(Kesempurnaan Kesabaran)
(1) Perbuatan baik apa pun
Seperti menghormat pada Hyang Buddha serta berdana Yang telah dikumpulkan selama beribu-ribu kalpa Seluruhnya akan hancur dalam kemarahan sekejap.
(2) Tak ada kejahatan menyamai kebencian Dan tak ada keteguhan menyamai kesabaran
Karenanya aku akan berusaha dengan berbagai cara Untuk bermeditasi pada kesabaran.
(3) Batinku tak akan merasa damai
Bilamana ia tersiksa oleh pikiran kebencian
Aku tak akan menemukan kebahagiaan atau kesukacitaan Tak akan dapat tidur, aku tak akan merasa tenang.
(4) Seorang pemimpin yang penuh kebencian Ia berada dalam bahaya pembunuhan
Bahkan oleh mereka yang kekayaan dan kebahagiaannya Bergantung dari kebaikannya.
(5) Karena kebencian, sahabat dan handai tolan tidak senang Meskipun tertarik pada pemberianku mereka tak akan percaya
Singkatnya tak ada orang
Yang hidup bahagia dengan kemarahan.
(6) Karena musuh, kemarahan
Menimbulkan penderitaan sedemikian rupa
Tetapi barang siapa yang dengan gigih menaklukkannya Mendapatkan kebahagiaan sekarang dan seterusnya.
(7) Memahami bahwa ia merupakan bahan bakar penderitaan batin Dalam mempersiapkan apa yang kuinginkan
Dan dalam melakukan apa yang tidak kuinginkan Kebencian berkembang dan menghancurkanku.
(8) Karenanya aku sungguh-sungguh menyingkirkan Bahan bakar musuh ini
Mengingat bahwa musuh ini tidak berguna Kecuali membuatku menderita.
(9) Apa pun yang terjadi padaku
Aku tak akan mengganggu kegembiraan batinku Karena setelah membuatnya sedih, aku tak akan dapat meraih apa yang kuinginkan
Kebajikanku juga akan surut.
(10) Mengapa harus bersedih karena sesuatu Bila ia tidak dapat menolong?
Apa gunanya bersedih terhadap sesuatu Bila ia tak dapat menolong?
(11) Bagi diriku sendiri serta bagi sahabat-sahabatku Aku tak mau menderita dan tak mau dipandang rendah Tak mau mendengar kata-kata kasar dan tak mau dikecewakan
Tetapi terhadap musuh-musuhku sebaliknya.
(12) Kadang kala penyebab kebahagiaan timbul Namun sebab penderitaan banyak sekali
Tanpa adanya penderitaan tak mungkin ada pelepasan Karena itu, wahai pikiran, engkau harus berdiri kokoh.
(13) Bila beberapa pertapa dan orang-orang dari Karnapa Berani menanggung sakit dipotong dan dibakar hidup-hidup tanpa tujuan
Karenanya demi kebajikan kebebasan Mengapa aku tidak memiliki keberanian?
(14) Tak ada suatu apa pun
Yang tak menjadi mudah dengan membiasakan diri Karenanya dengan menjalani kesulitan kecil
Aku harus belajar untuk bersabar menjalani kesulitan lebih berat.
(15) Mereka yang tidak mengetahui akan hal ini akan begitu terpengaruh oleh penderitaan
Seperti gigitan ular atau serangga Mengalami rasa haus dan lapar
Dan dengan sesuatu yang kecil seperti itu sebagai kelalaian?
(16) Aku harus tak menjadi marah
Terhadap panas dan dingin, angin dan hujan Sakit, belenggu dan pukulan
Karena bila demikian, kesulitan yang mereka buat untukku akan berkembang.
(17) Beberapa orang jika melihat darahnya sendiri Akan segera menjadi berang dan bersiaga
Namun beberapa orang lagi jika melihat darah orang lain Lemas bahkan pingsan.
(18) Sikap yang demikian muncul dari pikiran Apakah siaga atau takut
Karena itu aku tak akan menghiraukan kejahatan yang ditujukan kepadaku
Dan tak akan terpengaruh oleh derita.
(19) Bahkan jika orang bijak menderita Batinnya tetap jernih tanpa noda
Pada saat peperangan dilakukan terhadap klesha Banyak kesulitan timbul pada saat peperangan.
(20) Pahlawan sejati adalah mereka
Yang telah mengabaikan segala penderitaan Menaklukkan musuh kebencian dan sebagainya Sedangkan pahlawan biasa hanya memotong mayat.
(21) Bahkan, dalam penderitaan terkandung kebaikan Dengan tak menyukainya, kesombongan terhapuskan Belas kasih muncul terhadap mereka yang berada di dalam roda samsara
Kejahatan tenggelam dan kesukacitaan ada dalam kebajikan.
(22) Karena aku tidak menjadi marah
Pada penyebab penderitaan besar misalnya penyakit kuning
Lalu mengapa jadi marah pada makhluk hidup? Mereka juga dipengaruhi oleh keadaan.
(23) Meskipun ia tidak diinginkan Penyakit itu muncul
Demikian pula meskipun ia tidak diharapkan Klesha itu muncul begitu saja.
(24) Tanpa berpikir “Aku akan marah” Orang menjadi marah tanpa diduga
Dan tanpa berpikir “Aku akan menciptakan diriku sendiri” Seperti itulah kemarahan tercipta dengan sendirinya.
(25) Seluruh kesalahan itu
Serta berbagai macam kejahatan
Muncul disebabkan oleh kekuatan situasi Ia tidak terjadi dengan sendirinya.
(26) Kondisi demikian yang muncul bersamaan Tak bertujuan membentuk apa pun juga Dan akibatnya juga tidak
Memiliki tujuan untuk membentuk sesuatu.
(27) Yang dianggap sebagai Prkerti (sebab awal) Dan yang dianggap sebagai Atman (jiwa) (Karena tak diciptakan) tak akan muncul setelah dipikirkan
“Aku akan muncul (untuk berbuat jahat)”.
(28) Bilamana ia tidak diciptakan dan tidak bereksistensi Lalu apa pun yang ingin ia ciptakan (kejahatan juga tak akan ada)
Karena (dari sini) akan secara permanen memegang obyeknya Itu mengikuti bahwa sesuatu yang tak dapat dilakukannya.
(29) Lebih lanjut bila Atman bersifat abadi
Jelas sekali ia bebas dari perbuatan, seperti angkasa Sehingga meskipun ia bertemu dengan kondisi lain Bagaimana bisa ia tak berubah sifatnya dipengaruhi?
(30) Bahkan meskipun jika digerakkan oleh kondisi lain ia akan tetap seperti sebelumnya
Lantas perbuatan apa yang dapat dilakukan terhadapnya? Sehingga bila aku berkata bahwa (keadaan ini) bekerja di atas (suatu atman yang kekal)
Bagaimana keduanya bisa ada keterkaitan (penyebabnya)?
(31) Oleh karena segala sesuatu diatur oleh faktor-faktor lainnya (yang selanjutnya) diatur oleh yang (lain lagi) Dan dengan demikian tidak mengatur dirinya sendiri Dengan memahami akan hal ini, aku tak akan marah Terhadap keadaan yang seperti khayalan.
(32) (Bila segala sesuatu tak nyata bagaikan khayalan), lantas siapa yang akan mengekang apa yang (dimarahkan)? Sudah tentu (dalam hal ini) pengekangan tidak akan sesuai Itu tidak akan sesuai oleh karena (umumnya) aku harus memelihara
Bahwa dalam kaitannya dengan pengekangan (kemarahan) arus penderitaan diputus.
(33) Sehingga pada saat menyaksikan musuh ataupun sahabat Melakukan perbuatan yang tidak pantas
Dengan berpikir bahwa perbuatan itu disebabkan oleh keadaan Aku akan tetap berada dalam keadaan pikiran yang bahagia.
(34) Bila sesuatu dibawa pada makhluk hidup setelah dipilih Oleh karena tak ada orang yang mau menderita
Penderitaan tak akan terjadi Pada makhluk hidup mana pun.
(35) Karena tidak berhati-hati
Orang menyakiti dirinya dengan tanduk serta benda lainnya Dan demi untuk memperoleh wanita serta semacamnya Mereka menjadi terobsesi dan menjauhkan dirinya dari makanan.
(36) Dan ada di antara mereka yang menyakiti dirinya sendiri Melalui perbuatan yang tak terpuji
Dengan menggantung diri, meloncat dari tebing
Meminum racun dan memakan makanan yang tidak sehat.
(37) Pada saat berada di bawah pengaruh klesha
Orang bahkan akan membunuh dirinya sendiri yang berharga Bagaimana bisa mereka menghindari untuk tidak menyakiti Tubuh makhluk hidup yang lain?
(38) Bahkan bila aku tak dapat mengembangkan belaskasihku pada semua orang seperti itu
Yakni mereka yang disebabkan oleh munculnya klesha Berencana dan berusaha membunuhku dan semacamnya Hal terakhir yang harus kulakukan adalah tidak marah terhadapnya.
(39) Bahkan jika itu sifat kekanak-kanakan Yang menyebabkan makhluk lain menderita
Yang demikian tetap saja tidak benar marah pada mereka Mengingat bahwa ini akan seperti kobaran api yang bersifat membakar.
(40) Dan bahkan meski kesalahannya kadang kala Pada mereka yang pada dasarnya dapat dipercaya Ini tetap saja suatu kesalahan untuk marah
Ini akan menyerupai angkasa yang kosong untuk memberi jalan asap muncul di dalamnya.
(41) Bila aku menjadi marah sebagai akibatnya
Meskipun aku benar-benar disakitinya dengan tongkat Mengingat bahwa ia juga akibat
Yang terhasut oleh kebencian.
(42) Sebelumnya pastilah aku membuat sebab yang sama Terhadap makhluk hidup lain
Sehingga tepatlah bila kejahatan itu kemudian terbalas Pada diriku yang telah menyebabkan orang lain menderita.
(43) Baik senjata maupun tubuhku Adalah penyebab penderitaanku
Oleh karena ia mengeluarkan senjata dan aku memiliki tubuh Kepada siapa aku harus marah?
(44) Bila dengan membuta aku menginginkan
Penderitaan yang demikian lenyap dari wujud manusia Yang tak tahan bila dipertemukan
Dengan siapa aku akan marah ketika itu sakit?
(45) Adalah kesalahan orang yang kekanak-kanakan sehingga mereka menderita
Meskipun mereka tidak ingin menderita
Terdapat keterikatan yang besar terhadap penyebabnya Sehingga mengapa mereka harus marah pada orang lain?
(46) Sebagaimana para penjaga alam neraka Serta dedaunan hutan pisau tajam
Mengingat bahwa (penderitaan ini) diciptakan oleh perbuatanku
Lalu dengan siapa aku harus marah?
(47) Setelah menganalisa kesalahanku sendiri Mereka yang membuatku disakiti lahir
Jika karena perbuatannya mereka akan jatuh ke dalam neraka Pastilah bukan saya yang menghancurkannya?
(48) Berdasarkan hal itu aku memurnikan berbagai kejahatan Dengan sabar menerima kejahatan yang disebabkan olehnya Namun karena diriku ia akan jatuh
Ke alam penderitaan neraka dalam masa yang sangat lama.
(49) Oleh karena aku telah menyebabkan penderitaannya Sedangkan dia memberiku kebajikan
Bagaimana, wahai pikiran bodoh, apakah engkau akan marah Dalam sikap keliru itu?
(50) Jika pikiranku memiliki kemuliaan (kesabaran) Aku tak akan pergi ke alam neraka
Tapi meskipun aku telah melindungiku sendiri (dengan jalan ini)
Bagaimana dengan mereka?
(51) Tetapi akankah aku membalas menyakiti Sedangkan mereka tak ada yang melindungi Dengan berbuat demikian silaku akan merosot Karenanya pantangan ini akan hancur.
(52) Oleh karena pikiranku tak berbentuk Orang tak akan dapat menghancurkannya
Namun melalui keterikatan yang sangat kuat pada tubuhku Ia menyebabkan derita melalui penderitaan raga.
(53) Mengingat bahwa penghinaan, kata-kata kasar Dan kata-kata yang tidak menyenangkan Tidak membuat tubuhku sakit
Mengapa, wahai pikiran, engkau begitu marah?
(54) Karena orang lain tak akan menyukaiku Namun karena mereka tak akan memakanku Baik dalam hidup ini maupun hidup yang lain
Mengapa aku harus merisaukan ketidaksenangannya?
(55) Karena hal itu akan menghalangi perolehan duniawiku Meskipun aku tak menginginkannya
Aku sudah meninggalkan perolehan duniawiku
Dan kejahatanku sendiri tetap tertinggal tak berpindah.
(56) Karenanya lebih baik bagiku untuk mati hari ini Daripada hidup lama tapi tak berguna
Bahkan bilamana orang sepertiku harus panjang umur Akan tetap menderita karena kematian.
(57) Sadar bahwa seseorang harus bangun dari mimpi
Di mana ia mengalami kebahagiaan selama seratus tahun Dan sadar bahwa orang lain harus bangun dari mimpi Di mana ia mengalami hanya sesaat kebahagiaan.
(58) Bagi kedua orang yang telah bangun itu Kebahagiaan tak akan kembali lagi
Demikian pula, apakah hidupku akan panjang atau pendek Pada saat kematian, akan berakhir seperti itu.
(59) Meskipun aku hidup dalam kebahagiaan untuk masa yang lama Dari memperoleh kekayaan materi yang berlimpah
Aku tetap harus pergi dengan tangan hampa dan kekecewaan Seperti baru saja dirampok oleh penjahat.
(60) Sudah pasti kekayaan materi tak akan dapat menghidupkanku Oleh karenanya harus bisa digunakan untuk menghapus kejahatan dan melakukan kebajikan
Namun bila aku marah dalam menghitungnya Kebajikanku akan surut dan keburukanku yang berkembang.
(61) Apa gunanya hidup
Bagi orang yang hanya melakukan kejahatan Jika demi memperoleh harta
Ia menyebabkan (kebajikan yang dibutuhkan untuk) hidup merosot?
(62) Sudah pasti aku akan marah pada mereka
Yang membicarakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang merendahkan orang lain (yang mempercayaiku) Namun dengan cara yang sama mengapa aku tidak marah Pada orang yang mengucapkan kata-kata tidak
menyenangkan pada orang lain?
(63) Bilamana aku bisa sabar menerima ketidakpercayaan ini Karena menyangkut orang lain
Lantas mengapa aku tak bersabar pada kata-kata tidak menyenangkan (tentang diriku)
Mengingat bahwa hal itu berkaitan dengan timbulnya klesha?
(64) Akankah orang lain yang berbicara buruk atau bahkan menghancurkan
Arca suci, stupa dan Dharma suci Tidak pantas bagiku untuk marah
Karena Hyang Buddha tak dapat dirusak.
(65) Aku harus mencegah kemarahan timbul terhadap mereka Yang menyakiti Guruku, keluarga dan sahabatku
Sebaliknya aku harus memandangnya dengan cara seperti sebelumnya
Bahwa hal itu terjadi karena situasi.
(66) Oleh karena makhluk hidup disakiti Baik oleh obyek hidup maupun obyek mati Mengapa hanya membenci terhadap yang hidup? Menyadari akan hal ini aku akan bersabar menerima segala kejahatan.
(67) Akankah seseorang tanpa sengaja berbuat salah Dan yang lain tanpa pengertian menjadi marah (terhadapnya) Siapakah yang salah?
Dan siapakah yang benar?
(68) Mengapa dulu aku melakukan perbuatan itu
Karenanya kini orang lain menyebabkanku menderita? Mengingat bahwa segala sesuatu berkaitan dengan perbuatanku
Mengapa aku merasa benci terhadap mereka?
(69) Saat aku telah memahami demikian adanya Aku harus berusaha pada apa yang baik (Demi untuk) dengan pasti membawa
Pikiran belas kasih di antara semua makhluk.
(70) Sebagai contoh, jika api di rumah seseorang Telah menjalar ke rumah orang lain
Sungguh tepat untuk memindahkan jerami dan sejenisnya Yang membuat api menjalar.
(71) Demikian pula jika api kebencian menjalar Terhadap apa pun di mana pikiranku terikat Aku harus dengan segera memindahkannya Jangan sampai kebajikanku terbakar.
(72) Mengapa orang mengutuk kematian dan kemalangan Bila itu terjadi setelah tangannya dipotong?
Mengapa aku yang mengalami penderitaan manusia tak beruntung
Bila darinya aku terhindar dari neraka yang mengerikan?
(73) Bila aku tak dapat menanggung Bahkan meski penderitaan saat ini
Lantas mengapa aku tak berusaha menghindarkan diriku dari marah
Yang dapat membawa ke dalam penderitaan neraka?
(74) Demi untuk memuaskan keinginanku
Aku telah mengalami berbagai penderitaan neraka Namun dengan perbuatan itu aku memenuhi kehendak Bukan diriku sendiri maupun orang lain.
(75) Tetapi sekarang di mana arti besar akan berkembang Dari menyakiti yang tidak bahkan memahaminya Aku harus berbuat dengan kegembiraan sendiri Pada penderitaan seperti itu yang menghapuskan kesedihan semua.
(76) Akankah orang lain menemukan kebahagiaan besar Dengan memuji (musuhku) sebagai orang yang sangat terhormat Mengapa, wahai pikiran, akankah engkau memujinya juga Dan membuatmu bahagia juga?
(77) Kebahagiaan besarmu itu
Akan menjadi sumber kesukacitaan, bukan sesuatu yang dilarang Ajaran yang diberikan oleh ‘Yang Termulia’
Dan sebagai cara terbaik untuk mengumpulkan yang lain.
(78) Dikatakan bahwa orang lain akan bahagia (bila dipuji) dengan cara begitu
Tapi jika dengan jalan ini engkau tak ingin (mereka memiliki) kebahagiaan itu
Lalu, (karena hal itu membuat mereka bahagia) engkau seharusnya tidak memberikan gaji dan sebagainya (kepada pelayananmu)
Tetapi engkau akan dibuat tidak cocok dalam hidup saat ini maupun yang akan datang.
(79) Bila orang menyebut sifat-sifat baikku sendiri Aku ingin orang lain juga bahagia
Tetapi bila mereka menyebut sifat-sifat baik orang lain Aku tak ingin bergembira sendiri.
(80) Setelah membangkitkan bodhicitta
Dengan menginginkan semua makhluk bahagia Mengapa aku harus marah
Bila mereka mendapatkan beberapa kegembiraannya sendiri?
(81) Jika aku ingin semua makhluk menjadi Buddha yang dipuja di seluruh triloka Lantas mengapa aku tersiksa
Ketika menyaksikan mereka sekedar mendapatkan penghormatan yang biasa?
(82) Bilamana suatu keluarga di mana aku penuh perhatian Dan kepadanya di mana aku harus memberi banyak benda Harus bisa memperoleh penghidupannya sendiri
Mengapa aku tidak gembira saja, daripada marah?
(83) Bila aku tidak ingin bahkan mereka memilikinya Bagaimana bisa aku ingin agar mereka mencapai pencerahan? Dan di manakah letak bodhicitta
Dalam diri mereka yang marah saat orang lain mendapatkan sesuatu?
(84) Apa artinya bilamana (musuhku) memberi sesuatu atau tidak? Apakah ia mendapatkannya
Atau apakah ia berdiam di rumah pendukungnya Dalam kedua hal itu aku tak mendapat apa pun.
(85) Lantas mengapa, dengan menjadi marah, aku membuang kebajikanku
Keyakinan (orang lain terhadapku) dan sifat-sifat baikku? Katakan kepadaku, mengapa aku tidak marah (pada diriku sendiri)
Yang tidak membuat sebab untuk memperoleh sesuatu?
(86) Biarlah diri tak menyesali apa pun
Atas kejahatan-kejahatan yang telah engkau lakukan, wahai pikiran
Mengapa engkau ingin bersaing dengan orang lain Siapakah yang telah melakukan perbuatan baik?
(87) Bahkan bilamana musuhmu bersedih Apa yang membuatmu menjadi bersukacita? Engkau mungkin hanya ingin agar ia celaka Tapi tidak membuatnya terluka.
(88) Dan meskipun ia menderita seperti yang kau inginkan Sesuatu yang membuatmu senang?
Jika engkau berkata, “Karenanya aku sungguh puas” Adakah sesuatu yang lain yang lebih buruk dari ini?
(89) Ini merupakan kail dari penangkap ikan klesha Tajam tiada tara, setelah terkail olehnya Sudah pasti aku akan dimasak
Dalam belanga oleh para penjaga neraka.
(90) Sanjungan dan ketenaran
Tidak akan membawa kebajikan atau hidup
Ia tak akan membuatku lebih kuat dan bebas dari sakit Dan tak akan membawa kebahagiaan lahiriah apa pun.
(91) Bila aku sadar pada apa yang sesungguhnya berarti bagiku Apa manfaat yang kudapatkan dari hal-hal seperti itu? Bila semua yang kuinginkan adalah kebahagiaan batin yang kecil
Aku seharusnya pergi berjudi, mabuk dan semacamnya.
(92) Jika demi ketenaran
Aku memberikan seluruh hartaku atau membuat diriku terbunuh
Apa arti ketenaran itu kemudian?
Jika aku mati, kepada siapa ia akan memberi kesenangan?
(93) Saat kastil pasir runtuh
Anak-anak jatuh dalam kekecewaan
Demikian pula halnya, jika ketenaran dan pujian padaku habis Pikiranku akan menjadi seperti anak kecil.
(94) Oleh karena suara yang terdengar sesaat adalah tak hidup Mereka tak mungkin dapat berpikir untuk memujiku Namun karena ia membuat (yang menerima pujian) senang Ketenaranku merupakan sumber kegembiraan bagi diriku.
(95) Tetapi apakah pujian itu ditujukan kepadaku atau kepada orang lain
Bagaimana aku harus memperoleh manfaat dari kegembiraan (orang yang memberikannya)?
Oleh karena kebahagiaan dan kesukacitaan adalah dia sendiri Aku tak akan mendapatkan manfaatnya meski sebagian.
(96) Akan tetapi jika aku menemukan kebahagiaan di dalam kebahagiaannya
Sudah barang tentu aku harus merasakan perasaan yang sama terhadap semua makhluk?
Dan jika demikian lantas mengapa aku bersedih
Bila orang lain memperoleh kesenangan yang di dalamnya memberi kesukacitaan kepadanya.
(97) Karena itu kebahagiaan yang berasal
Dari berpikir, “Aku dipuji”, adalah tidak berlaku lagi Itu hanya sikap seorang anak kecil.
(98) Pujian dan sebagainya memperdayaiku
Juga di bawah pengaruh kekecewaanku (pada samsara) Aku mulai iri kepada mereka yang memiliki sifat-sifat baik Dan semua yang terbaik telah dihancurkan.
(99) Karenanya, bukan mereka yang telah melibatkan dengan erat Dalam kehancuran kehormatanku dan sebagainya
Juga terlibat dalam melindungiku Dari kejatuhan ke alam yang sengsara?
(100) Aku yang berusaha menemukan kebebasan
Tak membutuhkan perolehan materi dan kehormatan Lantas mengapa aku harus marah
Pada mereka yang membebaskanku dari belenggu?
(101) Mereka yang menginginkan aku menderita
Adalah bagaikan Hyang Buddha yang memberikan berkahnya
Karena ia telah membukakanku pintu agar tidak jatuh ke alam sengsara
Mengapa aku harus marah kepadanya?
(102) Tetapi bagaimana jika seseorang hendak merusak kebajikan yang kudapatkan
Kepadanya juga tidak benar untuk marah
Mengingat bahwa tak ada yang dapat menandingi kesabaran
Karenanya aku harus membawanya dalam praktek.
(103) Jika karena kelengahanku sendiri Aku tidak sabar kepada musuh ini
Yang kemudian itu hanya membuatku menghalangi diri sendiri Dari menjalankan sebab untuk mendapatkan kebajikan ini.
(104) Bila tanpanya sesuatu tak akan terjadi Dan bila dengannya, ia akan terjadi
Oleh karena musuh ini menjadi sebab kesabaran Bagaimana bisa kukatakan bahwa ia menghalanginya?
(105) Seorang pengemis bukanlah penghalang kemurahan hati Saat aku memberi sesuatu
Dan aku tidak bilang bahwa mereka yang memberi upasampada
Adalah penghalang untuk menjadi bhiksu.
(106) Terdapat begitu banyak pengemis di dunia ini Takut mereka akan membawa masalah Jika aku tidak menyakiti orang lain Jarang yang akan menyakitiku.
(107) Untuk itu, sebagaimana harta karun yang muncul di dalam rumahku
Tanpa usaha apa pun dariku untuk memperolehnya Aku harus merasa senang memiliki musuh
Karena ia menemaniku dalam menjalankan bodhicitta.
(108) Dan oleh karena aku dapat mempraktekkan kesabaran terhadapnya
Ia pantas untuk diberi
Buah pertama dari kesabaranku
Karena dialah yang menyebabkannya demikian.
(109) Tapi mengapa musuhku harus dihormati
Sedangkan dia tidak memiliki kepedulian terhadap praktek kesabaranku?
Lantas mengapa menghormati Dharma suci? (Yang juga tidak memiliki kepedulian) meski ia merupakan sebab praktek yang baik.
(110) Sudah barang tentu musuhku tak akan dihormati Karena ia berusaha menyebabkanku celaka Namun bagaimana kesabaran dilaksanakan
Jika, seperti dokter, orang selalu berusaha untuk berbuat baik kepadaku.
(111) Sehingga semenjak kesabaran dilaksanakan
Dalam hubungannya dengan (orang yang) berpikiran sangat jahat
Orang seperti itu pantas untuk dihormati laksana Dharma suci Karena ia merupakan penyebab kesabaran.
(112) Karenanya ‘Yang Mahamulia’ bersabda Bahwa bumi makhluk hidup (serupa) dengan Buddhaksetra
Karena banyak yang telah menyenangkannya Itulah sebabnya telah mencapai kesempurnaan.
(113) Buddhalaksana diraih
Baik dari makhluk hidup maupun Hyang Jina Untuk itu mengapa aku tidak menghormati mereka Seperti aku menghormati Hyang Jina?
(114) (Tentu saja) mereka berbeda dalam kehendak
Akan tetapi hanya dalam akibat (yang mereka timbulkan) Sehingga dalam hal inilah mereka mempunyai kemuliaan Karenanya dikatakan bahwa keduanya sebagai sama.
(115) Apa pun kebajikan yang tercipta dari memuji seseorang dengan pikiran belas kasih
Adalah karena kemuliaan makhluk hidup
Demikian pula kebajikan dari keyakinan terhadap Hyang Buddha Adalah berkat keluhuran Hyang Buddha.
(116) Karenanya ia dipandang sebagai sama
Dalam mengambil perannya di dalam mewujudkan