• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DASAR HUKUM DALAM PERTIMBANGAN MAJELIS

C. Analisis Hukum Terhadap Dasar Hukum Pertimbangan

3. Kualitas Para Penggugat

Tentang kualitas Para Penggugat yang disangkal oleh Para Tergugat dengan mengatakan Para Penggugat tidak berkualitas mengajukan gugatannya sebab tidak menjelaskan dasar peralihan hak objek gugatan tersebut kepada orang tua Para Penggugat dan juga peralihannya kepada Para Penggugat. Dalam hal ini untuk memperkuat kualitas Para Penggugat ada tiga argumentasi hukum yang didasarkan pada perundang-undangan, yaitu pertama sesuai ketentuan daluarsa dalam KUH Perdata, kedua tentang hukum waris, dan ketiga tentang pendaftaran tanah.

Menurut KUH Perdata pada Pasal 1955 disebutkan: “Untuk memperoleh hak milik atas sesuatu diperlukan bahwa seorang menguasainya terus-menerus dan tak terputus, tak terganggu di muka umum dan secara tegas sebagai pemilik”.

Berdasarkan ketentuan ini seseorang yang menduduki, menguasai tanah secara terus-menerus dan tidak terputusan serta tidak mengganggu kepentingan umum berhak atas tanah tersebut.

Kemudian dalam Pasal 1958 KUH Perdata menentukan:

Untuk memperoleh waktu yang diperlukan untuk daluwarsa, dapatlah seorang menambahkan kepada waktu selama ia berkuasa, waktu selama berkuasanya orang yang lebih dahulu berkuasa, dari siapa ia telah memperoleh bendanya, tak perduli dengan cara bagaimana ia menggantikan orang itu, baik dengan alas hak umum maupun dengan alas hak khusus, baik dengan cuma-cuma maupun atas bebas.

Menurut ketentuan Pasal 1958 KUH Perdata tidak perduli dengan cara apa ia peroleh tanah tersebut atau tidak perduli dengan cara bagaimana ia menggantikan kepemilikan tanah tersebut adalah orang yang dapat dikatakan sudah lebih dahulu berkuasa terhadap tanah tersebut. Sedangkan tanah yang dikuasai oleh Nagok Grace Pohan di samping diperolehnya melalui pewarisan dari orang tuanya, juga telah diperoleh berdasarkan alas khusus yaitu Hak Eigendom dalam Grose Akta Hak Eigendom berdasarkan Overscrivijng Ordonnantie (OV-Stbl. 5834 No. 27).

Selanjutnya Pasal 1963 KUH Perdata menentukan:

Siapa yang dengan itikad baik dan berdasarkan suatu alas hak yang sah, memperoleh suatu benda tak bergerak, suatu bunga atau piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk, memperoleh hak milik atasnya dengan jalan daluarsa dengan penguasaan selama dua puluh tahun.

Suatu tanah akan menjadi daluarsa tuntutannya apabila penguasaannya telah selama 20 (dua puluh tahun) dan menjadi hak milik bagi siapa yang telah menduduki tanah tersebut. Bahkan menurut ketentuan ini siapa yang dengan itikad baik menguasainya selama 30 (tiga puluh) tahun memperoleh hak milik, tidak dapat dipaksa untuk menunjukkan alas haknya.

Selanjutnya Pasal 1967 KUH Perdata menentukan:

Segala tuntutan hukum baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat perseorangan, hapus karena daluarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluarsa itu tidak usah mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah dimajukan terhadapnya suatu tangkisan yang didasarkan kepada itikad yang buruk.

Berdasarkan Pasal 1967 KUH Perdata tersebut di atas semakin memperkuat kedudukan Nagok Grace Pohan atas tanah seluas 1.358 m2 beserta bangunannya

adalah hak bagi Nagok Grace Pohan. Daluarsa penuntutannya sudah hapus karena telah melebihi 30 (tiga puluh) tahun sejak tahun 1950 dan tidak dapat diajukan kepada pihak Nagok Grace Pohan suatu tangkisan yang didasarkan kepada itikad yang buruk. Artinya dalam hak perkara aquo tidak dapat disebut kepada Nagok Grace Pohak adalah orang yang beritikad buruk dalam memperoleh tanah seluas 1.358 m2 beserta bangunannya tersebut.

Kemudian untuk memperkuat argumentasi kualitas para penggugat dapat dilihat dari aspek hukum waris. Cara memperoleh hak milik telah ditegaskan di dalam Pasal 584 KUH Perdata menentukan:

Hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh selain dengan pengambilan untuk dimiliki, dengan perlekatan, dengan lewat waktu, dengan pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat terhadap barang itu.

Salah satu cara memperoleh hak milik menurut Pasal 584 KUH Perdata tersebut adalah melalui pewarisan. Sesuai Pasal 611 KUH Perdata, cara memperoleh hak milik karena pewarisan menurut perundang-undangan atau menurut surat wasiat, diatur dalam Bab XII dan Bab XIII KUH Perdata. Sesuai Pasal 830 Bab XII KUH Perdata menegaskan pewarisan hanya terjadi karena kematian.

Almarhum Rajiun Pohan (orang tua Para Penggugat) sejak tahun 1950 menguasai secara terus-menerus awalnya berdasar surat keterangan kepala Kelurahan Satria, Kecamatan Binjai Kota. Para Penggugat adalah anak-anak Almharhum Rajiun

Pohan yaitu Harold Pohan (Pensiunan PNS) dan Nagok Gracce Pohan (Pensiunan PNS).

Penggugat I adalah Nagok Gracce Pohan selaku salah satu ahli waris Alm.

Rajiun Pohan (ayah penggugat) dan Alpine br. Hutabarat (ibu penggugat). Penggugat II adalah Harold Pohan (anak tertua dan seorang pensiunan Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat). Termasuk anak-anaknya yang lain ada 7 (tujuh) bersaudara anak-anak dari perkawinan orang tua Para Penggugat (Rajiun Pohan dan Alpine br.

Hutabarat) telah membuat dua surat pernyataan tentang penguasaan fisik sebidang tanah pada bulan Oktober 2010 dan memberikan kuasa kepada Nagok Grace Pohan.

Pasal 832 KUH Perdata menentukan: “Menurut undang-undang, yang berhak menjadi ahli waris ialah keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun yang di luar perkawinan, dan suami atau isteri yang hidup terlama, menurut peraturan-peraturan berikut ini”. Pasal 833 KUH Perdata menentukan: “Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak miik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal”.

Pasal 834 KUH Perdata menentukan: “Ahli waris berhak mengajukan gugatan untuk memperoleh warisannya terhadap semua orang yang memegang besit atas seluruh atau sebagian warisan itu dengan alas hak ataupun tanpa alas hak, demikian pula terhadap mereka yang dengan licik telah menghentikan besitnya”. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka kepemilikan ahli waris terhadap tanah seluas 1.358 m2beserta bangunannya dan Hak Eigendom dalam Grose Akta Hak Eigendom

berdasarkan Overscrivijng Ordonnantie (OV-Stbl. 5834 No. 27) adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah untuk mengatakan Para Penggugat tidak memiliki kualitas.

Argumentasi untuk memperkuat kualitas Para Penggugat harus didasarkan pada ketentuan diharuskannya pendaftaran tanah. Dalam hal ini dipertegas kembali bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 19 junto Pasal 20 junto Pasal 23 ayat (1) junto Pasal 24 PP Pendaftaran Tanah menegaskan hak milik atas tanah yang diperoleh Nagok Grace Pohan sesuai prinsip kepastian hukum yang diatur dalam perundang-undangan berdasarkan hak eigendom tersebut seharusnya diterima oleh BPN Kota Binjai untuk diberikan sertipikat tanah, akan tetapi sertifikat tersebut hingga perkara ini diajukan ke pengadilan tidak dikeluarkan oleh BPN Kota Binjai.

BAB IV

AKIBAT HUKUM DARI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 175/K/TUN/2012 BAGI PEMOHON TERHADAP HAK ATAS TANAH

A. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Agung Nomor 175/K/TUN/2012 Terhadap Hak Kepemilikan

Putusan majelis hakim pada semua tingkat pengadilan dari PTUN Medan, PTTUN Medan hingga kasasi di Mahkamah Agung kurang lebih memberikan argumentasi dalam pertimbangan hukumnya masing-masing sama dan tidak jauh beda, sehingga pada intinya alas hak berupa Grose Akta Hak Eigendom berdasarkan Overscrivijng Ordonnantie (OV-Stbl. 5834 No. 27) yang dimiliki oleh Nagok Grace Pohan dinyatakan hakim sah dengan bukti-bukti lain seperti surat dari Lurah Satria dan Camat Binjai Kota, disertai saksi-saksi dari pemuka masyarakat setempat. Lagi pula hubungan hukumnya dipertimbangkan oleh para majelis hakim berdasarkan peralihan hak secara turun-temurun dari orang tua penggugat.

Majelis hakim PTUN Medan dalam Putusan Nomor: 56/G/2011/PTUN.Mdn Tanggal 13 September 2011 menolak seluruh eksepsi Tergugat I (Kepala BPN Kota Binjai) dan Tergugat II (Walikota Binjai). Surat Kepala BPN Kota Binjai Nomor:

314/300.12.75/III/2011 Tanggal 30 Maret 2011 yang ditujukan kepada Para Penggugat, perihal Permohonan Hak Atas Tanah atas nama Nagok Gracce Pohan atas tanah yang terletak di Jalan Hasanuddin No.8 Binjai, dinyatakan batal dan dicabut.

Majelis hakim PTUN Medan dalam perkara ini juga membatalkan Surat Tergugat II (Walikota Binjai) Nomor: 893-1701 Tanggal 9 Maret 2011 yang

ditujukan kepada Kepala BPN Kota Binjai, perihal pemakaian lahan atas tanah Nagok Gracce Pohan yang terletak di Jalan Hasanuddin No. 8 Binjai, diklaim sebagai milik Pemerintah Daerah Kota Binjai. Dengan demikian gugatan Nagok Grace Pohan dikabulkan dan permohonan pendaftaran tanahnya dinyatakan harus diproses dan dilanjutkan untuk memperoleh sertipikat tanah seluas 1.364 m2tersebut.

Majelis hakim PTTUN Medan juga memutuskan hal yang sama dalam tingkat banding. Sesuai Putusan Nomor: 181/B/2011/PT.TUN.Mdn Tanggal 4 Januari 2012 yaitu menguatkan Putusan PTUN Medan Nomor: 56/G/2011/PTUN.Mdn Tanggal 13 September 2011, kedua putusan ini memberikan keuntungan kepada pihak Nagok Grace Pohan, bahkan Mahkamah Agung juga menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I (Kepala BPN Kota Binjai) dan Pemohon Kasasi II (Walikota Binjai).

Akibat hukum dari putusan Putusan PTUN Medan Nomor:

56/G/2011/PTUN.Mdn Tanggal 13 September 2011, dan Putusan PTTUN Medan Nomor: 181/B/2011/PT.TUN.Mdn Tanggal 4 Januari 2012, serta Putusan Mahkamah Agung Nomor 175/K/TUN/2012 bagi pemohon Nagok Garce Pohan memberikan legalitas hak kepemilikan kepadanya untuk melanjutkan permohonan pendaftaran hak atas tanah seluas 1.364 m2yang terletak di Jalan Hasanuddin Nomor 8 Binjai.

Akibat hukum kepemilikan tersebut memberikan hak terpenuh dan terkuat kepada Para Penggugat (Nagok Grace Pohan dan Harold Pohan) sekalipun bukti yang dimilikinya adalah masih bukti-bukti kepemelikan hak lama berupa Grose Akta Hak Eigendom berdasarkan Overscrivijng Ordonnantie (OV-Stbl. 5834 No. 27) untuk

mendaftarkan kembali permohonan sertipikat tanah dari BPN Kota Binjai. Lagi pula hak eigendom tersebut disertai Surat Hasil Pengukuran oleh Lurah Satria Nomor:

59321-360 Tanggal 5 Nopember 2010 dan diketahui oleh Camat Binjai Kota dengan Surat Nomor: 593.21-1198 Tanggal 5 Nopember 2010.

Hak kepemilikan atas tanah Nagok Grace Pohan kembali seperti semula. Ia berhak penuh untuk memperoleh sertipikat sebagai alas hak atas tanahnya, termasuk menjualnya atau menggadaikannya kepada siapapun. Akan tetapi perlu didaftarkan terlebih dahulu tanah tersebut untuk memperoleh sertipikat atas tanahnya agar kelak di kemudian hari bilamana tanahnya tersebut dijual akan memperoleh harga yang tinggi atau dapat dipergunakan untuk jaminan kredit bank, dan lain-lain.

Legalitas hak atas tanah seluas 1.364 m2 tersebut yang terletak di Jalan Hasanuddin No.8 Binjai akan menjadi hak milik terkuat dan terpenuh bila didaftarkan di Kantor BPN Kota Binjai. Sebagaimana menurut Margaret Jane Radin, hak milik merupakan atribut pribadi dan menurut David J. Hayton, hak milik itu hanya dibagi untuk pemilik.166

Sesuai dengan teori hak milik sebagaimana telah disebutkan dalam kerangka teori menghendaki penggunaan akan suatu barang miliknya hanya boleh digunakan oleh dirinya sendiri. Semakin tinggi nilai hak suatu hak milik atau benda maka semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan terhadap benda tersebut. Tanah seluas 1.364 m2 tersebut yang terletak di Jalan Hasanuddin No.8 Binjai sebagai hak

166Margaret Jane Radin dan David J. Hayton dalam Adrian Sutedi, Loc. cit.

milik bagi Nagok Grace Pohan merupakan salah satu benda yang memiliki nilai tertinggi dalam kehidupannya.

Nagok Grace Pohan berhak penuh untuk memiliki, dan menikmati kegunaan tanahnya dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap tanah itu dengan kedaulatan sepenuhnya, akan tetapi sekalipun itu hak milik tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku misalnya bertentangan dengan prinsip kepatutan dan kewajaran, serta kesusilaan.

Tanah sebagai hak milik sama dengan property yang berarti milik, harta benda, dan kekayaan. Hak milik atas tanah merupakan hak manusia tertinggi untuk memiliki sebidang tanah sekaligus melekat hak eksklusif dari pendaftaran tanah. Oleh karena itu terhadap objek tanah seluas 1.364 m2 tersebut harus segera didaftarkan kembali untuk memperoleh legalitas kepemilikannya dalam administrasi pertanahan.

Tanah sebagai hak milik memberikan hak kepada Nagok Grace Pohan berhak untuk menikmati kegunaan dari sebidang tanah tersebut dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang telah ditetapkan, dan tidak mengganggu hak orang lain.167

Akan tetapi terhadap tanah yang sudah menjadi hak milik tersebut tidak mengurangi kemungkinan bisa dicabut demi kepentingan umum berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan dengan pembayaran ganti rugi.168 Pembebasan

167Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Loc. cit.

168Ibid.

hak atas tanah harus dilakukan dalam kondisi darurat atau memaksa, sebagai cara terakhir untuk tanah milik penduduk guna kepentingan negara melalui musyawarah, berdasarkan asas mendahulukan kepentingan umum/negara daripada kepentingan perseorangan.169

Hak milik atas tanah seluas 1.364 m2 tersebut kepada Nagok Grace Pohan tidak pernah terbatas jangka waktunya selama abadi di dunia. Jika pemiliknya meninggal dunia maka harta benda tersebut dapat diwariskan kepada para ahli warisnya atau melalui wasiat kepada orang lain. Hal itu terdapat dalam perkara aquo bahwa kepemilikan Nagok Grace Pohan terhadap tanah seluas 1.364 m2 tersebut diperolehnya berdasarkan pewarisan dari orang tuanya.

Pemilik berhak penuh atas tanah seluas 1.364 m2tersebut, dapat memiliki dan dapat pula mengalihkan atau menjual kepada orang lain. Hak milik tidak mesti harus untuk dirinya sendiri melainkan dapat pula dialihkan kepada pihak lain atau diberikan (dihibahkan) sebagai bentuk wujud posisinya sebagai manusia adalah makhluk sosial.

Terhadap tanah seluas 1.364 m2 tersebut berlaku prinsip nemo plus juris transfere potest quam ipse habet artinya tidak seorang pun dapat mengalihkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain melebihi hak miliknya atau apa yang Nagok Garce Pohan miliki atas tanah tersebut.

B. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Agung Nomor 175/K/TUN/2012 Terhadap Menjalankan Eksekusi

Sengketa tanah menjadi suatu yang fenomenal dan tidak pernah kunjung selesai. Upaya hukum yang dapat meminimalisir terjadinya sengketa tanah dapat

169Abdurrahman, Op. cit., hal. 65.

dilakukan upaya melalui pendaftaran tanah. Mengembangkan sistim pendaftaran tanah yang efektif dan efisien sebagai upaya memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Oleh karena itu pihak Nagok Grace Pohan memilik hak eksekusi penuh terhadap tanah seluas 1.364 m2tersebut.

Bertitik tolak dari ketentuan Bab Kesepuluh Bagian Kelima HIR atau titel Keempat Rbg, eksekusi sama artinya dengan tindakan “menjalankan putusan” (ten uitvoer legging van vonnissen). Menjalankan putusan pengadilan, tiada lain daripada melaksanakan isi putusan pengadilan, yakni melaksanakan “secara paksa” putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan hukum apabila pihak yang kalah (tereksekusi atau pihak tergugat) tidak mau menjalankannya secara sukarela (vrijwillig voluntary).

Eksekusi merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata.170 Pelaksanaan putusan tidak dapat diubah lagi, harus ditaati secara sukarela oleh pihak tergugat (Pemerintah Kota Binjai dan BPN Kota Binjai). Eksekusi atas tanahnya seluas 1.364 m2 bagi pihak yang kalah mau tidak mau harus mentaati putusan tersebut secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan kepadanya.

Tujuan melaksanakan putusan pengadilan, tidak lain untuk mengefektifkan putusan tersebut menjadi suatu prestasi yang dilakukan dengan secara paksa untuk

170 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta:

Gramedia,1991), hal. 1.

merealisasikan putusan kepada yang berhak menerima.171Eksekusi satu-satunya cara untuk menjalankan putusan hakim pengadilan apabila pihak yang kalah tidak bersedia memenuhi putusan dalam waktu yang ditentukan.

Sebagaimana diketahui bardasarkan fakta-fakta di persidangan bahwa proses yang ditempuh selama ini oleh Nagok Grace Pohan untuk memperoleh sertipikat hak atas tanahnya seluas 1.364 m2 tersebut tidak pernah diperoleh karena terhalang adanya klaim dari Pemerintah Kota Binjai, padahal telah diajukan permohonan pendaftaran tanah kepada BPN Kota Binjai. Oleh karena tanah tersebut diklaim milik Pemerintah Kota Binjai, mengakibatkan hak untuk memperoleh sertipikat menjadi terhalang. Sementara tanahnya seluas 1.364 m2tersebut tidak pernah terdaftar sebagai aset Pemerintah Kota Binjai.

Klaim tersebut dalam perkara a quo ternyata tidak terbukti sebagai milik Pemerintah Kota Binjai berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, oleh sebab itu pihak Nagok Grace Pohan berhak penuh mengeksekusi penuh untuk mendaftarkan kembali tanah tersebut kepada BPN Kota Binjai.

Sehubungan dengan Pemerintah telah menetapkan dalam Pasal 19 ayat (1) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria (disingkat UUPA) ketentuan untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sehingga terhadap tanah seluas 1.364 m2 tersebut yang diputuskan majelis hakim harus segera diberikan BPN sertipikat tanahnya.

171Ibid., hal. 6.

Putusan PTUN Medan Nomor: 56/G/2011/PTUN.Mdn Tanggal 13 September 2011, dan Putusan PTTUN Medan Nomor: 181/B/2011/PT.TUN.Mdn Tanggal 4 Januari 2012, serta Putusan Mahkamah Agung Nomor 175/K/TUN/2012, berakibat hukum pada eksekusi terhadap tanah tersebut agar segera memperoleh sertipikat melalui pendaftaran tanah kepada Nagok Grace Pohan dalam rangka memenuhi prinsip kepastian hukum.

Persoalan yang seringkali timbul setelah putusan pengadilan dibacakan adalah bagaimana agar putusan tersebut dapat dilaksanakan eksekusinya secara efektif.

Masalah ini terjadi karena dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan pihak yang dikalahkan terhadap putusan pengadilan. Namun dalam praktiknya, pihak yang dikalahkan (tergugat) menerima hasil putusan tersebut dan melaksanakannya terutama BPN dengan segera mengeluarkan sertipikat atas tanah yang dimohonkan Nagok Grace Pohan tersebut.

Pendaftaran tanah memberikan kepastian akan hak kepada seseorang untuk memiliki tanah, dengan pendaftaran tersebut dapat dijadikan bukti untuk membantah klaim dari pihak lain, mengelakkan suatu sengketa perbatasan karena dengan sertipikat yang diperoleh dari pendaftaran tanah mengandung surat ukur yang telah diteliti dan cermat dan juga telah terdaftar dalam penetapan perpajakan. Sehingga dengan demikian pendaftaran tanah semakin memberikan kekuatan status kepemilikan tanah bagi pemegang haknya.172

172Zaidar, Dasar Filosofi…Op. cit, hal. 80.

Konsekuensi dari pendaftaran tanah memberikan alas hak kepada pemegang sertipikat sebagai alat bukti atas tanah tersebut. Namun oleh karena PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah mengandung asas negatif yang berunsur positif. Ketentuan mengarahkan pendaftaran tanah bersistem negatif mengandung unsur positif.173Sistim negatif mengandung makna bahwa jika nama seseorang sudah terdaftar dalam buku tanah, haknya masih dimungkinkan dibantah sepanjang bantahan-bantahan itu dapat dibuktikan dengan memberikan alat bukti yang cukup dan kuat.174

Oleh karena itu makna kepastian hukum bukan berarti tidak bisa dibantah oleh pihak siapapun, tetapi kepastian yang dimaksud adalah kepastian akan nama, luas objek dan ukurannya yang disebut dalam sertipikat tanah menjadi bukti baginya bilamana suatu saat diperlukan pembuktian atas kepemilikan tanah.

Sertipikat tanah selain berfungsi untuk melindungi hak pemilik, sertipikat tanah juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya.175 Keharusan mendaftarkan tanahnya dimaksud agar menjadikan kepastian hukum bagi mereka dalam arti demi kepastian hukum bagi pemegang hak dalam sertipikat.

C. Akibat Hukum Dari Putusan Mahkamah Agung Nomor 175/K/TUN/2012 Terhadap Pemerintah Daerah Kota Binjai dan BPN, Serta Para Pihak

Pemerintah telah menetapkan keharusan pendaftaran tanah dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA, maka untuk menjamin kepastian hukum yang lebih kuat dan terpenuh

173Tampil Anshari Siregar, Op. cit., hal. 105.

174Zaidar, Dasar Filosofi…Op. cit, hal. 169.

175Chadidjah Dalimunthe, Loc. cit.

terhadap tanah milik Nagok Grace Pohan seluas 1.364 m2 tersebut yang terletak di Jalan Hasanuddin No.8 Binjai tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan PP Pendaftaran Tanah.

Pendaftaran tanah memberikan kepastian akan hak Nagok Grace Pohan untuk memiliki tanah tersebut, dengan pendaftaran itu dapat dijadikan bukti untuk membantah klaim dari pihak lain bilamana suatu ketika ada pihak lain yang berupaya lagi mengajukan klaim kepadanya. Sertipikat tanah dapat mengelakkan suatu bantahan pihak lain karena dengan pendaftaran tanah lah satu-satunya cara semakin memberikan kekuatan status kepemilikan hak atas tanah bagi pemiliknya.

Konsekuensi dari pendaftaran tanah memberikan alas hak eksekusi kepada Nagok Grace Pohan sebagai pemegang sertipikat dan sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh atas tanahnya tersebut, sehingga tercipta jaminan akan kepastian hukum dan jaminan perlindungan hak atas tanahnya tersebut. Jaminan tersebut memberikan kepastian hukum kepada subjeknya, objeknya maupun hak yang melekat di atasnya termasuk bangunan dan peralihan hak atas tanah.

Kepentingan manusia merupakan suatu tuntutan yang dilindungi dan dipenuhi manusia dalam bidang hukum. Kepentingan manusia yang dilindungi itu antara lain:

kepentingan umum (public interest), kepentingan masyarakat (social interest), dan kepentingan individual (private interest).176 Melindungi kepentingan individual berarti menghendaki suatu asas kepastian hukum terhadap hak-hak dan kepentingan-kepentingan individu itu. Negara masih memberikan perlindungan hukum terhadap

176Salim, H.S., dan Erlies Septiana Nurbaini, Loc. cit.

hak Nagok Grace Pohan terhadap tanah yang telah diperolehnya dari orang tuanya selama kurang lebih 60 (enam puluh) tahun.

Sertipikat tanah selain berfungsi untuk melindungi pemiliknya, juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah tentang haknya, luasnya, tujuan dipergunakan dan sebagainya.177 Sehingga akibat hukum pendaftaran tanah bagi Nagok Grace Pohan adalah memberikan kepastian hukum baginya mengenai luas hak tanahnya, hak kegunaannya atau fungsinya.

Berolehnya akibat hukum kepemilikan tanah kepada Nagok Grace Pohan setelah putusan tersebut harus diantisipasi kemungkinan-kemungkinan klaim dari pihak lain. Sebagaimana yang telah disinggung pada sub bab II dalam bab ini harus

Berolehnya akibat hukum kepemilikan tanah kepada Nagok Grace Pohan setelah putusan tersebut harus diantisipasi kemungkinan-kemungkinan klaim dari pihak lain. Sebagaimana yang telah disinggung pada sub bab II dalam bab ini harus