• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DASAR HUKUM DALAM PERTIMBANGAN MAJELIS

B. Kasus Posisi

2. Kronologis Kasus

Orang tua Para Penggugat yang bernama Rajiun Pohan semasa hidupnya bekerja sebagai PNS dengan jabatan terakhir sebagai Kepala SMP Negeri I Kotapraja Binjai. Orang tua Para Penggugat tersebut telah memperoleh izin dari seorang Belanda pada Tahun 1950 atas sebidang tanah seluas 1.781 m² dan sekaligus menempati bangunan rumah permanen yang terletak pada waktu itu di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat/Kotapraja Binjai, Kampung Satria, semula setempat dikenal sebagai Jalan Istana No.2, kemudian berganti nama menjadi Jalan Tengku Amir Hamzah No.2, dan sekarang Provinsi Sumatera Utara, Kota Binjai, Kecamatan Binjai Kota, Kelurahan Satria setempat dikenal dengan Jalan Sultan Hasanuddin No.8.

Luas tanah tersebut semula sebenarnya seluas 1.781 m² tetapi karena terkena pembangunan/pelebaran jalan ataupun gang di bagian muka dan belakang, sehingga terakhir luasnya menjadi seluas 1.358 m². Tanah seluas 1.781 m² dan bangunan

rumah tersebut telah dijadikan tempat kediaman tetap orang tua Para Penggugat dengan isterinya Alpine br. Hutabarat dan anak-anaknya sebanyak 7 (tujuh) orang hingga orang tuanya meninggal dunia tahun 1955.

Pengurangan luas tanah dari seluas 1.781 m² menjadi seluas 1.358 m² disebabkan karena dampak pembangunan/pelebaran jalan ataupun gang di bagian muka dan belakang, tanah tersebut berkurang 6 m2. Selian itu, tanah tersebut berkurang karena dijual sebahagian pada sekitar tahun 1984 untuk keperluan hidup dan biaya perobatan orang tua perempuan Nagok Grace Pohan yang sakit. Bagian belakang dari bidang tanah tersebut yang menghadap ke Gang Bilal telah dialihkan oleh orang tua Para Penggugat yang perempuan kepada Bapak Sarbini yaitu seluas 417 m2, dan dengan sebab pengalihan tersebut Bapak Sarbini telah mengajukan permohonan Sertipikat Hak Milik (SHM) atas namanya kepada Kepala Kantor Agraria Kotamadya Binjai (pada waktu itu), dan permohonan mana telah dikabulkan dengan diterbitkannya SHM Nomor 87/Desa Satria tanggal 4 September 1985 atas nama Sarbini sehingga terakhir luas objek tanah sengketa menjadi seluas 1.358 m2.

Penggugat (Nagok Gracce Pohan) selaku salah satu ahli waris Alm. Rajiun Pohan dan Alpine br. Hutabarat dan berdasarkan kuasa dari Harold Pohan (anak tertua dan pensiunan Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat) juga sebagai ahli waris tertua dan masih ada dari 7 (tujuh) bersaudara anak-anak dari perkawinan orang tua Para Penggugat Rajiun Pohan dengan Alpine br. Hutabarat pada bulan Oktober 2010 membuat dua surat pernyataan tentang penguasaan fisik sebidang tanah.

Tujuanya adalah untuk memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum atas

sebidang tanah yang telah dikuasai dan didudukui oleh Para Penggugat dari sejak tahun 1950 (selama lebih dari 60 tahun) tersebut. Kedua surat pernyataan tentang penguasaan fisik sebidang tanah adalah:

a. Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah Tangal 19 Oktober 2010 yang ditanda tangani oleh Penggugat (Nagok Gracce Pohan) dan 2 (dua) orang Saksi yaitu Kepala Lingkungan IV Kelurahan Satria dan Pemuka Masyarakat serta diketahui oleh Kepala Kelurahan Satria Kecamatan Binjai Kota.

b. Surat Pernyataan Penggugat telah menguasai, menduduki, dan mengusahai sebidang tanah perumahan seluas 1.364 m² yang terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No. 8 Lingkungan IV Kelurahan Satria Kecamatan Binjai Kota.

Para Penggugat memiliki dan mengajukan alat-alat bukti tertulis yang dimaksud dalam Pasal 24 PP Pendaftaran Tanah untuk pembuktian hak lama terhadap tanah adalah Grosse Akta Hak Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overscrijvings Ordonantie (Staatblad 1834-27) untuk dikonversi menjadi hak milik.

Bukti-bukti tersebut termasuk surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan.

Penggugat (Nagok Gracce Pohan) mengajukan permohonan kepada Kepala Kelurahan Satria untuk penerbitan Surat Keterangan Lurah atas tanah seluas 1.364 m². Kemudian berdasarkan permohonan tersebut petugas Kantor Kelurahan Satria beserta Kepala Lingkungan IV pada tanggal 2 Nopember 2010 telah melaksanakan

pengukuran bidang tanah dan diketahui saksi yang mengetahui dengan bidang tanah Penggugat.

Kemudian berdasarkan data pengukuran Lurah Satria sebagai institusi yang secara hirarki mewakili Pemerintah Kota Binjai telah menerbitkan Surat Keterangan Nomor: 59321-360 Tanggal 5 Nopember 2010 dan diketahui oleh Camat Binjai Kota dengan Surat Nomor: 593.21-1198 Tanggal 5 Nopember 2010. Kedua surat itu menerangkan Nagok Gracce Pohan memiliki, menguasai, mengusahai sebidang tanah perumahan yang terletak di Jalan Sultan Hasanuddin Lingkungan IV Kelurahan Satria Kecamatan Binai Kota Kota Binjai.

Surat Keterangan Lurah Satria Nomor: 59321-360 Tanggal 5 Nopember 2010 yang diketahui Camat Binjai Kota dengan Surat Nomor: 593.21-1198 Tanggal 5 Nopember 2010 (dikenal dengan SK Camat) tersebut ” pada bulan Nopember 2010 diajukan permohonan pendaftaran secara langsung oleh Para Penggugat kepada Kepala Kantor BPN Kota Binjai untuk dapat diterbitkan SHM atas nama Penggugat (Nagok Gracce Pohan). Pengajuan permohoan pendaftaran ini bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum atas kepemilikan Para Penggugat terhadap tanah seluas 1.364 m² tersebut.

Pegawai Kantor BPN Kota Binjai saat pengajuan permohonan tersebut telah pada bulan Nopember 2010 telah melakukan pengukuran yang disaksikan oleh Jiran tetangga yang mengetahui sejarah tanah tersebut dan diketahui pula oleh Kepala Kelurahan Satria. Setelah dilakukan pengukuran oleh petugas dari BPN Kota Binjai ternyata permohonan Penggugat tersebut tidak diproses oleh BPN Kota Binjai bahkan

tanda penerimaan berkas permohonan itu juga tidak pernah dimasukkan oleh BPN Kota Binjai kepada Penggugat (Nagok Gracce Pohan) ke dalam daftar penerimaan berkas permohonan. Para Penggugat kemudian menarik kembali sekaligus untuk dilengkapi surat-surat yang dikatakan masih belum dilampirkan.

Para Penggugat kembali mengajukan secara langsung berkas permohonan penerbitan SHM kepada Kepala Kantor BPN Kota Binjai pada tanggal 6 Januari 2011 setelah kekurangan berkas dilengkapi, namun petugas loket pada bagian penerimaan berkas permohonan pada Kantor BPN Kota Binjai tetap tidak bersedia menerima berkas permohonan Para Penggugat sebelum ada persetujuan dari Kepala Seksi II yang membidangi Pendaftaran dan Penetapan Hak. Para Penggugat pada saat itu langsung menemuinya dan Kepala Seksi II tersebut mengatakan berkas permohonan itu belum bisa diterima karena Kepala Kantor BPN Kota Bonjai sedang menyurati instansi terkait.

Perlakuan yang demikian diterima Para Penggugat dari pelaksana pelayanan publik di Kantor BPN Kota Binjai berulang kali hingga berlarut-larut. Ternyata secara tidak resmi Para Penggugat menerima dari pegawai Kantor BPN Kota Binjai foto copy Surat Pemberitahuan Blokir Pengurusan Surat Peralihan Hak Atas Tanah dari seseorang yang tidak ada hubungan hukumnya dengan pengurusan tanah tersebut (broker tanah) pada tanggal 17 Januari 2011 yang ditujukan kepada Camat Binjai Kota dan tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor BPN Kota Binjai.

Para Penggugat kemudian menguasakan pengurusan permohonan sertipikat dan semua hal yang berhubungan dengan pengajuan permohonan SHM tersebut

dengan memberikan kuasa khusus kepada advokat/pengacara pada tanggal 17 Pebruari 2011. Hal ini dilakukan oleh Para Penggugat karena dipersulit oleh BPN Kota Binjai dalam pengurusan permohonan penerbitan SHM sejak bulan Nopember 2010 sampai dengan pertengahan Pebruari 2011 tidak ada kejelasan diterimanya berkas permohonan SHM tersebut oleh BPN Kota Binjai.

Para Penggugat melalui kuasa hukum (advokat/pengacara) tersebut kembali mengajukan berkas permohonan pengajuan SHM pada tanggal 18 Pebruari 2011 dan meminta agar petugas loket penerimaan berkas pada Kantor BPN Kota Binjai menerbitkan tanda penerimaannya. Oleh karena desakan dengan terpaksa petugas loket membuat tanda terima sementara dengan tulisan tangan tanpa blanko formulir yang resmi digunakan. Bersamaan dengan itu pula kuasa hukum Para Penggugat menyampaikan Surat Somasi I Nomor: 03/AMH/II/2011 Tanggal 18 Pebruari 2011 yang ditujukan kepada Kepala Kantor BPN Kota Binjai meminta untuk dapat memproses berkas Permohonan Sertipikat atas nama Nagok Gracce Pohan.

Kuasa hukum Para Penggugat pada tanggal 21 Pebruari 2011 menemui Kepala Seksi II yang membidangi Pendaftaran dan Penetapan Hak Tanah pada Kantor BPN Kota Binjai untuk meminta tanda penerimaan berkas permohonan sertipikat yang resmi sekaligus mengonfirmasi tentang tidak dapat diterima atau diprosesnya berkas permohonan sertipikat Para Penggugat. Semua berkas persyaratan telah dipenuhi oleh Para Penggugat tetapi petugas pelaksana pelayan publik tersebut tetap tidak memberikan tanda terima yang resmi melainkan hanya mengganti tanda terima tanggal 18 Pebruari 2011 dengan ketikan computer menjadi tanggal 21

Pebruari 2011 dan menyatakan “untuk proses mengenai pendaftaran tanah bukan hanya PP Nomor 24 Tahun 1997 itu saja peraturannya, tetapi ada lagi UU Nomor 51.Prp.1960”.

Para Penggugat kemudian menerima tembusan surat dari Camat Binjai Kota Tanggal 18 Pebruari 2011 yaitu Surat Nomor: 030-0244 Tanggal 23 Pebruari 2011 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pengelolaan Asset dan Keuangan Pemko Binjai, perihal: mohon informasi status tanah yang menjadi asset Pemko Binjai. Surat tersebut bermaksud untuk meminta konfirmasi kepada Kepala Dinas Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Kota Binjai yang merupakan SKPD dan secara hirarki di bawah Pemerintah/Walikota Binjai (Tergugat II) tentang status tanah objek sengketa.

Isi surat tersebut antara lain menyatakan: telah diterbitkan Surat Keterangan Lurah Satria yang diketahui Camat Binjai Kota, surat pertama yaitu Surat Nomor 593.21.360 Tanggal 5 November 2011 tentang penguasaan dan pengusahaan sebidang tanah yang terletak di Jalan Hasanuddin Lingkungan IV Kelurahan Satria dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatas dengan tanah Jl. Sultan Hasanuddin sepanjang 26,9 m.

b. Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Sarbini sepanjang 26 m.

c. Sebelah Timur berbatas dengan tanah SMP Negeri 7 Binjai sepanjang 52 m.

d. Sebelah Barat berbatas dengan tanah Finansial sepanjang 51,2 m.

Sebelum surat pertama tersebut di atas dikeluarkan, telah dilakukan pengecakan terhadap asset ke Kantor Dinas Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Kota Binjai tetapi tanah objek perkara tersebut tidak tercantum dalam buku aset tahun

2008. Hal ini mengindikasikan tanah dan bangunan objek sengketa tersebut tidak pernah terdaftar dalam daftar asset Pemerintah Kota Binjai, sehingga tidak mungkin ditemukan tercatat dalam Daftar Barang Kuasa Penguna (DBKP) ataupun Daftar Barang Pengguna (DBP) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Binjai.

Surat pertama dari Camat Binjai Kota, yaitu Surat Nomor 593.21.360 Tanggal 5 November 2011 kemudian disusul dengan surat kedua dari Camat Binjai Kota yaitu Surat Nomor: 030-05/2 Tanggal 18 April 2011 dengan perihal yang sama, tetapi kedua surat Camat Binjai Kota tersebut tidak pernah ditanggapi oleh Kepala Dinas Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Kota Binjai selaku Bendahara/Pengguna Barang Milik Daerah.

Sehubungan dengan surat Camat Binjai Kota Nomor: 030-0244 Tanggal 18 Pebruari 2011 Para Penggugat mengirimkan surat kepada Walikota Binjai tertanggal 25 Pebruari 2011 yaitu Surat Nomor: 05/AMH/II/2011 perihal: mohon konfirmasi atas kepastian hak atas tanah yang dikuasai oleh Nagok Gracce Pohan. Surat ini juga tidak pernah ditanggapi oleh Walikota Binjai tetapi hanya menanggapi Surat dari Kepala BPN Kota Binjai yaitu Surat Nomor: 1275-300/II/2911 Tanggal 10 Pebruari 2011 dan Surat Nomor: 893-1701 Tanggal 9 Maret 2011 yang inti tanggapan dari Walikota Binjai tersebut adalah menyatakan tanah objek sengketa adalah milik Pemerintah Kota Binjai tanpa melampirkan data-data bukti kepemilikan yang sah secara hukum.

Para Penggugat menerima surat dari Kepala BPN Kota Binjai yaitu Surat Nomor: 314/300.12.75/III/2011 Tanggal 30 Maret 2011 diterima Para Penggugat

pada tanggal 18 April 2011 intinya berhubungan dengan Surat Somasi I Nomor:

03/AMH/II/2011 Tanggal 18 Pebruari 2011 perihal: permohonan hak atas tanah atas nama Nagok Grace Pohan atas tanah yang terletak di Jalan Hasanuddin No.8 Binjai.

Tanggapan dalam surat tersebut BPN Kota Binjai menyatakan tanah dan bangunan objek sengketa tersebut adalah merupakan asset Pemerintah Kota Binjai dan baru bisa diproses setelah ada penyelesaian terlebih dahulu dengan pihak Pemerintah Kota Binjai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas sehingga muncullah sengketa antara Harold Pohan dan Nagok Gracce Pohan (Para Penggugat) melawan Kepala BPN Kota Binjai dan Walikota Binjai (Para Tergugat).