• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kronologi Peristiwa Kerusuhan Di Kota Medan Pada Mei 1998 Senin, 4 Mei 1998

Dalam dokumen Kerusuhan Di Kota Medan Pada Mei 1998 (Halaman 42-47)

KERUSUHAN DI KOTA MEDAN PADA MEI 1998

3.2. Kronologi Peristiwa Kerusuhan Di Kota Medan Pada Mei 1998 Senin, 4 Mei 1998

Berbagai aksi mahasiswa digelar dari berbagai kampus, seperti :Universitas Sumatera Utara (USU), IKIP Medan, Institut Agama Islam Negeri Medan (IAIN), Universitas Medan Area (UMA), dan universitas swasta lainnya. Di kampus USU, gerakan aksi mahasiswa dipicu oleh tewasnya seorang mahasiswa USU pada akhir bulan April. Tewasnya mahasiswa tersebut diakibatkan oleh bentrokan antara aparat keamanan dengan mahasiswa USU yang menggelar aksi demonstrasi pada hari-hari sebelumnya.21

Di kampus IKIP, IAIN, dan UMA, aksi mahasiswa digelar mulai pukul 10.00 WIB. Mahasiswa USU menggelar aksi yang dimulai dari pendopo USU kemudian melakukan konvoi keliling kampus menuntut diadakannya reformasi di segala bidang, termasuk menuntut penurunan harga-harga sembako.

22

Namun, tiba-tiba muncul sekelompok orang di persimpangan JL.Pancing dan JL. Moh. Yamin. Di dekat persimpangan jalan tersebut terdapat pos polisi lalu lintas Percut Sei Tuan. Masa kemudian menyerbu pos polisi tersebut dan sejumlah polisi yang berada di sekitar pos itu pun terpaksa kabur menyelamatkan diri melihat kekuatan yang tak sebanding. Pos polisi itu diobrak-abrik dan dihancurkan. Begitu juga sejumlah mobil dan truk polisi yang diparkir di sebelahnya.

Aksi itu sempat dihambat oleh aparat keamanan sehingga terjadi perang batu, pelemparan bom molotov, pembakaran ban mobil, dan kayu. Petugas kemudian melakukan serangan balasan dengan menembakkan gas air mata. Kerusuhan terus berlangsung hingga pukul 16.00 WIB.

23

21

Wawancara dengan Azrai pada tanggal 5 Mei 2010

22

Majalah D&R (Detektif dan Romantika) edisi 16 Mei 1998

23

Massa lalu bergerak ke pusat perbelanjaan Plaza Buana. Mereka melempari dan menjarah. Kemudian, terdengar teriakan agar orang-orang tak merusak dan menjarah toko-toko. Suara teriakan itu berasal dari beberapa mahasiswa yang tertahan dan baru pulang dari kampus.

Massa kemudian masuk ke JL. Moh. Yamin menuju RS Pirngadi dan kemudian menuju pusat Kota Medan. Ternyata, aparat keamanan sudah siap sedia. Mereka langsung menghadang massa dan memberikan tembakan peringatan. Massa pun berbalik menghindari aparat keamanan lalu bergerak ke daerah Sukaramai yang banyak dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Di sana, massa melempari toko dan menjungkirbalikkan mobil yang diparkir di tepi jalan. Aksi baru dapat diredakan pada pukul 02.00 dinihari.24

Selasa, 5 Mei 1998

Kerusuhan semakin menjadi-jadi. Medan berubah menjadi kota mati. Banyak toko yang tutup dan masyarakat Kota Medan tidak berani keluar. Dalam kesunyian yang mencekam,sekitar pukul 10.00 WIB, sejumlah orang mulai mengamuk. Mereka semula mencoba datang ke kantor kepolisian sektor Percut Sei Tuan, tempat puluhan orang ditahan karena tertangkap menjarah atau membuat kekacauan. Ratusan warga sekitar Percut dan Tembung datang untuk mempertanyakan status orang-orang yang ditahan itu. Ternyata, sejumlah aparat keamanan mulai siap siaga. Untuk membendung petugas keamanan, massa membuat barikade dan membakar ban di jalan. Massa juga menjarah gudang beras. Ribuan karung beras yang jumlahnya berton-ton beras diangkut ke luar gudang. Selain itu, massa juga mengangkut bahan pangan lainnya. Mereka mengangkut barang jarahannya dengan menggunakan becak, sepeda, atau memanggulnya sambil berjalan kaki. Aparat keamanan mengambil tindakan dengan memblokir jalan menuju kota agar massa tak masuk ke pusat kota.

Sejam kemudian, massa dari kawasan Percut Sei Tuan tersebut bergerak ke Tembung. Di daerah sana, aksi massa dilanjutkan dengan aksi pembakaran dan penjarahan. Sebanyak 14 mobil dirusak dan dibakar, sekitar seratus lebih bangunan (umumnya ruko) hancur. Di daerah Pasar Tembung terjadi penjarahan toko yang menjurus ke arah tindakan rasial. Pemilik toko yang keturunan Tionghoa dipaksa keluar dan tokonya dijarah.

Sementara itu, pemilik toko yang non-Tionghoa memasang sajadah, menulis tembok atau pintu toko dengan kata pribumi atau milik pribumi. Ada pula yang memasang bendera merah-putih. Upaya itu dimaksudkan untuk menyelamatkan toko atau rumah mereka agar tak diganggu massa. Cara ini umumnya berhasil, tetapi ada juga satu atau dua rumah yang meskipun sudah diberi tanda , tetap saja menjadi ‘korban’ pelemparan batu hingga membuat kaca rumah pecah.

Aksi massa juga meledak di berbagai wilayah Kota Medan lainnya, seperti: Pulobrayan Kota, Glugur/Jl.Sutomo, Kampung Baru/ Jl.Sutomo, Kampung Baru/Jl.Brigjend Katamso, Titi Kuning, Jl. Sampali, Jl. Karakatau, Kampung Lalang, Kampung Madras/Jl.K.H.Zainul Arifin, Mandala By Pass, Sisingamangaraja/Simpang Limun, Tanjungsari, dan Martubung.25

Di kawasan Jl. Sisisngamangaraja dekat Simpang Limun, terdapat dua foto studio yang diobrak-abrik dan dijarah massa berikut empat toko yang berada di sampingnya ikut dibakar. Massa terus mengamuk dan melakukan pelemparan terhadap ruko dan showroom di Jl. Sisingamangaraja. Puluhan sepedamotor milik showroom yang terletak di kawasan tersebut dikeluarkan oleh massa dan kemudian dibakar.26

25

Harian Waspada Edisi Kamis, 7 Mei 1998.

Sekitar pukul 18.00 mobil polisi mondar-mandir sambil melepaskan gas air mata. Massa kemudian melarikan diri dan meninggalkan puing-puing yang telah hangus terbakar. Di tempat lain massa justru semakin beringas.

Di Jalan M. Yamin atau Serdang banyak rumah toko yang digunakan sebagai tempat usaha etnis cinadirusak. Salah seorang pekerja dari salah satu rumah toko tersebut mengatakan bahwa massa yang datang langsung merusak dan mengobrak-abrik rumah toko tersebut. Seluruh isi toko mereka jarah bahkan untuk pakaian kotor sekalipun.27

Di pasar daerah Simpang Limun tersebut terdapat seorang pedagang yang parasnya mirip dengan orang Cina, padahal pedagang tersebut adalah orang Jawa yang bernama Sumiati. Sumiati pun dikejar-kejar oleh massa akibat parasnya yang mirip dengan orang Cina tersebut. Akhirnya Sumiati diselamatkan oleh sesama pedagang. Wanita tersebut dimasukkan ke dalam Rabu, 6 Mei 1998

Di hari ketiga amuk massa semakin keras dan terjadi di banyak tempat. Pada Rabu, 6 Mei 1998 ini terdapat sekurang-kurangnya 27 mobil hagus terbakar, satu gudang, tiga toko, dan enam bank dirusak. Korban akibat tembakan petugas pun berjatuhan. Selain luka parah, dikabarkan ada beberapa koraban yang tewas. Sementara itu, wilayah yang di hari sebelumnya menjadi aksi massa dijaga ketat. Tak ada lagi aksi massa di sana, yang tertinggal hanyalah puing-puing bangunan yang hancur.

Sekitar pukul 09.30 di daerah Simpanglimun, massa menjarah dan membakar barang-barang yang terletak di sekitar kawasan pusat perbelanjaan. Kemudian, mereka menjebol toko pakaian. Mereka menjarh isisnya dan menganiaya pemiliknya.

keranjang jeruk dan ditutupi oleh daun pisang. Setelah keadaan aman, barulah Sumiati dikeluarkan dari tempat persembunyiannya.28

Pada tanggal 7 Mei 1998 kerusuhan di Medan menyebar hingga ke derah-daerah Sumatera Utara lainnya, seperti daerah Tanjung Morawa, Tanjung beringin, Lubuk Pakam, Perbaungan, Pematang Siantar, Tebingtinggi, Pangkalan Brandan, dan Delitua, dan Binjai.

Pada pukul 11.25, sekitar sepuluh sepeda motor dikendarai petugas berpakaian sipil tiba di lokasi amuk massa. Mereka memuntahkan peluru sambil mengejar pelaku penjarahan sampai di lorong-lorong. Ada yang tertangkap ketika lari, ada pula yang dibekuk di dalam toko dan langsung dihajar oleh aparat keamanan hingga berlumuran darah.

Aksi massa terjadi lagi setelah petugas dari berbagai lokasi kerusuhan pergi. Massa pun begitu ditinggal pergi petugas langsung menjebol studio foto dan membakar mesin fotokopi. Kebakaran merembet ke toko sebelah yang milik seorang pribumi. Kerusuhan baru mereda ketika hari beranjak malam. Sekitar pukul sepuluh malam, suasana jalan raya, terutama lokasi yang paling banyak terkena kerusuhan, tampak sepi. Tak ada orang yang berkeliaran kecuali petugas keamanan yang berjaga-jaga.

29

Data di Kepolisian besar Kota Medan, menunjukkan 431 orang ditangkap dari berbagai wilayah kerusuhan yang terjadi. Mereka ditahan dalam kaitan pelemparan dan pengrusakan saat unjuk rasa mahasiswa dan penjarahan massal. Dari jumlah massa hanya 40 orang yang ditahan sebagai tersangka pengrusakan, pembakaran, perampokan, dan penjarahan. Umumnya mereka yang terlibat dalam kerusuhan ini adalah mereka yang sekedar hanya ikut-ikutan aksi massa.30

Sementara itu, aksi demonstasi gerakan buruh yang tergabung dalam wadah SBSI juga berakhir ricuh. Awalnya massa SBSI berunjuk rasa ke Kawasan Industri Belawan untuk meminta

28

Wawancara dengan Sumiati pada tanggal 30 Maret 2010

29 Fadli Zon. Politik Huru-Hara Mei 1998, (Jakarta : Institute For Policy Studies, 2004)hal. 102 30 Majalah D&R edisi 16 Mei 1998

keadilan dari pihak pabrik agar upah buruh mereka dinaikkan. Tiba-tiba saja terjadi aksi anarkis yang disertai dengan penjarahan, perampokan, pelemparan toko, dan sebagainya. Aksi anarkis itu pun segera dihentikan oleh Poltabes Medan yang datang ke lokasi.31

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Penulis, maka objek kerusuhan yang dijadikan sasaran aksi kerusuhan di Kota Medan adalah sebagai berikut.

A. Perdagangan

Dalam dokumen Kerusuhan Di Kota Medan Pada Mei 1998 (Halaman 42-47)

Dokumen terkait