• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Historis

Dalam dokumen Kerusuhan Di Kota Medan Pada Mei 1998 (Halaman 30-37)

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

2.3. Latar Belakang Historis

Kotamadya Medan awalnya adalah sebuah perkampungan kecil yang dinamakan kampung ‘MEDAN PUTRI.’ Letaknya berada di antara pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura dan termasuk wilayah XII Kuta Hamparan Perak.11

Hadirnya perkebunan tembakau di wilayah Sumatera Timur telah membawa perubahan yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, dan demografi. Keuntungan yang didapat dari perkebunan tembakau begitu besar sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian di Sumatera Timur. Keuntungan itu tidak hanya dirasakan oleh pihak pengusaha perkebunan saja tetapi juga dirasakan oleh pihak sultan dan raja-raja yang berkuasa di Sumatera Timur.

Keuntungan yang didapat berkat hadirnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur telah mengangkat kondisi sosial-ekonomi pihak penguasa Sumatera Timur.Sebelum kedatangan

Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa pendiri kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus yang merupakan nenek moyang Datuk Hamparan Perak Dua Belas Kuta dan Datuk Sukapiring. Kedua wilayah itu merupakan bagian dari Kesultanan Deli. Jhon Anderson, seorang pegawai pemerintah Inggris, yang pernah berkunjung ke Medan pada tahun 1823 menyebutkan bahwa kala itu penduduk kampung Medan berjumlah 200 orang.

Nama Deli mulai terkenal ketika Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha Belanda, membuka perkebunan tembakau pada tahun 1865 di Sumatera Timur. Daun tembakau yang berasal dari Deli sangat terkenal dan tidak ada tandingannya sebagai bahan pembungkus cerutu, sehingga menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya di wilayah Sumatera Timur.

11 Tengku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. Hal. 334

Belanda, para raja hidup dalam keadaan melarat. Setelah kedatangan Belanda, gaya hidup pihak penguasa Sumatera Timur pun berubah. Mereka tidak melewatkan sedikt waktu pun untuk mengadakan pesta-pesta mewah untuk menyambut tamu-tamu Eropa. Selain itu, banyak orang dari luar wilayah Sumatera Timur datang ke wilayah ini untuk mencari nafkah sehingga

mempengaruhi demografi Sumtera Timur pada saat itu.

Seiring dengan perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pihak pengusaha perkebunan mulai memperkerjakan kuli-kuli Cina. Awalnya pihak pengusaha mempekerjakan penduduk asli, yaitu Batak dan Melayu, tetapi karena mereka cenderung malas bekerja maka pihak pengusaha tidak mempekerjakan penduduk asli lagi. Namun pada akhirnya pihak pengusaha pihak pengusaha mendatangkan kuli-kuli yang berasal dari Jawa dan India dengan sistem kontrak.Dengan demikian komposisi penduduk wilayah Sumatera Timur tidak hanya didiami oleh penduduk asli tetapi juga didami oleh suku-suku pendatang, seperti Jawa, Cina, India, dan suku Batak Toba yang datang ke Sumatera Timur untuk mencari nafkah.

Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor

Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892.12 Perkembangan perekonomian yang begitu pesat

Ketika Medan dijadikan Ibukota Karesidenan Sumatera Timur, tumbuh

kampung-kampung yang baru, yaitu : Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan Kampung Sungai Rengas.13 Kampung-kampung ini dikepalai oleh seorang kepala kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung. Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yatiu : Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung.14

Pada tahun 1918 status Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee (Kotapraja) tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli.. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay.15

Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera. Hal ini sesuai dengan ketetapan Gubernur No.103 pada

Selain itu, muncul pula tempat pemukiman baru yang letaknya terpisah dari penduduk pribumi dan berdiam secara eksklusif. Tempat pemukiman itu ditujukan untuk orang-orang Eropa dan orang-orang Cina. Bahkan di kalangan penduduk pribumi ada juga yang membentuk kelompoknya sendiri seperti kampung Mandailing. Pada masa itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa. Hal ini

disebabkan penduduk pribumi telah bercampur-baur dengan pendatang asing, seperti orang Eropa, orang Cina, dan orang Asia lainnya.

13 Op.cit.hal.340

14 Tengku Luckman Sinar, SH. Sejarah Medan Tempo Doeloe, (Medan : Perwira,1991) hal. 58

15

tanggal 17 Mei 1946 mengenai pembentukan 15 kota otonom.16 Ketika Negara Sumatera Timur(NST) terbentuk Medan dijadikan Stadsgemente.17

Seiring dengan terbentuknya Propinsi Sumetara Utara maka pemerintahan Negara Sumatera Timur pun dihapuskan. Propinsi Sumatera Utara yang telah terbentuk itu meliputi wilayah Karesidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli dengan Medan sebagai puSat pemerintahannya.18

Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya, mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973 ditetapkan bahwa beberapa

Tetapi pembentukan propinsi Sumatera Utara menuai protes dari kalangan masyarakat Aceh yang menginginkan wilayah Aceh menjadi satu propinsi yang otonom dan tetap tunduk pada pemerintah pusat. Setelah melaui perundingan, maka pada tahun 1956 Aceh tidak lagi menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, terjadi perubahan jumlah Daerah Otonom tingkat II, yaitu 10 Kabupaten, 3 Kota besar termasuk Kota Medan, dan 3 kota kecil lainnya.

Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Empat kecamatan tersebut memiliki 59

Kepenghuluan.

wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan. Sebelas Kecamatan yang ada di Kotamadya Medan pada saat itu adalah:

1. Kecamatan Medan Kota dengan 26 Kelurahan 2. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan 3. Kecamatan Medan Barat dengan 13 Kelurahan 4. Kecamatan Medan Baru dengan 18 Kelurahan 5. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan 6. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan 7. Kecamatan Medan Johor dengan 11 Kelurahan 8. Kecamatan Medan Sunggal dengan 14 Kelurahan 9. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 11 Kelurahan 10.Kecamatan Medan Denai dengan 14 Kelurahan 11.Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Sumtera Utara, maka Kecamatan yang ada di Kotamadya Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kesembilanbelas Kecamatan itu adalah:

1. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 9 Kelurahan 2. Kecamatan Medan Johor dengan 6 Kelurahan

3. Kecamatan Medan Amplas dengan 8 Kelurahan 4. Kecamatan Medan Denai dengan 5 Kelurahan 5. Kecamatan Medan Tembung dengan 7 Kelurahan 6. Kecamatan Medan Kota dengan 12 Kelurahan 7. Kecamatan Medan Area dengan 12 Kelurahan 8. Kecamatan Medan Baru dengan 6 Kelurahan 9. Kecamatan Medan Polonia dengan 5 Kelurahan 10.Kecamatan Medan Maimun dengan 6 Kelurahan 11.Kecamatan Medan Selayang dengan 6 Kelurahan 12.Kecamatan Medan Sunggal dengan 6 Kelurahan 13.Kecamatan Medan Helvetia dengan 7 Kelurahan 14. Kecamatan Medan Petisah dengan 7 Kelurahan 15.Kecamatan Medan Barat dengan 6 Kelurahan 16.Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan 17.Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan 18.Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan 19.Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan

(Sumber Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Kemudian dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, Kecamtan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan. Dua Kecamatan yang mengalami pemekaran

tersebut adalah Kecamatan Medan Marelan dengan 4 Kelurahan dan Kecamatan Medan Perjuangan dengan 9 Kelurahan.

BAB III

Dalam dokumen Kerusuhan Di Kota Medan Pada Mei 1998 (Halaman 30-37)

Dokumen terkait