

Martha, Ervina. 1995. Sistem Perkawinan Orang Jepang. Skipsi Sarjana Sastra Jurusan Sastra Asia Timur Program Studi Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Nasution, M. Arif. 1946. Metode penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rahmadayani, Neny. 2005. Skripsi : Pernikahan Secara Shinto Di Jepang. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Prinst, Darwan. 2004. Adat Karo. Perintis Bina Media.

Situmorang, Hamzon. 2000. Telaah Pranata Masyarakat Jepang I (Diktat). Medan:

Universitas Sumatera Utara.

_____________. 2005. Ritus-ritus Daur Hidup Orang Jepang (Diktat).

_____________ 2005.Telaah Pranata Masyarakat Jepang I (Diktat).

_____________. 2006. Ilmu Kejepangan. Medan: USU Press.

Staruss Claude Levi. 2000. Ras Dan Sejarah. Yogyakarta: Lks.

Shinoda, Yasuko. 1984. Miai, yuino, kekkon no mana. Japan.

Shoin, Goto. 1975. Kankon Sosai Zensho. Japan.

Yani, fitri.2010. Perbandingan Tahapan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat aceh dan Masyarakat Jepang.Skripsi. Medan: USU.

Weki, Shigeso. 2003. Otsukiai to mana. Japan.

http//:bridal-souken.net/research_news 2011.Diakses pada tanggal 10 januari 2018.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jepang

http//www.“japanidocuteculture.com”//tradisiperkawinanjepang. Diakses pada tanggal 20 juli 2018.

.Diakses pada tanggal 06 Januari 2018.

http//www. Kekerabatanmasyarakatkaro.com. diakses pada tanggal 20 juli 2018

Dokumen terkait