• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buddha pada masa sekarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buddha pada masa sekarang."

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bhatara Hyang Buddha Sakyamuni Buddha pada masa sekarang.

(3)

Bhatara Arya Manjushri

Manifestasi kebijaksanaan dari semua Buddha. Acharya Shantideva menjadikan Arya Manjushri sebagai istadevata utamanya. Kecakapan serta kebijaksanaan beliau dalam menyusun Bodhicharyavatara juga merupakan realisasinya pada Arya Manjushri.

(4)

Bhatarika Tara Dewi

Buddha yang bermanifestasi dalam wujud seorang wanita, kegiatan aktif dari semua Buddha, di kenal luas sebagai penolong yang tangkas. Acharya Shantideva mendapatkan banyak berkah inspirasi serta pertolongan dari beliau.

(5)
(6)

Acharya Shântideva

BODHICHARYÂVATÂRA

Penuntun Jalan Hidup

Bodhisattva

Diterjemahkan oleh:

Upashaka Pandita Sumatijnana

Yayasan Bhumisambhara

Oktober, 2002

(7)

Bodhicharyâvatâra

(Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva) Oleh:

Acharya Shântideva

Diterjemahkan Oleh:

Upashaka Pandita Sumatijnana

Diedit Oleh:

Meta Puspa Devi

Setting dan Lay-out:

Pustaka Berlian Biru

© 2002. Upashaka Pandita Sumatijnana

Untuk pertama kalinya diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Bhumisambhara

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak isi buku ini, baik sebagian ataupun seluruhnya tanpa izin tertulis dari penerbit.

Gambar Cover:

Arca Bodhisattva Manjugosha (Manjushri) Ditemukan di Ngemplak Semongan, Semarang.

ISBN 979-97223-0-6

www.bhumisambhara.org

(8)
(9)

Daftar Isi

Dari Yayasan vii Kata Pengantar viii

Pendahuluan ix

BODHICHARYÂVATÂRA 1. Kebajikan Bodhicitta 2 2. Mengakui Kesalahan 8 3. Menerima Bodhicitta Sepenuhnya 21

4. Kesadaran Bodhicitta 27 5. Menjaga Kewaspadaan 36 6. Kesempurnaan Kesabaran 56 7. Kesempurnaan Semangat 80 8. Kesempurnaan Meditasi 94 9. Kesempurnaan Kebijaksanaan 127 10. Pelimpahan Kebajikan 157 Bibliography 168 APPENDIX 169

Biografi Singkat Acharya Shantideva 170 Bhumisambhara Study Program 176

Glossary 177

(10)

Dari Yayasan

Om Svasthi!

Menyadari minimnya buku-buku ajaran Mahayana di Indonesia dan dengan tujuan untuk menyebar luaskan kemuliaan Dharma, Yayasan Bhumisambhara berupaya menerbitkan kitab-kitab Mahayana, terutama bagi para praktisi yang ingin mempelajari, menghayati dan mempraktekan jalan agung Mahayana secara murni dan utuh.

Bodhicharyavatara merupakan langkah awal dari upaya tersebut, buku

ini menguraikan jalan hidup Bodhisattva dari membangkitkan bodhicitta hingga tercapainya kesempurnaan demi kebahagiaan semua makhluk.

Dengan penuh hormat kami menghaturkan terima kasih yang dalam kepada Guru kami, Bapak Upashaka Pandita Sumatijnana, yang telah mencurahkan begitu banyak waktu maupun usahanya dalam mempersiapkan buku ini, serta memberikan tak terhingga dukungan sehingga buku ini dapat diterbitkan dan sampai ke tangan pembaca.

Sekecil apapun kebajikan yang diperoleh dari penerbitan buku ini, kami melimpahkannya bagi kebahagiaan semua makhluk.

Sarvamangalam!

Jakarta, 27 September 2002 KETUA YAYASAN BHUMISAMBHARA ttd

(11)

Kata Pengantar

Namo Guruye, Namo Ratnatrayaya!

Kitab ini merupakan harta tiada ternilai bagi para bijaksana. Sebagaimana sari susu adalah mentega, sari dari seluruh ajaran Sang Buddha adalah bodhicitta. Mahaguru Shantideva telah menjadi sumber inspirasi praktek hidup Bodhisattva bagi beribu-ribu para penganut sejati ajaran Mahayana. Bodhicharyavatara merupakan penuntun bagi mereka yang agung belas kasihnya, yang merasa gembira menjadikan dirinya sebagai sumber kebahagiaan bagi semua makhluk.

Teks ini saya terjemahkan pada saat retret Buddha Jambhala selama satu bulan diakhir tahun 2001. Meskipun terjemahan ini belum dapat dikatakan sempurna dimana akan terus diperbaharui, namun demikian terjemahan ini akan dapat memudahkan semua orang yang berada di Bhumisambhara dalam memahami, merenungkan dan merealisasikan jalan agung Mahayana yang terus mereka pelajari sepanjang waktu hingga sekarang.

Saya juga berharap kitab ini akan membantu para penganut Mahayana di nusantara sehingga mereka dapat melangkah penuh keyakinan dijalan Mahayana mengikuti suri teladan yang diperagakan oleh Acharya Shantideva. Satu saja ada orang yang melewati jalan luhur ini, tak terbilang makhluk hidup akan merasakan jasanya baik dalam hidup saat ini ataupun berbagai kehidupan yang akan datang.

Saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang telah turut memberikan kontribusi sehingga kitab ini dapat diterbitkan, semoga mereka semua merasa bahagia dengan kebajikannya.

Sarvamangalam!

UPASHAKA PANDITA SUMATIJNANA 26 September 2002

(12)

Pendahuluan

Bodhicharyavatara adalah salah satu sastra suci agung Mahayana, ditulis oleh seorang praktisi Mahayana yang sangat luar biasa yaitu Acharya Shantideva. Disampaikan dalam bentuk renungan meditasi pribadi namun diungkapkan secara bersahabat terhadap siapa pun yang tertarik; menguraikan jalan Kebodhisattvaan, yaitu jalan bagi mereka yang berpaling dari kebahagiaan samsara, menolak kenyamanan kedamaian pembebasan diri sendiri dan bersumpah untuk berusaha membebaskan semua makhluk dari derita samsara dengan mencapai Kebuddhaan Yang Sempurna (Samyaksambodhi).

Bodhicharyavatara terdiri dari sepuluh bab, berikut ini adalah ringkasan isi dari setiap babnya.

Bab I Bodhicittanusamsa (Kebajikan Bodhicitta)

Tujuan akhir praktek Buddhis adalah tercapainya tingkat kesadaran yang sempurna; yang disebut sebagai Penerangan, yang dapat dicapai oleh siapa pun yang dapat mengatasi rintangan kasar serta halus yang menyelubungi batinnya dan mengembangkan sifat-sifat baik pikiran untuk mengembangkan potensinya. Akan tetapi kita tak akan dapat mencapai tingkat kesempurnaan ini jika kita tidak lebih dahulu membangkitkan bodhicitta, yaitu batin pencerahan, mental yang stabil dan spontan yang terus berusaha mencapai Kebuddhaan Yang Sempurna demi kebajikan semua makhluk. Bodhicitta dikembangkan melalui membangkitkan pikiran berdasarkan dua cara, yaitu mempraktekkan meditasi ‘tujuh

sebab akibat’ atau berdasarkan cara ‘menukar diri sendiri dengan makhluk lain’.

Untuk membangkitkan bodhicitta yang berharga ini kita harus merenungkan dalam-dalam berbagai kebajikan di dalamnya. Seorang pedagang akan melakukan berbagai cara bila mengetahui ada sesuatu yang akan memberikan keuntungan besar kepadanya. Demikian pula

(13)

halnya, jika kita tahu terdapat begitu banyak kebajikan dalam bodhicitta, barulah kita akan berusaha terus menerus untuk membangkitkannya. Untuk alasan inilah Guru Shantideva dalam bab pertama ini secara terperinci menjelaskan kebajikan-kebajikan bodhicitta tersebut.

Bab II Papadesana (Pengakuan Kesalahan)

Bila kita membangkitkan bodhicitta, kita harus menyingkirkan seluruh penghalang yang menghambatnya, juga menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Penghalang utama dalam membangkitkan bodhicitta adalah kejahatan, yang digambarkan sebagai sebuah kekuatan yang potensial menimbulkan akibat penderitaan. Karena kita memiliki timbunan besar penyebab penderitaan seperti itu dari perbuatan buruk yang kita lakukan dalam kehidupan yang lampau, akibatnya kita benar-benar mengalami kesulitan untuk dapat mengembangkan bodhicitta yang sangat mulia dan berharga ini.

Di mana tumbuh tanaman beracun maka tak akan mungkin dipanen biji-bijian obat. Demikianlah halnya, pikiran baik pencerahan tak akan tumbuh di dalam pikiran yang diolah dengan air ketidakbajikan. Karenanya, dalam bab yang kedua ini Guru Shantideva menjelaskan bagaimana mempersiapkan mental untuk membangkitkan bodhicitta dengan mencabuti dan mencuci seluruh potensi ketidakbajikan agar tidak tumbuh lagi. Pemurnian kejahatan ini akan tercapai dengan mengakui timbunan ketidakbajikan kita dan menghapuskannya melalui penerapan

‘empat kekuatan penawar’ yang dijelaskan dalam bab ini.

Bab III Bodhicittaparigraha (Menerima Bodhicitta Sepenuhnya)

Namun demikian, pemurnian ketidakbajikan tak dapat terjadi dengan sendirinya dengan sekedar hanya mengandalkan tujuan kita. Kita juga harus mengumpulkan sebanyak-banyaknya kebajikan, kekuatan potensi kebajikan, dan itu terwujud melalui praktek-praktek kebajikan. Tidak mungkin bagi pikiran yang kurang kebajikan untuk mewujudkan bodhicitta yang berharga, yang merupakan raja dari seluruh pikiran. Bagi mereka yang ingin mengundang tamu mulia ini ke dalam pikirannya, pertama-tama ia harus mengumpulkan kekayaan kebajikan besar, yaitu kekuatan kebajikan mental. Setelah ini dilakukan baru kemudian terbuka kemungkinan untuk melihat dan memelihara pikiran berharga pencerahan.

(14)

Karenanya, dalam bab ketiga ini Guru Shantideva menguraikan bagaimana menggapai bodhicitta dan mempertahankannya.

Bab IV Bodhicittapramada (Kesadaran Bodhicitta)

Sekali kita telah mengikrarkan bodhicitta, kita harus menjaganya agar tidak merosot. Ini dilakukan dengan penuh kesadaran dengan menjalankan segala kebajikan melalui tubuh, ucapan dan pikiran kita. Tetap sadar adalah tema yang dijelaskan oleh Guru Shantideva dalam bab keempat ini.

Bab V Samprajanyaraksana (Menjaga Kewaspadaan)

Setelah meraih dan kemudian memantapkan bodhicitta dengan jalan kewaspadaan, kita harus berusaha untuk membawa pikiran ini hingga mencapai hasil yang nyata, yaitu Kebuddhaan yang sempurna. Ini dilakukan dengan cara mengangkat ikrar Bodhisattva dan melaksanakan keenam paramita. Secara umum paramita pertama dijelaskan sebagai dana. Namun demikian, Guru Shantideva membicarakan dana paramita pada bab kesepuluh dan bab terakhir bersamaan dengan parinama. Alasannya adalah bahwa dana paramita, atau paramita kemurahan hati merupakan bagian dari pelimpahan kebajikan dan keindahan semesta secara umum kepada semua makhluk. Karena itu Guru Shantideva memulai penjelasannya dengan apa yang secara umum disebut sebagai paramita yang kedua, yaitu sila paramita, dalam bab kelima ini,

Samprajanyaraksana.

Bab VI – X Ksanti Paramita, Virya Paramita, Dhyana Paramita dan Prajna Paramita

Bab-bab berikutnya ditujukan bagi masing-masing paramita selanjutnya. Bab keenam hingga kedelapan menjelaskan tentang ksanti paramita, virya paramita dan dhyana paramita; sedangkan bab kesembilan dimaksudkan sebagai uraian terperinci prajna paramita. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, bab kesepuluh berkaitan dengan dana paramita dan parinama. Pengembangan bodhicitta dilaksanakan melalui

(15)

Kesepuluh bab Bodhicharyavatara ini mencakup keseluruhan tahap pengembangan tersebut yang garis besarnya diringkas dalam bait doa pengembangan bodhicitta berikut ini:

Semoga permata bodhicitta yang berharga Terlahir pada mereka yang belum memilikinya Di mana ia telah lahir, semoga ia tak akan merosot;

Di mana ia tak merosot, semoga tumbuh berkembang selama-lamanya.

Dalam kedua baris kalimat pertama kita berdoa agar makhluk hidup termasuk diri kita sendiri yang belum memiliki bodhicitta, semoga memilikinya. Kemudian bagi mereka yang telah memilikinya semoga dapat mempertahankannya dan tak membiarkannya merosot. Pada baris yang terakhir, kita berdoa agar mereka yang telah membangkitkan dan memantapkan bodhicitta semoga dapat meraih kesempurnaan.

Dalam maksud yang sama, teknik yang membawa bangkitnya bodhicitta dijelaskan pada ketiga bab yang pertama kitab ini, cara untuk memantapkan bodhicitta dijelaskan pada bab keempat, dan bab kelima hingga bab yang kesepuluh menjelaskan cara-cara yang dapat digunakan untuk memantapkan bodhicitta hingga tercapainya kesempurnaan.

Jika kita menjalankan ajaran dari kesepuluh bab dalam kitab Bodhicharyavatara ini, maka kemungkinan tercapainya kesempurnaan menjadi sesuatu yang tak sulit lagi. Dengan demikian seluruh potensi kelahiran kita sebagai manusia akan dapat dikembangkan secara maksimal dan kita akan dapat membawa kebajikan bagi seluruh makhluk hidup yang lain.

(16)

Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva

Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva

Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva

Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva

Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva

(17)

Bab I

Bodhicittâ-nusamsâ

(Kebajikan Bodhicitta)

Namo sarvabuddha bodhisattvabyah!

(1) Dengan hormat aku bersujud kepada Sang Sugata yang menyandang Dharmakaya

Juga kepada para putranya yang mulia dan kepada semua yang pantas untuk dihormati

Di sini aku akan menguraikan bagaimana menjalankan ikrar Jinaputra

Sari yang saya ringkas sesuai kitab suci.

(2) Di sini tak ada yang baru yang belum pernah dijelaskan sebelumnya

Aku tak memiliki kecakapan dalam seni puisi

Karena kurangnya perhatian bagi kebajikan makhluk lain Aku menulis ini demi meresapkannya ke dalam batinku sendiri.

(18)

(3) Demi memperoleh kebajikan dengan apa yang baik Kekuatan keyakinanku dalam sekejap semoga berkembang oleh kalimat-kalimat ini

Bilamana ungkapan-ungkapan ini diketahui oleh orang lain Yang sama beruntungnya dengan diriku, semoga ini berguna baginya.

(4) Kebebasan dan keberuntungan sangat sulit didapatkan Oleh karena ia memenuhi apa yang berarti bagi manusia Bila aku tidak memanfaatkan kesempatan itu saat ini Bagaimana keberuntungan sempurna ini akan terjadi lagi?

(5) Sebagaimana kilasan cahaya dalam kegelapan malam bermendung

Yang untuk sesaat menerangi semuanya

Demikian pula di dunia ini, berkat jasa Sang Buddha Segala ajaran mulia yang langka muncul sesaat.

(6) Menyadari bahwa kebajikan selalu lemah Kekuatan kejahatan semakin meluas Kecuali dengan bodhicitta

Dengan kebajikan apalagi ia akan dapat dikalahkan?

(7) Para Buddha yang telah merenungkan selama berkalpa-kalpa Telah melihat kebajikannya

Berkat bodhicitta tak terhitung makhluk hidup Akan segera mencapai tingkat kebahagiaan tertinggi.

(8) Mereka yang ingin menghancurkan berbagai penderitaan keberadaannya dalam samsara

Mereka yang menginginkan (semua makhluk) memperoleh berbagai kebahagiaan

Dan mereka yang ingin mengalami kebahagiaan berlimpah-limpah

(19)

(9) Saat ketika bodhicitta bangkit

Pada mereka yang tak berdaya dan lemah di dalam penjara samsara

Ia akan dipanggil sebagai Jinaputra

Di dunia ini ia akan dipuja baik oleh manusia maupun dewa.

(10) Bodhicitta bagaikan amrtha emas terbaik Ia merubah tubuh kotor yang kita pakai

Menjadi permata rupakaya Buddha yang tiada tara Karenanya teguhlah menyelami bodhicitta ini.

(11) Berkat batin tak terbatas ‘Guru Jagat’

Yang telah mengkajinya secara menyeluruh dan menemukan kemuliaannya

Semua makhluk yang ingin bebas dari keberadaan dunia Harus memegang erat permata bodhicitta ini.

(12) Segala kebajikan yang lain bagaikan pohon yang ditanam Setelah berbuah ia punah begitu saja

Sebaliknya pohon abadi bodhicitta

Tak akan berhenti berbuah, bahkan terus berkembang.

(13) Seperti halnya mempercayakan diriku pada seorang pemberani di saat ketakutan

Dengan mempercayakan diriku pada bodhicitta aku akan dengan cepat dibebaskan

Bahkan meskipun aku telah melakukan kejahatan yang tak tertanggungkan

Mengapa kemudian tidak dengan penuh kesadaran mencurahkan diri pada hal ini?

(14) Seperti api di akhir jaman

Bodhicitta dengan cepat membakar segala dosa-dosa besar Kebajikannya tak dapat diukur sebagaimana yang diajarkan Kepada Sudhana oleh Arya Maitreya yang bijaksana.

(20)

(15) Singkatnya, bodhicitta

Harus diketahui terdapat dua macam Yakni pikiran yang hendak dibangkitkan Dan pikiran yang telah dibangkitkan.

(16) Sebagaimana yang dapat dipahami dari artinya Antara kehendak untuk pergi dan kepergian yang sesungguhnya

Demikianlah orang bijaksana memahami Perbedaan dari keduanya.

(17) Meskipun pahala besar terjadi dalam samsara Dari pikiran yang hendak dibangkitkan Arus kebajikan tak akan pernah berhenti

Bila dilakukan dengan pikiran yang telah dibangkitkan.

(18) Dan bagi mereka yang telah mengukur pikirannya dengan baik Dengan tekad tak akan mundur

Dari usaha membebaskan seluruh Bentuk kehidupan yang tak terbatas.

(19) Sejak saat itu

Meskipun tidur ataupun tak sadar Kekuatan kebajikannya seluas angkasa Akan tiada habisnya mengalir.

(20) Demi kebajikan bagi mereka yang berada di jalan kecil Tentang hal ini secara jelas telah dinyatakan

Oleh Sang Tathagata sendiri Dalam ‘Subahupariprccha-sutra’.

(21)

(21) Bila sekedar berpikir hendak menyembuhkan Makhluk lain dari sakit kepalanya saja Adalah suatu kehendak baik

Yang dipenuhi kebajikan tak terbatas.

(22) Lantas bagaimana menjelaskan

Tentang kehendak untuk menghapuskan penderitaan mereka yang tiada terhitung

Yang menginginkan agar masing-masing dari mereka Mencapai kebajikan yang tak terbatas?

(23) Bahkan apakah ayah dan ibu Memiliki kehendak baik seperti ini? Apakah para dewa dan rsi memilikinya? Bahkan apakah Dewa Brahma memilikinya?

(24) Bila makhluk itu tidak memilikinya Bahkan dalam mimpi sekalipun

Kehendak yang menghendaki kebajikan bagi dirinya sendiri Bagaimana mungkin akan menginginkan kebajikan bagi makhluk lain?

(25) Kehendak membawa kebajikan bagi semua makhluk yang demikian

Yang tak tumbuh pada mereka yang tak menginginkan kebajikan bagi dirinya sendiri

Adalah permata pikiran yang tiada banding

Dan kelahirannya belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengembaraan samsara.

(26) Bagaimana saya akan dapat mengukur kedalaman Kebajikan permata batin ini

Obat yang akan menyembuhkan penyakit semesta Dan yang merupakan sumber segala kebahagiaannya?

(22)

(27) Bilamana sekedar kehendak baik

Merupakan penghormatan terbaik bagi Hyang Buddha Lantas apa yang harus dikatakan terhadap usaha keras untuk menjadikan

Semua makhluk tanpa terkecuali berbahagia?

(28) Bagi makhluk yang ingin membebaskan diri dari derita Namun derita sendiri yang mereka ikuti dan alami Mereka mengimpikan bahagia, namun dalam mohanya Ia menghancurkannya, seperti musuh yang dibencinya.

(29) Bagi mereka yang jauh dari bahagia Dan terkubur oleh berbagai penderitaan

Ia mengenyangkannya dengan berbagai kegembiraan Menghapus segala penderitaan.

(30) Menjernihkan kebingungan

Di manakah ada kebaikan yang seperti ini? Di manakah ada teman yang seperti ini? Di manakah ada kebajikan yang menyamai ini?

(31) Jika siapa pun membalas suatu perbuatan baik Ia pantas untuk dipuji

Lantas bagaimana dengan para Bodhisattva Yang melakukan kebajikan tanpa perlu diminta?

(32) Mereka yang menghina dengan merendahkan

Hanya sekali memberi sepotong makanan pada yang lain Mencukupi makan mereka hanya setengah hari

Di hormati didunia sebagai seorang dermawan.

(23)

(33) Bagaimana dengan seseorang

Yang diam-diam memberikan kebahagiaan Sugata yang tiada ternilai

Kepada tak terhitung makhluk hidup Bahkan memenuhi segala harapan mereka?

(34) Hyang Buddha bersabda bahwa siapa pun yang memiliki pikiran jahat

Terhadap orang baik seperti Bodhisattva

Akan menghuni alam neraka selama berkalpa-kalpa Sepadan dengan pikiran jahatnya.

(35) Namun bila pikiran baik yang muncul (dalam memandangnya)

Buahnya akan berlipat ganda jauh melampaui penyebabnya

Saat Bodhisattva mengalami penderitaan berat ia tidak bersikap buruk

Oleh sebab itu kebajikannya terus berkembang dengan sendirinya.

(36) Aku bersujud pada tubuh Dia

Dimana pikiran suci yang berharga telah lahir Aku berlindung kepada sumber kesukacitaan itu Yang membawa kebahagiaan bahkan pada mereka yang telah menyakitinya.

(24)

Bab II

Pâpa-desana

(Mengakui Kesalahan)

(1) Dengan maksud untuk memiliki pikiran berharga ini Kini aku mempersembahkan kepada Tathagata Kepada Dharma suci, permata murni tanpa noda Dan kepada Jinaputra, samudra kemuliaan.

(2) Apa pun bunga serta buah yang ada Dan berbagai jenis obat-obatan

Berbagai permata yang ada di dunia ini Dan berbagai air yang jernih menyegarkan.

(3) Demikian pula gunung permata

Taman hutan yang tenang, tempat yang menimbulkan kegembiraan

Pohon-pohon surgawi yang sarat dengan bunga Dan pohon dengan buah yang membebani ranting.

(25)

(4) Wewangian dari alam surga

Dupa, pohon pengabul harapan dan pohon permata Panen yang tanpa membajak, serta segala perhiasan Yang pantas untuk dipersembahkan.

(5) Danau serta telaga yang dihiasi oleh bunga teratai Dan lengkingan indah suara angsa liar

Semua yang tanpa pemilik

Dalam hamparan alam semesta yang tanpa batas.

(6) Membayangkan semua itu dalam batinku, aku mempersembahkannya

Kepada Sang Mahapurusa, Hyang Buddha, serta para putranya Oh Mahabelaskasih, berkenanlah kepadaku

Dan terimalah persembahanku ini.

(7) Aku miskin tak berkebajikan

Aku tak mempunyai persembahan untuk dipersembahkan Oh Sang Pelindung, engkau yang hendak menolong makhluk lain

Berdasarkan kekuatanmu terimalah demi kebajikanku.

(8) Secara diam-diam aku akan mempersembahkan tubuhku Kepada para Jina serta para putranya

Mohon terimalah diriku, wahai ‘Pahlawan Termulia’ Dengan penuh hormat aku akan menjadi pengiringmu.

(9) Mengingat bahwa berada dalam perlindunganmu sepenuhnya Aku akan melakukan kebajikan bagi semua tanpa merasa takut pada samsara

Aku akan mengubah dengan sepenuhnya kejahatan masa laluku Dan di kemudian hari aku tak akan melakukannya lagi.

(26)

(10) Ke dalam kolam pemandian yang harum semerbak Yang lantainya dari kristal memantulkan cahaya Dan dengan pilar yang dihiasi permata berkilauan Terdapat tenda di atasnya dengan mutiara menjuntai.

(11) Aku memohon kepada Sang Tathataga beserta putranya Untuk datang dan memandikan tubuhnya

Dari banyak bejana permata yang penuh dengan air wangi, yang menyegarkan

Diiringi oleh suara musik mengalun serta nyanyian.

(12) Biarlah kami yang mengeringkan tubuhnya dengan kain tiada tara

Bersih dan diperciki wewangian merata

Dan saya akan mempersembahkan kepada para makhluk suci itu

Busana wangi dengan warna yang sesuai.

(13) Aku menghiasinya dengan perhiasan permata Serta berbagai macam busana terbaik dan lembut Arya Samantabhadra, Manjugosha

Avalokiteshvara serta semua lainnya.

(14) Seolah seperti memoles emas murni

Demikian pula aku mengolesi rupakaya Buddha yang memancarkan prabha

Dengan wewangian terpilih yang keharumannya menjangkau hingga

Beribu milyar alam.

(15) Juga kepada obyek persembahan terbaik kupersembahkan Karangan bunga yang tersusun indah

Serta rangkaian bunga bertangkai yang beraroma harum Seperti bunga lili, melati dan teratai mekar.

(27)

(16) Aku juga membubungkan asap dupa Yang aromanya wangi melarutkan pikiran

Demikian pula makanan surgawi yang sangat lezat Serta berbagai makanan dan minuman lainnya.

(17) Aku mempersembahkan kepadanya pelita permata Yang diletakkan di atas kuntum bunga teratai emas Di atas tanah yang diperciki dengan air wangi

Demikian pula aku menaburkan kuntum bunga harum.

(18) Kepadanya yang berhakikatkan belas kasih

Aku mempersembahkan istana yang diliputi oleh alunan suara musik

Dihiasi dengan permata dan mutiara yang berkilauan Yang menghiasi ruang-ruang tak terbilang.

(19) Aku akan terus mempersembahkan kepada semua Buddha Payung berhias permata dengan tiang emas

Dan hiasan yang indah sekali di tepinya

Berdiri tegak, bentuknya sangat indah dipandang.

(20) Singkatnya semoga awan persembahan

Yang diiringi dengan suara musik merdu menyenangkan Bagaikan awan yang menghentikan penderitaan semua makhluk

Masing-masing tinggal (selama masih diperlukan).

(21) Dan semoga terus turun hujan Bunga dan permata yang tercurah Di atas stupa dan arca

Serta di atas semua permata Dharma.

(28)

(22) Dengan cara sebagaimana Manjugosha serta lainnya Yang telah melakukan persembahan kepada Hyang Jina Demikian pula aku menghaturkan persembahan kepada para Tathagata

Sang Pelindung, putranya, juga semuanya.

(23) Aku mengagungkan samudra kebajikan Dengan tiada terhitung gatha pujian merdu Semoga awan pujian yang jelas tersebut Langsung sampai ke hadapannya.

(24) Dengan tubuh sebanyak

Seluruh atom yang terdapat di jagat raya

Aku bersujud kepada semua Hyang Buddha dari ketiga masa Dharma serta Sangha yang mulia.

(25) Demikian pula aku juga bersujud kepada semua caitya Kepada landasan bodhicitta

Kepada semua viharadipati terpelajar serta para Guru Juga kepada semua praktisi mulia.

(26) Aku berlindung kepada semua Buddha Hingga aku mencapai sari Kebuddhaan Aku juga berlindung kepada Dharma Serta kepada Sangha para Bodhisattva.

(27) Dengan tangan beranjali aku memuja Para Buddha dan Bodhisattva Yang memiliki belas kasih agung Yang bersemayam di segala penjuru.

(29)

(28) Sejak waktu yang tak diketahui lingkaran samsara Dalam hidup saat ini maupun lainnya

Tanpa disadari aku telah melakukan perbuatan jahat Dan menganjurkan agar orang lain juga melakukannya.

(29) Dipengaruhi oleh kebodohan yang merusak Aku menyukai terhadap apa yang telah dilakukan Namun sekarang mengetahui bahwa hal itu suatu kesalahan

Dari lubuk hatiku aku mengakuinya di hadapan Hyang Buddha.

(30) Apa pun perbuatan jahat oleh tubuh, ucapan maupun pikiran Yang telah kulakukan disebabkan oleh pikiran ternoda Kepada ketiga permata perlindungan

Orang tuaku, Guruku juga yang lainnya.

(31) Dan semua kesalahan berat yang saya lakukan Serta seluruh kejahatan dan noda

Untuk menghindari kesalahan

Aku mengakuinya secara terbuka di hadapan ‘Sang Guru Jagat’.

(32) Akan tetapi mungkin aku mati

Sebelum seluruh kejahatanku dibersihkan Karena itu mohon lindungilah diriku agar Dengan cepat dan pasti aku terbebas darinya.

(33) Dewa kematian yang tak dapat dipercaya

Menunggu bukan untuk melakukan atau tidak melakukan Apakah aku sehat atau sakit

Waktu hidup ini sungguh tak pasti.

(30)

(34) Meninggalkan segalanya aku akan pergi seorang diri Namun karena tak mengerti akan hal ini

Aku melakukan berbagai macam kejahatan Demi kebaikan teman-teman dan musuh-musuhku.

(35) Musuhku tak akan ada lagi Teman-temanku tak akan ada lagi Aku juga tak akan ada lagi

Demikian pula segala sesuatu akan tak berarti.

(36) Seperti halnya bermimpi Apa pun yang kusukai Akan menjadi kenangan

Apa pun yang telah lewat tak akan dapat dilihat lagi.

(37) Bahkan dalam hidup yang singkat ini

Terdapat banyak sahabat dan musuh yang telah meninggal Tetapi kejahatan apa pun yang tak tertanggungkan yang telah kulakukan kepadanya

Tertinggal pada diriku.

(38) Sementara itu, akibat tak menyadari Bahwa aku akan meninggal tiba-tiba Aku melakukan begitu banyak kejahatan Karena ketidaktahuan, nafsu dan kebencian.

(39) Tiada lagi siang ataupun malam Hidup terus berlalu

Dan tak akan diperpanjang

Bagaimana mungkin kematian tak akan menghampiriku?

(31)

(40) Selagi aku berbaring di atas kasur

Meski dikelilingi oleh sahabat dan keluargaku Perasaan bahwa hidup itu menderita

Akan kurasakan seorang diri.

(41) Ketika dilihat oleh utusan dewa kematian

Kebajikan apa yang diberikan oleh sahabat dan keluarga? Hanya kebajikanku sendiri yang melindungiku selanjutnya Tapi terhadapnya aku tak memedulikannya.

(42) Oh Sang Pelindung, aku telah begitu lalai Tak menyangka bahwa mengerikan seperti ini Akumulasi perbuatan sangat jahat

Demi hidup yang tak kekal ini.

(43) Orang yang keras seperti batu

Hari ini dibawa ke dalam ruang penyiksaan

Dengan mulut kering dan mata yang cekung mengerikan Seluruh wujudnya telah berubah.

(44) Tak perlu dikatakan lagi bagaimana keluh kesahnya Saat diserang oleh derita kepanikan hebat

Ditangkap oleh wujud nyata

Para pesuruh dewa kematian yang menakutkan.

(45) “Siapakah yang dapat memberiku perlindungan yang sebenarnya Dari ketakutan luar biasa ini?”

Dengan ketakutan, mata melotot terbelalak Aku akan mencari pelindung di keempat penjuru.

(46) Namun tak menemukan pelindung di sana Aku pasti akan diliputi kemurungan Bila di sana tak ada pelindung Lantas apa yang harus kulakukan?

(32)

(47) Karenanya aku kini mencari perlindungan Kepada Hyang Buddha yang melindungi semesta Yang berusaha menjadi naungan bagi semua makhluk Dan dengan kekuatan agung menghapuskan segala ketakutan.

(48) Demikian pula aku dengan tulus mencari perlindungan Pada Dharma yang telah dicapainya

Yang menghapuskan rasa takut pada roda samsara Juga kepada Sangha para Bodhisattva.

(49) Aku terguncang oleh ketakutan

Mempersembahkan diriku sendiri kepada Samantabhadra Juga kepada Manjugosha

Aku menjadikan tubuhku sebagai persembahan.

(50) Kepada Avalokiteshvara Sang Pelindung

Yang tiada henti melakukan kegiatan berdasarkan belas kasih Aku mengutarakan jeritan memilukan

“Mohon lindungilah pelaku kejahatan ini!”

(51) Dalam pencarian perlindunganku Aku menangis dari lubuk hatiku Kepada Akashagarbha, Ksitigarbha Serta semua pelindung yang berbelaskasih.

(52) Aku juga mencari perlindungan kepada Vajrapani Di mana dengan penglihatannya, seluruh makhluk jahat Termasuk para pesuruh dewa kematian

Lari ketakutan ke keempat penjuru.

(33)

(53) Pada mulanya aku mengabaikan nasehatmu Namun kini setelah menyaksikan bahaya besar ini Aku pergi berlindung kepadamu

Dengan melakukannya semoga bahaya ini dengan cepat dilenyapkan.

(54) Bila aku perlu menuruti nasehat dokter Ketika takut pada suatu penyakit biasa

Lantas betapa jauh lebih besar saat mengalami penyakit Yang disebabkan oleh keinginan jahat dan sebagainya.

(55) Dan bilamana seluruh umat manusia yang berdiam di bumi ini Dapat ditolong oleh salah seorang saja dari mereka Dan bila tak ada obat lain yang dapat menyembuhkannya Yang ditemukan di mana pun di semesta ini.

(56) Lantas tidak berbuat sebagaimana yang disarankan Oleh nasehat ‘Tabib Yang Mahatahu’

Yang dapat mencabut setiap akar penderitaan

Itu sungguh mengherankan dan pantas untuk dicemooh.

(57) Bila aku harus hati-hati

Di dekat sebuah tebing curam kecil biasa

Lantas betapa lebih dekatnya dengan masa yang lama Yang menjatuhkan sejauh beribu-ribu mil.

(58) Sungguh sesuatu yang tak pantas dinikmati sendiri Dengan berpikir bahwa hari ini aku belum akan mati Tak terelakkan saatnya akan tiba

Ketika aku akan lenyap.

(34)

(59) Siapakah yang akan menghadiahiku perasaan tanpa rasa takut? Bagaimana aku dapat yakin bahwa telah bebas dari yang demikian?

Bila aku dengan tak terelakkan lenyap

Bagaimana aku dapat santai dan menikmati hidupku sendiri?

(60) Apa yang tertinggal bersamaku kini Dari berakhirnya pengalaman masa lalu?

Namun akibat keterikatanku yang besar terhadapnya Aku telah mengabaikan nasehat Guruku.

(61) Setelah pergi dari hidup ini

Juga dari seluruh sahabat serta handai tolanku

Bila ternyata aku harus pergi seorang diri ke mana pun Lantas apakah gunanya menjalin persahabatan dan permusuhan?

(62) “Bagaimana aku dapat yakin jika telah bebas Dari ketidakbajikan, sumber segala penderitaan?” Berlanjutnya siang dan malam

Haruskah aku hanya memperhatikan hal ini.

(63) Apa pun yang telah kulakukan

Berdasarkan kebodohan dan ketidaktahuan Yang menyebabkan terputusnya ikrar Atau suatu perbuatan yang memang salah.

(64) Aku dengan rendah mengakui semuanya Di hadapan Sang Pelindung

Dengan tangan beranjali, berkali-kali aku bernamaskara Hatiku takut pada penderitaan yang akan terjadi.

(35)

(65) Aku memohon kepada semua ‘Guru Jagat’ Untuk memaafkan kejahatan dan kesalahanku Mengingat hal itu merupakan ketidakbajikan Untuk selanjutnya aku tak akan melakukannya lagi.

(36)

Bab III

Bodhicitta-parigraha

(Menerima Bodhicitta Sepenuhnya)

(1) Dengan senang hati aku turut bergembira

Pada kebajikan yang menyembuhkan penderitaan Bagi mereka yang berada di alam rendah

Serta di tempat di mana penderitaan terkandung dalam kebahagiaan.

(2) Aku turut bergembira pada pengumpulan kebajikan Yang membawa pada tercapainya pembebasan (bagi seorang Arhat)

Aku turut bergembira atas bebasnya tiada terhitung makhluk hidup

Dari derita roda samsara.

(3) Aku turut bergembira pada pencerahan Hyang Buddha Juga pada pencapaian bhumi para putranya.

(37)

(4) Dan dengan senang hati aku turut bergembira

Pada samudra kebajikan dari membangkitkan bodhicitta Yang menginginkan agar semua makhluk berbahagia Juga kegiatan yang membawa kebajikan bagi mereka.

(5) Dengan tangan beranjali aku memohon Kepada para Buddha di seluruh penjuru Untuk menyalakan pelita Dharma

Bagi mereka yang mengembara dalam keputusasaan penderitaan.

(6) Dengan tangan beranjali aku memohon Kepada para Jina yang hendak parinirvana Untuk tetap tinggal selama berkalpa-kalpa

Dan tidak meninggalkan dunia dalam gelap gulita.

(7) Untuk itu berdasarkan kebajikan yang terkumpul Dari semua yang telah kulakukan

Semoga penderitaan setiap makhluk hidup Terhapus sepenuhnya.

(8) Semoga aku menjadi dokter serta obat Dan semoga aku menjadi perawat Bagi semua yang sakit di dunia ini Hingga setiap orang menjadi sehat.

(9) Semoga turun hujan makanan dan minuman Untuk menghalau haus dan lapar yang menyiksa Dan pada saat musim paceklik

Semoga aku merubah diriku sendiri menjadi makanan dan minuman.

(38)

(10) Semoga aku menjadi harta yang tak dapat habis Bagi mereka yang miskin dan malang

Semoga aku berubah menjadi segala benda yang mereka butuhkan

Dan semoga terletak di dekat mereka.

(11) Tanpa merasa kehilangan

Aku akan memberikan tubuh dan kegembiraanku Juga kebajikanku dari ketiga masa

Demi kebajikan semuanya.

(12) Dengan memberikan semuanya, kesedihan akan berhenti Dan pikiranku akan mencapai tingkat bebas kesedihan Sangatlah baik bilamana sekarang aku memberikan segala sesuatu kepada semua makhluk

Dengan cara yang sama seperti yang dilakukan (saat mati).

(13) Setelah memberikan tubuh ini Demi kesenangan semua makhluk

Dengan membunuh, memperdaya dan menyakitinya Semoga mereka terus melakukan apa yang membuat mereka senang.

(14) Meskipun mereka mempermainkan tubuhku

Dan menjadikannya alat berolok-olok serta caci maki Mengingat bahwa aku telah memberikannya kepada mereka Apa gunanya menyayanginya?

(15) Karenanya aku akan membiarkan mereka memperlakukannya sesukanya

Itu tak akan menyebabkan mereka menderita sedikit pun Dan saat siapa pun menemuiku

Semoga tak sia-sia baginya.

(39)

(16) Jika pada mereka yang menemuiku Pikiran yakin atau kemarahan timbul Semoga hal itu senantiasa menjadi sebab Bagi terpenuhinya segala keinginan mereka.

(17) Semoga semua yang berbicara buruk kepadaku Atau menyebabkanku menderita sakit

Dan mereka yang mengejek serta menghina diriku Memiliki keberuntungan untuk benar-benar sadar.

(18) Semoga aku menjadi pelindung bagi mereka yang tidak memilikinya

Penunjuk jalan bagi orang yang bepergian

Semoga aku menjadi jembatan, sampan dan perahu Bagi semua yang hendak menyeberangi (air).

(19) Semoga aku menjadi pulau bagi mereka yang mencarinya Dan pelita bagi mereka yang menginginkan penerang Semoga aku menjadi kasur bagi mereka yang ingin beristirahat

Dan budak bagi mereka yang menginginkan budak.

(20) Semoga aku menjadi permata pengabul harapan, bejana ajaib Mantra yang ampuh dan obat yang mujarab

Semoga aku menjadi pohon pengabul harapan Dan sapi yang banyak untuk dunia.

(21) Sebagaimana angkasa

Serta unsur besar seperti bumi

Semoga aku senantiasa menopang kehidupan Semua makhluk hidup yang tak terhitung.

(40)

(22) Dan hingga mereka terlepas dari kesakitan Semoga aku juga menjadi sumber penghidupan Bagi seluruh alam kehidupan berbagai makhluk hidup Yang menjangkau hingga batas semesta.

(23) Sebagaimana para Sugata di masa lampau Telah membangkitkan bodhicitta

Dan sebagaimana keberhasilan mereka berdiam Dalam praktek Kebodhisattvaan,

(24) Demikian pula demi kebajikan semua makhluk hidup Aku juga membangkitkan bodhicitta

Diriku juga harus

Berhasil menjalankan praktek.

(25) Dengan maksud lebih mengembangkannya dari sekarang Mereka yang memiliki ketelitian yang melihat dengan jelas Bodhicitta dengan cara ini

Harus memuji setinggi-tingginya dengan cara sebagai berikut.

(26) Hari ini hidupku telah membuahkan hasil

Setelah memperoleh kehidupan sebagai manusia ini Aku telah lahir dalam keluarga Buddha

Dan kini aku menjadi salah seorang Jinaputra.

(27) Karenanya apa pun perbuatan yang kulakukan dari sekarang Harus sesuai dengan keluarga

Aku tidak akan mengecewakan dan mencemarkan Darah mulia dan tanpa noda ini.

(28) Seperti halnya orang buta

Yang menemukan permata di atas sampah Demikian pula secara kebetulan

(41)

(29) Ia merupakan amrtha terbaik

Yang dapat menghentikan kekuasaan kematian Ia merupakan harta yang tak dapat habis Yang menghalau segala kemiskinan di dunia

(30) Ia merupakan obat mujarab

Yang menyembuhkan penyakit dunia

Ia merupakan pohon yang menaungi semua makhluk Yang mengembara dan kelelahan dalam keberadaan samsara.

(31) Ia merupakan jembatan abadi

Yang membawa kebebasan dari kelahiran yang tak bahagia Ia merupakan bulan terbit pikiran

Yang melenyapkan siksaan klesha.

(32) Ia merupakan matahari cerah yang akhirnya melenyapkan Kabut kebodohan dunia

Ia merupakan sari mentega Dari perasan susu Dharma.

(33) Bagi semua yang berkelana di dalam keberadaan samsara Yang ingin meneguk kebahagiaan tanpa akhir

Ini akan memuaskan mereka dengan kebahagiaan Dan benar-benar menempatkan mereka di dalam kebahagiaan sejati.

(34) Hari ini di hadapan semua Pelindung Aku mengundang dunia untuk datang

Dalam (festival) kegembiraan sementara serta utama Semoga para dewa, ashura dan semuanya bersukacita.

(42)

Bab IV

Bodhicittâ-pramâda

(Kesadaran Bodhicitta)

(1) Setelah dengan jelas melihat bodhicitta dengan cara ini Seorang Jinaputra harus tanpa gentar

Terus mendorong dirinya sendiri Untuk tidak berpaling dari prakteknya.

(2) Dalam hal perbuatan serampangan

Atau perbuatan yang tidak sepenuhnya disadari Meskipun ikrar mungkin telah diambil

Sungguh tepat untuk menyadari haruskah aku melakukannya atau tidak.

(3) Tetapi bagaimana aku dapat mengabaikan

Dari apa yang telah dikaji oleh kebijaksanaan agung Para Buddha serta putranya

Bahkan telah berkali-kali olehku sendiri?

(43)

(4) Bila telah membuat ikrar yang demikian Aku tak menjalankannya

Oleh karena telah menipu setiap makhluk hidup Kelahiran seperti apa yang akan kuperoleh?

(5) Jika hal ini telah diajarkan (oleh Hyang Buddha) Bahwa mereka yang tidak memberikan

Sesuatu yang kecil yang ingin ia berikan Akan terlahir sebagai preta,

(6) Lantas bila aku harus menipu semua makhluk Setelah dengan baik mengajak mereka

Ke dalam kebahagiaan yang tiada banding Akankah aku terlahir di alam bahagia?

(7) Hanya ‘Yang Maha Melihat’ yang dapat mengetahui Alasan perbuatan mereka

Yang meski meninggalkan bodhicitta tetapi tetap bebas, Itu berada di luar jangkauan pikiran makhluk biasa.

(8) Yang demikian, bagi Bodhisattva Merupakan pelanggaran sangat berat Karena bilamana terjadi

Kebajikan semua makhluk akan menjadi lemah.

(9) Dan barang siapa yang menimbulkan halangan meski hanya sekejap

Menghalang-halangi atau mengganggu perbuatan baiknya Dengan melemahkan kebajikan semua makhluk

Ia akan mengalami kelahiran di alam rendah tanpa berkesudahan.

(44)

(10) Karena diriku akan hancur

Dengan menghancurkan kegembiraan bahkan hanya satu makhluk hidup

Bagaimana untuk mengungkapkan

Hancurnya kegembiraan makhluk hidup seluas angkasa?

(11) Demikianlah mereka yang telah memiliki kekuatan dari bodhicitta

Sebagaimana kekuatan jatuh darinya

Tetap tinggal berulang kali dalam roda samsara Dan dalam masa yang lama terhalang untuk mencapai Bodhisattvabhumi.

(12) Karenanya sebagaimana yang telah saya ikrarkan Aku akan dengan hormat menyesuaikan perbuatanku Bila dari sekarang aku tidak melakukan usaha

Aku akan berpindah dari satu alam rendah ke alam rendah lainnya.

(13) Meskipun demi kebajikan semua makhluk Tak terhitung para Buddha telah berlalu

Ternyata aku tidak termasuk obyek pertolongannya Disebabkan oleh kesalahanku sendiri.

(14) Dan bilamana aku tetap berbuat demikian Berulang kali aku akan dirundung

Penderitaan di alam sengsara, sakit, terbelenggu Terluka dan bercururan darah.

(15) Bila munculnya seorang Tathagata

Keyakinan, memperoleh kelahiran sebagai manusia Diriku layak untuk membangkitkan kebajikan yang langka Kapan hal itu akan terjadi lagi?

(45)

(16) Meskipun hari ini aku sehat Terawat dengan baik dan bebas Hidup hanya sesaat dan memperdayai

Tubuh seperti sesuatu yang dipinjam untuk sementara.

(17) Dengan sikap seperti itu

Aku tak akan memperoleh tubuh manusia lagi Dan bilamana tubuh manusia ini tidak diperoleh Hanya akan ada kejahatan, bukan kebajikan.

(18) Bila ketika aku memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik Perbuatanku tidak baik

Lantas apa yang dapat kulakukan

Ketika dirundung penderitaan di alam rendah?

(19) Dan bila aku melakukan perbuatan tidak baik di sana Meski telah banyak ketidakbajikan

Selama beratus juta kalpa

Aku bahkan tak akan mendengar kata “Hidup bahagia”.

(20) Karena alasan-alasan itu, Hyang Buddha telah bersabda Sulitnya bagaikan kura-kura yang hendak memasukkan lehernya Ke dalam gelang di atas permukaan samudra luas

Sungguh sangat sulit memperoleh kelahiran sebagai manusia.

(21) Bahkan meskipun karena kejahatan sekejap

Selama berkalpa-kalpa mungkin akan berada di alam neraka terendah

Lantas akibat kejahatan yang telah kukumpulkan sejak waktu tanpa awal

Perlukah dijelaskan bahwa aku tak mungkin pergi ke alam bahagia.

(46)

(22) Meski demikian setelah mengalami bahkan kelahiran di alam neraka seperti itu

Aku tetap tak akan bebas, Saat hal itu dijalani

Akibat kejahatan yang lain akan segera menyusul.

(23) Karenanya, ketika menemukan kebebasan seperti ini Aku tak mengarahkan diriku pada apa yang baik Dikatakan tak ada yang lebih patut disayangkan lagi Juga tak ada yang lebih bodoh lagi.

(24) Dan setelah memahami akan hal ini

Aku dengan bodoh tetap terus bermalas-malasan Ketika kematian datang

Penyesalan tak terkira akan merasuki.

(25) Jika tubuhku terbakar dalam waktu yang lama Di dalam kobaran api neraka yang tak tertahankan Pikiranku akan menderita tiada terkira

Oleh api yang tak pernah henti.

(26) Setelah secara kebetulan mendapatkan

Keadaan yang baik ini yang sangat sulit untuk ditemukan Bila sekarang saatnya dapat memilih

Aku sekali lagi masuk ke dalam neraka.

(27) Lantas menganggap bahwa aku telah terhipnotis oleh mantra Aku akan mengurangi pikiran ini hingga habis

Meskipun aku tak tahu apa yang membuatku bingung Apakah yang berdiam dalam diriku.

(47)

(28) Bahkan meski musuh seperti kebencian dan keinginan Tak bertangan dan berkaki

Ia juga tak cerdik atau bijak

Bagaimana bisa aku diperlakukan seperti budak olehnya?

(29) Sesaat ia berdiam dalam pikiranku

Dalam kesenangannya ia menyebabkanku menderita Meskipun aku sudah bersikap sabar kepadanya tanpa marah sedikit pun

Namun ini tidak pantas dan sungguh memalukan untuk terus bersabar.

(30) Bahkan jika para dewa dan ashura Muncul di hadapanku menjadi musuhku Mereka tak akan membawaku ke dalam Api yang bergemuruh di alam neraka terdalam.

(31) Tetapi klesha itu, musuh terhebat

Dalam sekejap akan meleburku di tengah api neraka Yang bila dicari bahkan abunya sekalipun

Raja gunung tak akan tersisa.

(32) Semua musuh lainnya tak mampu Berdiam selama itu

Seperti halnya kleshaku

Musuh abadi yang tanpa awal dan akhir.

(33) Bila aku mau menghormati dan mengabdikan diri pada orang lain

Ia akan memberiku kebaikan serta kebahagiaan Tetapi bila aku mengabdikan diriku pada klesha

Di kemudian hari ia hanya akan memberi kesedihan dan penderitaan.

(48)

(34) Selagi berada di dalam roda samsara bagaimana aku bisa bersukacita dan tidak cemas

Jika di dalam hatiku aku memberi tempat Pada musuh lama yang tak habis-habisnya ini Sebab utama timbulnya berbagai penderitaanku?

(35) Dan bagaimana aku harus bahagia Bila dalam jaring keterikatan di hatiku

Di sana berdiam para penjaga penjara samsara

Dialah (klesha) yang menjadi algojo dan penyiksaku di neraka?

(36) Karenanya selama musuh ini belum menyerah di depan mataku sendiri

Aku tak akan menyerahkan keberadaan diriku

Setelah marah pada seseorang yang hanya menyebabkan hidup yang singkat dan sekejap ini menderita

Orang yang menyayangi diri sendiri tak akan tidur sebelum musuhnya dikalahkan.

(37) Dan bila sambil terlibat dalam peperangan sengit Semangat hendak mengalahkan klesha tentu akan membawa penderitaan kematian

Orang mengabaikan rasa sakit terpotong oleh senjata tajam dan panah

Dan tak akan mundur hingga hari kemenangan tercapai.

(38) Lantas apa harus kujelaskan bahwa aku harus tidak menjadi pengecut dan pemalas

Meskipun harus mengalami beratus-ratus macam penderitaan

Bila sekarang aku berjuang untuk dapat mengalahkan musuh alamiku

(Klesha itu) yang merupakan sumber segala penderitaan?

(49)

(39) Jika meskipun takut dipengaruhi oleh musuh yang tak berguna

Yang dikenakan di tubuh yang seperti hiasan

Lantas mengapa penderitaan menyebabkan penderitaanku Siapakah yang pantas berjuang untuk mencapai tujuan utama?

(40) Jika nelayan, pemburu dan petani

Sekedar memikirkan kehidupannya sendiri Menanggung penderitaan panas dan dingin

Mengapa aku tidak bersabar demi kebaikan kebahagiaan dunia?

(41) Saat aku berjanji membebaskan semua makhluk itu Yang berdiam di kesepuluh penjuru hingga ujung semesta Dari klesha mereka

Aku sendiri belum membebaskan diriku.

(42) Akibat tak menyadari kemampuanku sendiri

Apakah bukan merupakan kegilaan berbicara seperti itu? Namun demikian aku tak akan mundur

Dari usaha menaklukkan musuh kleshaku sendiri.

(43) Dan untuk melakukannya merupakan satu-satunya cita-citaku Dengan memegang senjata erat-erat aku akan menemuinya di medan perang!

Menyadari bahwa emosi yang demikian sama dengan noda Menghancurkan klesha dan (pada waktunya) tak dapat di(hindari).

(44) Lebih baik bagiku terbakar Terpenggal kepalaku dan terbunuh Daripada bertekuk lutut

Pada klesha yang terus timbul.

(50)

(45) Musuh biasa bila diusir dari suatu negeri Akan mundur dan berdiam di negeri yang lain

Menganggap bila kekuatannya telah pulih mereka akan kembali

Namun cara musuh ini, kleshaku, tak sama dengan mereka.

(46) Rintangan klesha! Bila dihadapi dengan mata kebijaksanaan

Dan dihapuskan dari pikiranku, ke mana engkau akan pergi? Ke mana engkau akan pergi untuk kembali menyerangku lagi? Tetapi, si lemah pikiran, aku telah kurang berusaha.

(47) Jika klesha itu tidak berada di dalam obyek, indria, keduanya ataupun lainnya

Lantas di mana ia berdiam dan bagaimana ia menyengsarakan dunia?

Ia bagaikan ilusi, karenanya aku harus menghapus rasa takut dalam hatiku dan berusaha untuk mencapai kebijaksanaan.

Tanpa alasan jelas, mengapa aku menderita begitu banyak di alam neraka?

(48) Karenanya setelah berpikir tentang hal ini dengan baik Aku harus berusaha mempraktekkan ajaran ini persis seperti penjelasannya

Bila petunjuk dokter tidak dimengerti

Bagaimana mungkin pasien yang menginginkan kesembuhan disembuhkan oleh obatnya?

(51)

Bab V

Samprajanya-raksana

(Menjaga Kewaspadaan)

(1) Mereka yang ingin menjaga prakteknya

Harus dengan penuh perhatian menjaga pikirannya Bagi mereka yang tidak menjaga pikirannya Tak akan dapat menjaga prakteknya.

(2) Di dunia ini gajah liar dan gila Tak dapat menyebabkan kesengsaraan Seperti kesengsaraan di alam neraka terendah

Yang dapat ditimbulkan oleh gajah pikiran yang tak diikat.

(3) Namun jika gajah pikiranku diikat kuat Di semua sisinya dengan tali kewaspadaan Segala kecemasan tak akan ada lagi Segala kebajikan akan muncul di tanganku.

(52)

(4) Harimau, singa, gajah, beruang Ular dan segala rupa musuh Para penjaga neraka

Makhluk jahat serta orang kanibal

(5) Semuanya akan terikat

Dengan hanya mengikat pikiranku sendiri Dan semua akan dijinakkan

Dengan hanya menjinakkan pikiranku sendiri.

(6) ‘Sang Guru Sempurna’ sendiri telah menyatakan Bahwa dengan cara inilah segala ketakutan Serta segala belenggu penderitaan

Timbul dari pikiran.

(7) Siapakah yang terus-menerus menciptakan

Bermacam-macam senjata bagi mereka yang berada di neraka?

Siapakah yang menciptakan tanah besi membara? Dari manakah semua wanita di neraka berasal?

(8) Sang Sugata telah menyatakan bahwa semua itu Adalah perbuatan pikiran jahat

Oleh karenanya di seluruh triloka

Tak ada yang pantas untuk ditakuti kecuali pikiranku.

(9) Jika dana paramita

Yang menghalau kemiskinan di dunia

Mengingat bahwa makhluk hidup hingga saat ini tetap kelaparan

Dengan cara bagaimana para Buddha di masa lampau menyempurnakannya?

(53)

(10) Dana paramita dinyatakan sebagai

Pikiran memberi segala sesuatu kepada semua makhluk Bersama dengan buah dari pikiran itu

Hanya dalam bentuk mental.

(11) Tak lagi membunuh

Ikan serta makhluk-makhluk lainnya

Dengan tercapainya kesadaran yang melepaskan (makhluk-makhluk itu)

Dinyatakan sebagai sila paramita.

(12) Makhluk yang tak dapat diatur seluas angkasa Tak mungkin seluruhnya dapat diperintah Tetapi jika aku mengalahkan pikiran marah saja Ini akan dianggap sama dengan mengalahkan semua musuh.

(13) Di mana saya bisa mendapatkan kulit yang cukup Untuk menutupi seluruh permukaan bumi? Namun (memakai) kulit yang ada di sol sepatuku Sudah sama dengan menutupi seluruh permukaan bumi dengannya.

(14) Demikian pula sangat tidak mungkin bagiku Untuk mengekang benda-benda lahiriah Tetapi setelah aku mengekang pikiranku ini Untuk apa lagi mengekang segala hal yang lain?

(15) Meski hanya mengembangkan konsentrasi tingkat rendah saja Akan berakibat lahir di alam Brahma

Aktivitas ucapan dan perbuatan tak dapat membawa hasil demikian

Jika (diliputi) oleh sikap mental yang lemah.

(54)

(16) Melihat kenyataan yang telah diungkapkan Yang bahkan jika pengulangan dan kesulitan fisik Dijalankan selama kurun waktu yang lama

Hal itu akan sia-sia bilamana pikiran mengembara ke mana-mana.

(17) Bahkan mereka yang ingin menemukan kebahagiaan dan mengatasi penderitaan

Akan bingung dengan tanpa tujuan dan tanpa pengertian Bila ia tidak memahami rahasia pikiran

Puncak Dharma terpenting.

(18) Demikian pula halnya,

Aku akan mengendalikan dan menjaga pikiranku dengan baik Tanpa disiplin menjaga pikiran

Apa gunanya berbagai disiplin lainnya.

(19) Seperti halnya aku penuh perhatian dan berhati-hati pada luka Saat berada di antara kekacauan hiruk pikuk keramaian Karenanya aku harus terus menjaga luka pikiranku Saat berada di antara orang-orang jahat.

(20) Dan bila aku berhati-hati terhadap luka Karena takut ia akan semakin sakit

Lantas mengapa aku tidak menjaga luka pikiranku Mengingat rasa takut tergencet gunung di alam neraka?

(21) Aku harus bersikap seperti ini

Sehingga apakah berada di antara orang-orang jahat Atau bahkan di antara wanita

Usaha gigih untuk mengendalikan diriku tak akan merosot.

(55)

(22) Lebih baik tak memiliki harta Kehormatan, tubuh ataupun hidup

Juga akan lebih baik membiarkan kebajikan yang lain merosot

Daripada membiarkan kebajikan mental yang merosot.

(23) Wahai engkau yang ingin menjaga pikiranmu Aku memujimu dengan tangan beranjali Selalu dorong dirimu untuk menjaga Kesadaran dan kewaspadaan.

(24) Orang yang terserang penyakit

Tak sanggup melakukan apa pun yang berguna Seperti halnya mereka yang pikirannya terserang kebimbangan

Tak mampu melakukan kebajikan apa pun.

(25) Apa pun yang telah dipelajari, renungkan dan bermeditasilah terhadapnya

Bagi mereka yang pikirannya kurang kewaspadaan Seperti air di dalam pot yang bocor

Tak akan tertinggal di dalam ingatannya.

(26) Bahkan bagi mereka yang telah banyak belajar Keyakinan dan kehendak untuk membebaskan diri Akan ternoda oleh pelanggaran sila

Disebabkan karena kesalahan kurangnya kewaspadaan.

(27) Pencuri ketidakwaspadaan

Dalam mengikuti kemerosotan kesadaran

Akan mencuri bahkan kebajikan yang telah kukumpulkan dengan gigih

Sehingga aku terjatuh ke alam rendah.

(56)

(28) Pencuri jahat ini tidak lain merupakan kleshaku sendiri Akan mencari-cari kesempatan tepat

Setelah mendapatkannya ia akan mencuri kebajikanku Dan menghancurkan (tercapainya) kelahiran di alam bahagia.

(29) Karenanya aku tak akan membiarkan kesadaranku pergi Dari pintu pikiranku

Apabila ia pergi, aku akan mengingat penderitaan di alam rendah

Dan dengan gigih menempatkannya kembali di situ.

(30) Dengan berdiam di dekat Guru

Dengan ajaran viharadipati dan didasari oleh rasa takut Kesadaran akan mudah ditumbuhkan

Pada orang yang beruntung yang menjalankan praktek dengan penuh hormat.

(31) “Aku senantiasa berdiam di hadapan Semua Buddha dan Bodhisattva Yang senantiasa menyandang Pandangan tanpa rintangan.”

(32) Dengan berpikir demikian

Aku harus dengan penuh kesadaran mengembangkan rasa malu, sikap hormat dan rasa takut

Juga dengan cara ini

Perenungan terhadap Hyang Buddha akan terjadi secara berulang-ulang.

(33) Bila kesadaran diarahkan dengan tujuan Untuk menjaga pintu pikiran

Kewaspadaan kemudian akan muncul

Dan bahkan bila ia telah pergi ia akan kembali lagi.

(57)

(34) Pada saat, aku baru akan berbuat Aku melihat pikiranku ternoda Pada saat itu juga aku akan diam Tak bergerak seperti sepotong kayu.

(35) Aku tak akan melihat ke sekeliling Dengan tanpa tujuan

Dengan ketetapan hati

Aku akan selalu mengarahkan mataku ke bawah.

(36) Namun demi untuk menyegarkan penglihatan Untuk sesaat aku akan melihat ke sekeliling Dan bilamana seseorang muncul di hadapanku

Aku akan memandangnya dan mengucapkan kata “He”.

(37) Untuk mengetahui ada tidaknya bahaya di jalan Aku akan melihat berulang kali ke keempat penjuru Untuk istirahat, aku akan menengok ke sekeliling Dan kemudian melihat ke belakangku.

(38) Setelah melihat baik ke depan maupun ke belakang Aku akan memutuskan untuk tinggal atau pergi Dengan sadar akan pentingnya (kesadaran dan kewaspadaan ini)

Aku akan bersikap seperti ini dalam segala keadaan.

(39) Setelah bersiap-siap hendak berbuat dengan berpikir “Tubuhku akan tetap berada dalam keadaan ini” Setelah itu secara berkala aku akan melihat Bagaimana tubuh telah dipertahankan.

(58)

(40) Dengan usaha gigih aku akan mengawasi Melihat apakah gajah gila pikiranku Tidak berkelana tapi terikat

Pada pilar besar ingatan pada Dharma.

(41) Mereka yang berusaha keras dengan segala cara untuk mencapai samadhi

Harus tidak melamun meski hanya sekejap

Dengan berpikir, “Bagaimanakah sikap mentalku?” Ia harus menganalisa pikirannya lebih dekat.

(42) Namun bila aku tak dapat melakukannya

Ketika merasa takut atau terlibat dalam perayaan, setelah itu aku akan istirahat

Sebagaimana yang telah diajarkan bahwa pada saat pemberian

Orang mungkin berbeda-beda berkaitan dengan aspek disiplin silanya.

(43) Aku harus menjalankan apa pun pekerjaan yang ingin kulaksanakan

Dan tidak memikirkan pekerjaan lain kecuali itu Dengan pikiranku yang menyatu dengan pekerjaan itu Aku akan mamastikan saat selesainya.

(44) Bertindak dengan cara ini semua akan dapat diselesaikan Sebaliknya bertindak dengan cara yang lain tak ada kegiatan yang dapat diselesaikan

Demikianlah tak akan ada perkembangan dalam pengaruh klesha

Yang timbul akibat kurangnya kewaspadaan.

(59)

(45) Jika aku hadir

Di mana pembicaraan tak berguna berlangsung tak terkendali

Atau jika aku melihat suatu pertunjukan yang mengagumkan

Aku harus menghindari keterikatan terhadapnya.

(46) Bila dengan tanpa tujuan aku mulai menggali-gali tanah Mencabut rumput atau menggaris-garis tanah

Selanjutnya dengan mengingat kembali nasehat Hyang Buddha Aku akan segera menghentikannya karena takut.

(47) Kapan pun aku berkeinginan

Menggerakkan tubuhku atau mengucapkan sesuatu Pertama-tama aku harus memperhatikan pikiranku Baru kemudian, dengan penuh kepastian, melakukannya dengan cara yang pantas.

(48) Kapan pun terdapat keterikatan dalam pikiranku Dan kapan pun terdapat keinginan untuk marah Aku tidak akan berbuat dan berbicara apa pun Sebaliknya diam seperti sepotong kayu.

(49) Kapan pun pikiranku kacau, ingin merendahkan orang lain dengan kata-kata

Merasa diri lebih penting atau puas diri

Ketika aku hendak menyebut kesalahan orang lain Keinginan dan kehendak untuk merendahkan orang lain.

(50) Kapan pun aku menginginkan pujian Atau berkehendak menghina orang lain

Kapan pun aku ingin berbicara kasar dan menyebabkan perselisihan

Dalam semua keadaan itu aku akan diam seperti sepotong kayu.

(60)

(51) Kapan pun aku ingin memperoleh materi, penghormatan atau ketenaran

Kapan pun aku mencari pengikut atau lingkaran siswa Dan ketika dalam pikiranku aku ingin dilayani

Dalam semua keadaan itu aku akan diam seperti sepotong kayu.

(52) Kapan pun aku berkeinginan mengurangi atau menghentikan usaha bagi makhluk lain

Dan hanya berkeinginan demi kebajikan diriku sendiri Bila didasari oleh motivasi itu aku akan mengutarakan kalimat dimaksud

Pada saat itu aku akan diam seperti sepotong kayu.

(53) Kapan pun aku mulai tak sabar, malas, kecil hati

Tidak merasa malu atau ingin berbicara yang tak berguna Jika pikiran-pikiran itu muncul

Pada saat itu aku akan diam seperti sepotong kayu.

(54) Setelah mengamati klesha pikirannya dengan cara ini Untuk menghindari suatu usaha yang tak berguna Sang Pemberani (Bodhisattva) harus mengendalikan pikirannya dengan gigih

Menggunakan kekuatan yang memulihkan.

(55) Dengan menjadi sangat pasti dan yakin Gigih, penuh hormat, sopan

Dengan rasa malu, takut dan tenang

Aku akan berusaha membuat orang lain bahagia.

(56) Aku tidak akan kecewa oleh segala tingkah

Kekanak-kanakan mereka yang bertengkar satu sama lain Aku akan mengerti mereka mengingat bahwa pikiran mereka diliputi oleh klesha

Dan bersikap baik kepada mereka.

(61)

(57) Dalam melakukan perbuatan yang bersifat buruk itu Bagi kebajikan diriku sendiri maupun makhluk hidup lainnya Aku harus senantiasa mengendalikan pikiranku dengan cepat Bertindak bagaikan Gandharva, tanpa perasaan ego.

(58) Dengan berpikir berkali-kali

Seolah setelah masa yang lama aku mendapatkan kebahagiaan besar

Demikian pula aku akan mengendalikan pikiranku Kokoh tak tergoyahkan laksana raja gunung.

(59) Bila engkau, wahai pikiran, tidak bersedih Ketika tubuh ini dicakar dan dipatuk

Oleh burung pemakan bangkai yang menginginkan daging Lantas mengapa engkau begitu mengasihinya sekarang?

(60) Menganggap tubuh ini sebagai ‘milikku’

Bagaimana, wahai pikiran, apakah engkau melindunginya juga? Mengingat bahwa engkau dan dia sebenarnya terpisah Apa gunanya ia bagimu?

(61) Mengapa tidak ingin, wahai pikiran bodoh, membersihkan Patung kayu atau sesuatu yang seperti itu?

Mengapa engkau melindungi dan menjaga Alat kotor untuk membuat kekotoran ini?

(62) Pertama-tama pisahkan pikiran Selubung kulit dari daging

Dan kemudian dengan memakai pisau bedah wiweka Pisahkan daging dari tulang kerangka.

(62)

(63) Setelah membedah hingga tulang Lihatlah dengan cermat pada sumsum

Sambil mengamatinya tanyakan pada dirimu sendiri “Di manakah intinya?”

(64) Bahkan jika dengan usaha pencarian yang demikian Engkau tak akan menemukan sarinya

Lantas mengapa begitu banyak keterikatan Apakah engkau tetap akan menjaga tubuhmu ini sekarang?

(65) Apa gunanya tubuh ini bagimu

Bila kekotoran di dalamnya tak pantas engkau makan Bila darahnya tak pantas untuk diminum

Dan bila isi perut tak pantas ditelan?

(66) Kebaikannya adalah ia hanya pantas dijaga

Semata-mata untuk memberi makan burung nazar dan serigala Sungguh tubuh manusia ini

Seharusnya hanya digunakan untuk melakukan kebajikan.

(67) Tetapi haruskah engkau menjaganya (dengan keterikatan) Lalu apa yang dapat engkau lakukan

Ketika ia dicuri oleh dewa kematian yang tak ramah Dan memberikannya kepada anjing serta burung?

(68) Bila pelayan saja tak diberi baju dan sebagainya Ketika ia tak dapat dipekerjakan lagi

Lantas mengapa engkau menyia-nyiakan diri sekedar untuk mendapatkan daging

Meskipun bahkan telah membawa tubuh ini ke mana-mana?

(63)

(69) Sekarang sesudah membayar tubuhku sesuai beratnya Aku harus menggunakannya untuk membuat hidupku berarti Bila tubuhku tidak membawa kebajikan

Selanjutnya aku tak akan memberinya apa-apa.

(70) Aku harus memandang tubuhku sebagai sebuah perahu Sekedar untuk menopang kedatangan dan kepergian Dan untuk membawa kebajikan bagi semua makhluk Mengubahnya menjadi tubuh pengabul harapan.

(71) Sekarang, selagi bebas untuk berbuat Aku akan senantiasa berwajah tersenyum

Dan menghilangkan wajah muram ataupun menunjukkan kemarahan

Aku akan menjadi sahabat dan tempat mengadu bagi dunia.

(72) Aku akan berhenti dari ketidaksadaran dan keributan Memutar-mutar bangku dan sebagainya

Juga dari membuka pintu dengan ribut

Aku akan senantiasa gembira dalam kerendahan hati.

(73) Burung bangau, kucing dan pencuri

Dengan bergerak tanpa bersuara serta berhati-hati Mendapatkan apa yang ingin mereka lakukan

Seorang Bodhisattva juga harus selalu bersikap demikian.

(74) Dengan rasa hormat aku akan senang menerima Kata-kata tak diinginkan yang baik

Yang dengan bijak menasehati dan menyadarkanku Sepanjang waktu aku akan menjadi siswa dari setiap orang.

(64)

(75) Aku akan berkata, “Ucapan yang benar” kepada mereka semua Yang mengucapkan kalimat-kalimat Dharma dengan baik Dan bila aku melihat orang lain menjalankannya dengan baik Aku akan memujinya dan menyenangkannya.

(76) Aku akan dengan bijak membicarakan kebajikan orang lain Dan mengulang-ulangnya hingga orang lain ingat Bilamana kebajikanku sendiri dibicarakan

Aku akan sekedar mengetahuinya dan tahu bahwa aku memilikinya.

(77) Segala perbuatan orang lain adalah sumber kebahagiaan Ia sangat langka meski dapat membelinya dengan banyak uang Karenanya aku harus merasa bahagia menemukan kegembiraan ini

Dalam kebajikan yang dilakukan oleh orang lain.

(78) Dengan melakukannya aku tak akan menderita kehilangan dalam hidup ini

Dan dalam hidup yang akan datang akan memperoleh kebahagiaan besar

Akan tetapi kesalahan (karena tidak senang pada

kebajikan mereka) akan membuatku sedih serta menderita Dan dalam hidup yang akan datang aku akan mengalami penderitaan berat.

(79) Saat berbicara aku akan berbicara dari hati dan tentang apa yang sesuai

Membuat maksudnya jelas dan dengan kata-kata yang menyenangkan

Aku tak akan berbicara yang didorong oleh keinginan atau kebencian

Tetapi dengan suara tegas dan sedang.

(65)

(80) Saat memandang seseorang dengan mataku Berpikir, “Aku harus benar-benar sadar Berhubungan dengan orang ini”

Aku akan memandangnya dengan hati terbuka dan kasih sayang.

(81) Senantiasa didorong oleh aspirasi agung

Atau didorong oleh kekuatan yang menyembuhkan Jika aku berusaha di ladang terbaik, jasa dan penderitaan Kebajikan agung akan terjadi.

(82) Dihiasi dengan kebijaksanaan dan kesukacitaan Aku akan menunaikan semua yang kulakukan Aku tak perlu bergantung pada siapa pun Dalam seluruh perbuatan yang kulakukan.

(83) Kesempurnaan dana yang demikian Yang dijalankan lebih utama

Namun demi sedikit sila aku tak akan melupakan yang besar Utamanya aku akan memperhatikan apa yang benar-benar membawa kebajikan bagi makhluk lain.

(84) Bila ini telah dipahami dengan baik

Aku akan terus berusaha demi kebajikan makhluk lain ‘Yang Penuh Kasih Melihat Jauh’ telah menganjurkan agar seorang Bodhisattva

Melakukan beberapa perbuatan yang terlarang bagi yang lain.

(85) Aku akan membagi makananku dengan mereka yang jatuh ke alam rendah

Mereka yang tanpa perlindungan serta para praktisi Dan makan untuk sekedar menopang hidupku Kecuali ketiga lembar jubah aku akan memberikan semuanya.

(66)

(86) Tubuh ini yang digunakan bagi Dharma suci

Tak boleh disakiti hanya demi suatu kebajikan tak berarti Dengan sikapku yang demikian

Keinginan semua makhluk akan segera terpenuhi.

(87) Mereka yang tidak memiliki perhatian murni belas kasih Jangan sampai memberikan tubuhnya

Sebaliknya, dalam hidup saat ini serta yang akan datang Ia harus diberikan bagi tercapainya tujuan agung.

(88) Dharma tidak boleh dijelaskan kepada mereka yang tidak menghargainya

Kepada mereka yang seperti orang sakit, memakai kain dililitkan di kepala

Yang memakai payung, tongkat atau senjata Pada mereka yang bersorban.

(89) Tidak pada wanita yang tidak didampingi oleh pria Ajaran yang luas dan dalam jangan diajarkan kepada mereka yang rendah

Meskipun aku harus selalu menaruh hormat yang sama Kepada Dharma baik yang hina maupun utama.

(90) Aku tidak akan menjelaskan Dharma makhluk rendah Kepada seseorang yang sesuai dengan Dharma yang luas Aku tidak akan melupakan cara hidup Bodhisattva Tidak menyesatkan orang lain baik dengan sutra maupun mantra.

(91) Bila saya membuang atau melemparkan tusuk gigi Aku akan membungkusnya dengan tanah

Juga adalah sesuatu yang memalukan kencing dan sebagainya

Di air ataupun di tanah yang digunakan oleh orang lain.

(67)

(92) Pada saat makan aku tidak akan mengisi mulutku penuh Makan dengan berisik atau dengan membuka lebar mulutku

Aku tak akan duduk dengan kaki selonjor Tidak menggosok-gosok kedua tanganku.

(93) Aku tidak akan duduk sendirian dalam kendaraan, di atas tempat tidur

Tidak di dalam kamar bersama istri orang lain Singkatnya, setelah mengamati atau memperhatikan tentang apa yang pantas

Aku tak akan melakukan apa pun yang tidak disukai oleh masyarakat di dunia.

(94) Aku tidak akan menunjukkan arah dengan satu jari Tapi sebaliknya menunjukkan jalan

Dengan hormat memakai tangan kanan Dengan seluruh jariku terjulur.

(95) Aku tak akan menggerak-gerakkan tangan sesukaku Tapi akan membuat maksudku

Dengan tanda kecil dan jentikan jari

Sedangkan cara lain aku akan kehilangan pengendalian.

(96) Sebagaimana Hyang Buddha berbaring pada saat parinirvana

Demikian pula aku berbaring ke arah yang diinginkan (saat tidur)

Dan pertama-tama dengan penuh kesadaran

Membuat tekad yang kuat untuk bangun dengan segera.

(97) Meskipun aku tak dapat mempraktekkan keseluruhan Berbagai kegiatan Bodhisattva yang tak terbatas

Aku akan mempraktekkannya sebaik yang telah dijelaskan di sini Perilaku untuk melatih pikiran ini.

(68)

(98) Tiga kali di siang hari dan tiga kali di malam hari Aku akan melafalkan ‘Triskandha Sutra’

Karena dengan bersandar pada para Buddha dan Bodhicitta

Pelanggaranku yang ada akan dimurnikan.

(99) Segala yang kulakukan dalam keadaan apa pun Apakah demi kebajikanku sendiri atau demi kebajikan makhluk lain

Aku akan berusaha melaksanakan

Apa saja yang telah diajarkan dalam keadaan itu.

(100) Tak ada sesuatu pun yang menyerupai Apa yang tidak dipelajari oleh Jinaputra

Sehingga bilamana aku mahir dalam hidup dengan cara ini Tak ada yang tak menjadi kebajikan.

(101) Apakah langsung atau tidak langsung, aku tak akan melakukan apa pun

Yang tidak membawa kebajikan bagi makhluk lain Dan hanya demi kebajikan semua makhluk

Aku akan melimpahkan segala sesuatu demi tercapainya pencerahan.

(102) Tak akan, meski harus mengorbankan hidupku Kulupakan kalyanamitra

Yang bijaksana dalam pemahaman jalan Mahayana Yang merupakan praktisi Bodhisattva agung.

(103) Aku akan mempercayakan diriku kepada Guruku Dengan cara seperti yang diajarkan dalam ‘Kisah

Shrisambhava’

Nasehat ini serta lainnya yang diucapkan oleh Hyang Buddha Aku akan memahaminya dengan membaca sutra-sutra.

(69)

(104) Aku harus membaca sutra

Karena dari sanalah datangnya praktek Untuk memulainya, aku harus melihat pada

‘Akashagarbha-sutra’.

(105) Singkatnya aku harus mulai membaca

‘Siksa-samucaya’ berulang kali

Karena apa yang dapat langsung dipraktekkan

Dengan sangat baik dan terperinci diungkapkan di sana.

(106) Kadang kala aku juga akan melihat ke dalam Ringkasan ‘Sutra-samucaya’

Dan aku akan berusaha untuk mempelajari

Kitab yang sama yang disusun oleh Arya Nagarjuna.

(107) Aku akan melakukan apa pun yang tidak dilarang dalam upaya ini

Dan bilamana aku menemukan praktek di situ Aku akan segera membawanya ke dalam praktek Dalam rangka melindungi pikiran orang duniawi.

(108) Penjelasan ciri-ciri penjagaan kewaspadaan Singkatnya hanya demikian:

Mengkaji secara berulang kali Kondisi tubuh dan pikiranku.

(109) Untuk itu aku harus membawa jalan hidup ini ke dalam praktek nyata

Apakah yang dapat diraih hanya dengan sekedar membicarakannya?

Bisakah orang yang sakit jadi sembuh

Dengan sekedar membaca teks tentang penyembuhan?

Referensi

Dokumen terkait

Pada rancangan tampilan halaman pencarian berdasarkan kategori, pengguna akan diminta untuk menginput kata kunci, memilih kategori buku, dan melakukan pencarian

Ekstrak etanol simplisia kering kulit batang ketapang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans dengan konsentrasi hambat

• Titik-titik batas yang dicari besarnya pergeseran karena deformasi co-seismic gempa Aceh adalah perbatasan pada batas daerah antara provisi Aceh dan Sumatera Utara, serta

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru di antaranya (1) mengajak anak berdiskusi tentang sikap akhlak mulia sesuai dengan pengetahuan anak, (2) menceritakan tokoh yang berperilaku

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kondisi pipa pendingin sekunder, sehingga dapatdiketahui laju penipisan pipa sekunder berdasarkan hasil pengukuran yang pernah

Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker. Ketika

Dari hasil perbandingan jurnal menurut Zaki Baridwan (2004) pada saat PT Widyacipta Fortuna menerima pendapatan angsuran uang muka rumah kas bertambah di debet

- TP IV melakukan penyuluhan kepada masyarakat RT 01, 02, dan 03 di RW 10, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja mengenai kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dan